Memperkirakan Nasib dan Kepunahan E-Mail di Masa Depan
https://www.naviri.org/2018/04/nasib-e-mail-di-masa-depan.html
Naviri.Org - Dulu, orang saling berkirim kabar atau berkomunikasi jarak jauh secara tertulis menggunakan surat. Dalam hal itu, dibutuhkan perantara, yaitu jasa pos. Prosesnya pun agak ribet, karena harus membeli amplop sampai menempel prangko. Ketika internet mulai banyak digunakan, dan e-mail diciptakan, proses komunikasi tertulis jarak jauh menjadi lebih mudah, yaitu menggunakan e-mail. Perlahan namun pasti, pengguna surat via pos turun dan terus berkurang.
Jika kelak ada sarana atau cara lain yang lebih canggih dari e-mail yang saat ini kita gunakan, mungkinkah e-mail akan mengalami nasib sama seperti surat pos?
Coba lihat aplikasi berbagi pesan seperti WhatsApp, Messenger, Telegram, BBM dan sebagainya, telah jadi primadona baru di ponsel cerdas Anda. Keberadaannya juga mendukung aktivitas dunia kerja.
Aplikasi berbagi pesan memang menawarkan banyak hal simpel nan mendukung. Anda punya emoticon guna menunjukkan emosi, tampilan antarmuka yang menyajikan aliran percakapan, fungsi foto mudah pakai, dan sebagainya.
Boleh jadi, karena fitur dan kemudahan itu, surel (email) mulai terlupakan.
Kepada Backhannel, Wakil Presiden Facebook untuk Messenger, David Marcus menyebut saat ini netizen masih menggunakan keduanya (aplikasi berbagi pesan dan surel). Namun boleh jadi surel akan ditinggalkan pada masa mendatang.
"Sulit untuk mengatakan. Orang-orang mungkin ingin memiliki keduanya untuk sementara waktu, karena mereka memang telah menggunakan surel (sebelumnya)," kata Marcus. "Seiring waktu, seiring dengan kami (Messenger) membangun kemampuan dan interaksi yang lebih dalam soal ini, faedah akan naik, dan kebutuhan bagi Anda untuk memiliki sesuatu yang lain turun."
Kolomnis Venture Beat, Dylan Tweney punya pandangan berbeda. Ia menyebut bahwa surel mungkin saja akan kalah dengan aplikasi berbagi pesan. Namun bila itu akhirnya terjadi, netizen dengan cepat akan merindukan surel.
Tweney juga mengemukakan alasan kenapa surel masih dibutuhkan, dan masih sulit digeser aplikasi berbagi pesan. Misalnya, sejauh ini tidak ada aplikasi berbagi pesan yang mengalahkan jumlah pengguna surel.
Melansir data Radicati Group, sebuah lembaga riset teknologi, pengguna surel saat ini mencapai 2,5 miliar orang. Adapun WhatsApp sebagai aplikasi berbagi pesan terpopuler baru memiliki sekitar 800 juta pengguna.
Setiap aplikasi berbagi pesan punya cara, kebijakan, dan antarmuka yang berbeda. Karenanya, setiap orang butuh menyesuaikan diri dalam menggunakan masing-masing aplikasi berbagi pesan.
Tweney pun mengingatkan blunder Kepala Financial Twitter, Anthony Noto, yang sempat keliru mengirim DM.
Tweeney juga berargumen, masing-masing aplikasi berbagi pesan punya platform terpisah. Imbasnya, seorang pengguna WhatsApp tidak bisa mengirim pesan ke BBM atau Line. Adapun surel memungkinkan pengguna bertukar pesan lintas penyedia layanan.
Lagipula, aplikasi berbagi pesan masih memiliki sejumlah kekurangan. Pada WhatsApp atau Messenger, Anda tidak menemukan fitur membuat folder atau memberikan label prioritas. Fitur seperti ini mendukung, katakanlah untuk memberi penekanan pada pesan yang dikirim oleh atasan Anda.
Spam memang jadi masalah utama surel. Namun, dalam beberapa tahun belakangan penyedia layanan surel terus mengembangkan kemampuan untuk mengatasi spam.
Terakhir, menurut Yweney, surel masih merupakan pilihan utama dalam pemasaran. Agaknya, netizen pun lebih suka mendapati sebuah promosi perusahaan via surel, bukan lewat aplikasi berbagi pesan.
Baca juga: Mengenal Ray Tomlinson, Sang Penemu E-Mail