Skandal Bocornya Data Rahasia Pesawat Tempur Amerika
https://www.naviri.org/2018/04/skandal-bocornya-data-rahasia-pesawat-tempur-amerika.html
Naviri.Org - Amerika merancang dan menciptakan pesawat tempur yang sangat canggih, yang diberi nama F-35 Joint Strike Fighter. Dalam perancangan pesawat tersebut, ada banyak data yang digunakan, yang tentu disimpan rapat-rapat, agar jangan sampai bocor. Karena kebocoran data mengeai pesawat itu akan memungkinkan pihak lain untuk membuat pesawat canggih yang sama. Sayangnya, data-data penting itu justru dibobol oleh hacker tanpa mereka ketahui.
Pembobol data itu berhasil mengacak-acak sistem elektronik pesawat itu melalui komputer-komputer kontraktor Pentagon, yang bertugas merancang dan mengembangkan pesawat tersebut. Demikian diungkapkan sejumlah pejabat yang enggan disebutkan namanya, karena sensitifnya kasus ini.
Seperti dilaporkan CNN, para hacker juga bisa memasuki sistem kontrol lalu lintas Angkatan Udara AS. Mereka bahkan bisa mendapatkan informasi tentang lokasi penerbangan pesawat militer AS.
Pesawat F-35 Joint Strike Fighter adalah pengembangan F-35 Lightning II. Pesawat baru ini dirancang menjadi pesawat tempur yang bisa digunakan bagi Angkatan Laut, Angkatan Darat, maupun Angkatan Udara. Proyek pembuatan pesawat itu bernilai 300 miliar dollar AS.
Sebagian besar data yang dibobol seputar rancang bangun dan statistik kemampuan pesawat, termasuk sistem elektroniknya. Dengan data itu, pembobol bisa dengan mudah menggunakannya untuk membuat pesawat tandingan.
Sementara itu, The Wall Street Journal menyatakan, hacker mampu menyalin beberapa terabyte data mengenai pesawat termahal itu. Satu terabyte adalah 1.000 gigabyte. "Tak pernah terjadi yang seperti ini," kata seorang mantan pejabat di sana.
Belum jelas seberapa parah penerobosan tersebut, atau siapa sesungguhnya para peretas itu, tapi data paling peka mengenai proyek pesawat tempur dilaporkan disimpan di komputer yang aman dan tak tersambung ke internet.
Wall Street mengutip beberapa mantan pejabat AS yang tak disebutkan jati diri mereka, dan mengatakan serangan itu "tampaknya berasal di China". Satu laporan dari Pentagon menyatakan, militer China telah membuat "kemajuan pasti" dalam pengembangan teknik bagi peningkatan perang online, sebagai bagian dari upaya mengimbangi militer yang kurang berkembang.
Terkait hal itu, China membantah laporan The Wall Street Journal bahwa para peretas China dan Rusia telah berusaha mengirim virus ke dalam instalasi listrik AS.
Baca juga: Teroris Cyber yang Menggegerkan Dunia Maya