Mengenal Travis Kalanick, Sosok Genius di Balik Uber
https://www.naviri.org/2018/04/travis-kalanick.html
Naviri.Org - Saat ini, masyarakat mengenal Uber sebagai aplikasi ride-sharing yang mendunia, digunakan di banyak negara, dan populer di antara penggunanya. Dengan Uber, orang yang membutuhkan sarana transportasi nyaman bisa mudah mendapatkan, setidaknya lebih mudah dan lebih praktis dibanding taksi konvensional. Terkait Uber yang kini mendunia, ada satu sosok penting yang sangat lekat dengan bisnis tersebut, yaitu Travis Kalanick.
Sebenarnya, Travis Kalanick bukan pencipta atau pemilik ide bisnis terkait Uber. Namun, dialah yang kemudian membawa dan menjadikan Uber sebagai bisnis raksasa yang mendunia.
Travis Kalanick lahir di Los Angeles, Amerika Serikat, pada Agustus 1976. Ia tumbuh dan berkembang di sebuah wilayah suburban Nortridge, California. Ayah dan ibunya, Donald Edward Kalanick dan Bonnie Horowitz Kalanick, merupakan sosok pekerja keras. Donald merupakan seorang teknisi, sementara Bonnie merupakan seorang pekerja pada perusahaan periklanan. Kemampuan ibunya menjual slot iklan, menurun pada pribadi Kalanick.
Warisan kemampuan sang ibu pada Kalanick dibuktikannya kala ia lebih memilih berjualan pisau bikinan sebuah perusahaan bernama Cutco saat libur musim panas sekolah, daripada mengikuti gaya liburan teman-temannya yang memilih bersenang-senang. Menjalani bisnis kontras dengan keinginan Kalanick menjadi seorang agen mata-mata saat masa kecil.
Di masa kecil, Kalanick merupakan sosok berperawakan kurus. Meskipun kurus, ia diketahui memiliki kemampuan baik di sekolah. Paduan kurus dan pintar, sayangnya, merupakan makanan renyah bagi sosok-sosok jagoan sekolah. Kalanick kecil kerap mengalami perundungan. Ini menjadi salah satu alasan lain mengapa ia terlihat tak membaur dengan teman-temannya dan lebih memilih berjualan pisau.
Saat Kalanick menginjak usia 18 tahun, ia mulai melangkah lebih jauh. Kalanick mendirikan sebuah usaha bimbingan persiapan SAT (Scholastic Assessment Test) yang dinamai New Way Academy. Ini jadi bukti keunggulannya di bidang pendidikan dan kecemerlangan otak bisnisnya.
Selepas New Way Academy, pada 1998, Kalanick mendirikan perusahaan barunya bernama Scour, suatu startup layanan berbagi file seperti Napster. Ia mendirikan Scour selepas memutuskan drop-out (DO) dari University of California, Los Angeles, jurusan teknik komputer. Sayangnya, Scour serupa Napster yang penuh kontroversi karena sering dimanfaatkan untuk berbagi file ilegal. Ia kemudian memutuskan mempailitkan Scour demi menghindari tuntutan denda yang sangat tinggi.
Kalanick bukan sosok yang mudah menyerah. Pada 2001, ia mendirikan Red Swoosh, startup software as services yang menciptakan teknologi transfer file berukuran besar dengan efisien. Turun-naik pertumbuhan dilalui perusahaan rintisannya. Pada 2006, Kalanick beserta rekannya pernah pindah ke Thailand guna menghemat biaya operasional perusahaan.
Keputusan itu membuat Kalanick dan rekannya di Red Swoosh berbuah manis. Pada 2007, startup bikinannya tersebut dibeli Akamai, perusahaan penyedia layanan cloud, dengan harga $19 juta. Ini membuat Kalanick berubah status sosialnya sebagai anak muda dengan uang jutaan dolar.
Dengan bermodal dari menjual Red Swoosh, Kalanick menciptakan salah satu startup paling berpengaruh di dunia. Sean Stanton, rekan Kalanick di Red Swoosh, pernah menyampaikan sebuah penggalan kisah inspiratif pada The New York Times bahwa Red Swoosh, “merupakan tentang efisiensi. Itu merupakan jalan pikiran kusut di otaknya (Travis Kalanick). Dan (Red Swoosh dahulu) berjalan serupa dengan kerja Uber yang kita lihat sekarang.”
Membangun Uber
Uber, yang berdiri pada 2010, merupakan satu babak kemenangan gemilang dalam hidup Travis Kalanick.
Khalayak umum mengenal Uber, sebagai aplikasi ride-sharing yang mendunia dan menjadi sumbu kontroversi hingga mendisrupsi bisnis transportasi konvensional. Uber memang sebegitu dekat dengan sosok Kalanick. Namun, sesungguhnya Kalanick bukan pencipta orsinil Uber.
Ide aplikasi Uber muncul dari otak sahabat Kalanick, bernama Garrett Camp, pada 2009. Camp yang tinggal San Fransisco, mencurahkan ide tentang aplikasi Uber atas kesulitannya memperoleh taksi di kota itu. Kemudian, Camp bersama-sama dengan sahabat lainnya, bernama Oscar Salazar dan Conrad Whelan, menciptakan versi pertama Uber yang kala itu dinamai UberCab.
UberCab kemudian dirilis pada Mei 2010. Menggunakan iPhone, para pengguna aplikasi UberCab dapat memperoleh "taksi hitam" dengan mudah. Dalam UberCab, Kalanick mengaku sebagai “penasihat super,” dan kemudian berganti menjadi “kepala inkubator,” alih-alih mengaku sebagai “founder.”
Pilihan menjadi “penasihat super” maupun “kepala inkubator” memang bukanlah hal yang mengherankan kala itu. Di awal berdirinya Uber, Kalanick mengaku ingin lepas dari kehidupan startup. Dengan modal uang dari penjualan Red Swoosh, Kalanick memang ingin memposisikan menjadi pemberi modal. Di awal berdirinya Uber, Kalanick menunjuk Ryan Graves sebagai CEO. Sayangnya, pikiran Kalanick kemudian berubah. Kalanick, mengambil alih gelar CEO dengan mudah dari tangan Graves.
Dengan posisi CEO yang dipegang Kalanick, perlahan Uber menjadi perusahaan teknologi yang fenomenal. Ia merupakan startup yang sukses memperoleh pendanaan senilai $14 miliar dari kemunculan Uber pada 2010, hingga Juni 2017. Di 2015, nilai valuasi Uber mencapai angka $50 miliar. Di pertengahan tahun ini, valuasi Uber berada di angka $70 miliar.
Capaian Kalanick di Uber membawanya sebagai sosok yang sangat dikagumi. Pada 2015, majalah Time mengganjar Kalanick sebagai sosok paling berpengaruh keenam di dunia. Ia mewakili sosok perusahaan teknologi di tengah tokoh-tokoh politik seperti Angela Merkel, Vladimir Putin, Hassan Rouhani, Donald Trump, hingga Abu Bakr al-Baghdadi.
Sayangnya, di balik kesuksesan Kalanick mengendalikan Uber selama bertahun-tahun, ada harga yang sangat mahal yang mesti ia tebus. Serangkaian kontroversi kepemimpinannya di Uber, telah membahayakan diri Kalanick dan Uber.
Baca lanjutannya: Uber, di Antara Kesuksesan dan Kontroversi