Vegetarian, Harapan Lebih Sehat dan Melindungi Hewan
https://www.naviri.org/2018/04/vegetarian.html
Naviri.Org - Banyak hal dikenal dan menjadi tren karena adanya kampanye masif yang dilakukan oleh sebagian orang, khususnya orang-orang terkenal dan para selebritas. Gaya hidup vegetarian termasuk dalam tren semacam itu. Seperti yang dapat kita lihat, ada banyak orang yang kini terpengaruh untuk ikut serta menjalani kehidupan sebagai vegan, dengan hanya mengonsumsi makanan alami dan pantang makan daging.
Gaya hidup vegetarian sebenarnya sudah lama ada, dan dijalankan banyak orang di berbagai belahan dunia. Alasan mereka menjalani gaya hidup semacam itu rata-rata karena ingin lebih sehat dan untuk melindungi hewan-hewan. Sebagian kalangan menyatakan bahwa menjadi vegan lebih sehat. Selain itu, tidak makan daging hewan adalah hal baik, karena artinya tidak mengeksploitasi makhluk lain.
Kini, gaya hidup semacam itu menghangat dan menjadi semacam tren di berbagai negara. The Guardian, dalam laporan panjangnya, “The Unstoppable Rise of Veganism: How a Fringe Movement Went Mainstream”, menyebut veganisme dirayakan sebagai gaya hidup oleh masyarakat kebanyakan.
Dua tahun yang lalu, hasil jejak pendapat majalah Vegan Life dan Vegan Society, seperti dilansir Munchies, memperlihatkan bahwa sekitar 542 ribu orang di Inggris mengikuti veganisme, meningkat lebih dari 350% dalam satu dekade terakhir.
Hasil menarik lainnya ialah sekitar 42% dari keseluruhan vegan berusia 15 sampai 34 tahun, jauh lebih banyak dibanding usia 65 tahun ke atas yang punya angka 14% saja. Survei tersebut juga menunjukkan kebanyakan vegan tinggal di kota (88%), dengan 22% di antaranya bertempat tinggal di London.
Meningkatnya jumlah pengikut veganisme tak lepas dari adanya pemikiran produk daging olahan semacam bacon dan ham dapat menyebabkan kanker. Faktor media sosial dan kalangan selebritas yang turut menjalankan aktivitas ini juga mendorong naiknya populasi vegan.
“Melihat beberapa nama terkenal dalam gerakan vegan seperti Ellie Goulding, Novak Djokovic, dan David Hayes, membuat vegan terlepas dari citra negatif di masa lalu,” kata Maria Chiorando, editor Vegan Life. “Saya pikir media sosial merupakan penggerak veganisme […] yang punya keterkaitan dengan anak-anak muda.”
Melonjaknya popularitas veganisme sebetulnya sudah diprediksi oleh perusahaan konsultan makanan serta restoran asal New York, Baum dan Whiteman, dalam laporannya, "Food & Beverage Forecast." Menurut laporan yang dikutip South China Morning Post itu, makanan nabati diperkirakan menjadi tren teratas pada 2018.
Faktor penyebab naiknya peminat vegan cukup banyak. Mulai dari media sosial, film, anggapan menjadi vegan adalah upaya menyelamatkan lingkungan, kesehatan, perlindungan hewan, hingga perubahan iklim.
Pengaruh media sosial dalam melipatgandakan peminat vegan bisa dilihat lewat sosok influencer asal Latvia yang tinggal di Inggris, bernama Monami Frost. Dengan bermodalkan kamera dan gawai, Frost rutin mengunggah menu sampai kiat-kiat menjadi vegan yang baik agar hidup senantiasa sehat. Menurut Frost, makanan vegan telah menghasilkan “banyak perubahan positif” untuk dirinya.
“Aku selalu ingin menunjukkan bahwa aku sama seperti orang lain; ibu muda yang suka tato, cinta keluarga, gandrung gaya hidup vegan, serta ingin berbagi video memasak ke semua orang,” ungkapnya.
Kanal YouTube Frost punya lebih dari 570 ribu pelanggan. Sementara akun Instagram-nya diikuti sekitar 1,4 juta orang. Salah satu videonya yang terkenal ialah ketika putrinya, Gabriela, memberitahu pada publik mengenai menu vegan apa yang ia makan dalam sehari. Video itu ditonton lebih dari 800 ribu orang.
Tak hanya lewat media sosial, ajakan untuk jadi vegan juga muncul lewat kampanye daring bernama Veganuary. Kampanye ini diciptakan oleh pasangan vegan, Jane Land dan Matthew Glover, pada 2013. Dalam pelaksanaannya, Veganuary mendorong masyarakat untuk mengurangi konsumsi daging selama satu bulan penuh.
Keberadaan Veganuary lantas direspons positif oleh masyarakat. Jumlah pendaftar di situs ini, pada 2017, tercatat menyentuh angka 59.500 dari yang semula hanya 3.300 pada 2014. Harapannya, pada 2018, angkanya menjadi 150 ribu orang.
Baca juga: Makanan-makanan yang Kaya Vitamin D