Sejarah, Asal Usul, dan Perkembangan Teka-teki Silang
https://www.naviri.org/2018/04/teka-teki-silang.html
Naviri.Org - Teka-teki Silang, yang biasa disingkat TTS, adalah permainan populer yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Berbeda dengan bentuk permainan lain yang mulai menghilang setelah digantikan aneka permainan baru yang lebih modern, TTS bisa dibilang tetap diminati. Masih banyak orang, baik tua maupun muda, yang menggemari permainan TTS.
Asal usul dan sejarah TTS tidak bisa dilepaskan dari sosok Arthur Waynne, yang dianggap sebagai penemu teka-teki silang.
Di tahun 1891, ketika usianya belum genap 20 tahun, Arthur Wynne yang kelahiran Liverpool, naik kapal ke Amerika. Dia bermaksud mengadu nasib di tanah harapan bernama Amerika. Dia pernah bekerja di surat kabar Pittsburghs Press, sebelum akhirnya pindah ke surat kabar New York World. Dia juga pemain biola.
Menurut Tony Augarde, dalam The Oxford Guide to Word Games (2003), ketika menjadi editor New York World, dia meramaikan surat kabarnya dengan permainan dalam sebuah edisi minggu, 21 Desember 1913. Permainan tebak kata, seperti dalam sebuah puzzle, dengan mengisi kolom mendatar maupun menurun berdasarkan pertanyaan yang diajukan.
Belakangan, permainan ini disebut sebagai teka-teki silang (TTS). Rubrik TTS dikelola secara serius New York World. Sejak 1920, Arthur dibantu lulusan Smith College bernama Margaret Petherbridge.
Menurut Tom Walsh, dalam Timeless Toys: Classic and the Playmaker Who Created Them (2005), pada 1924, Plaza Publishing mencetak 3.600 eksemplar buku kumpulan teka-teki silang, The Cross Word Puzzle Book. Prosesnya hanya berselang beberapa tahun setelah Arthur sang pencipta permainan ini mendapatkan status kewarganegaraan Amerika Serikat.
Seorang peneliti di tahun 1980-an menyebut 99 persen surat kabar merilis kuis TTS. Jutaan orang sudah keranjingan TTS. Sejumlah majalah bahkan ada yang secara khusus hanya berisi TTS. Di era 1970-an di Jakarta setidaknya ada majalah TTS, Asah Otak.
TTS tak melulu permainan di kala senggang. TTS sangat berguna dalam dunia pendidikan. Di sekolah, TTS bisa menjadi salah satu media pembelajaran, sehingga punya variasi dalam mengerjakan soal. TTS biasanya ada dalam pelajaran bahasa, sosial atau sejarah.
TTS pun rupanya menjadi bentuk tes. Pada Perang Dunia Kedua (1939-1945), TTS digunakan sebagai tes rekrutmen agen rahasia Inggris. Agen-agen ini sangat penting dalam memecahkan sandi militer Jerman. Jawatan intelejen Inggris, punya perhatian khusus terhadap orang-orang yang terbiasa memecahkan angka sejak Perang Dunia Pertama (1914-1918).
Dari kertas ke online
Di era digital, TTS masih bisa ditemukan dalam bentuknya yang berbeda. Sebelum ini, TTS kebanyakan menempel di koran atau buku khusus TTS. Buku TTS biasa dijual dengan harga murah, tak sampai Rp3 ribu. Sampul buku TTS biasanya adalah model wanita dewasa. Buku TTS, yang sering kali berhadiah stiker perempuan-perempuan seksi, biasanya dijual bersama koran. Beli satu buku TTS kadang bonus pulpen satu.
TTS di koran-koran biasa menawarkan hadiah ratusan ribu rupiah. Salah satu koran yang terkenal dengan TTS di Indonesia adalah Kompas. Peminat TTS Kompas cukup banyak, bahkan segelintir orang membocorkan jawaban setelah pemenang diumumkan.
TTS Kompas Minggu biasanya menyediakan hadiah bagi 25 pemenang, dan TTS Kompas di hari Kamis hanya 12 pemenang saja. Hadiah untuk tiap pemenang Rp 250 ribu. Surat kabar lain yang punya kuis TTS adalah Koran Tempo, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, dan lainnya.
Ketika senjakala media cetak menjelang akibat tergusur media online, TTS yang sering hadir bersama koran-koran tak lantas berakhir riwayatnya.
TTS kini hadir seperti tetris. Tinggal mengetik huruf di tiap kolom yang ingin diisi. Beberapa situs yang menyediakan permainan TTS di Indonesia antara lain www.indotts.com, www.teka-tekisilang.com atau www.games.co.id. Android apps atau Apple Apps pun menyediakan permainan teka-teki silang. Tak perlu lagi membawa pulpen, buku atau koran TTS, cukup bawa smartphone. TTS akan kembali hadir, dengan nuansa yang lebih modern.
Baca juga: Menjaga Ketajaman Otak dengan Gaya Hidup Sehat