Min Liang Tan, Sosok di Balik Perusahaan Razer
https://www.naviri.org/2018/04/min-liang-tan.html
Naviri.Org - Tidak semua perusahaan teknologi didirikan oleh orang yang memang bersekolah atau kuliah di bidang teknologi. Razer adalah salah satunya. Dikenal sebagai perusahaan teknologi yang identik dengan perangkat-perangkat canggih terkait game, Razer justru didirikan oleh Min Lian Tang, seorang lulusan Fakultas Hukum.
Min Liang Tan, pendiri sekaligus chief executive officer (CEO) Razer, bukanlah lulusan sekolah teknologi. Ia merupakan sarjana hukum lulusan National University of Singapore. Ia kuliah dalam rentang 1998 hingga 2001 di kampus itu.
Sebelum mendirikan Razer, Tan sebetulnya telah memiliki pekerjaan yang terkait dengan ilmu kesarjanaannya. Ia adalah seorang pengacara yang mengabdi pada Mahkamah Agung Singapura. Namun, dalam wawancaranya dengan Christine Tan dari CNBC, Tan mengaku bahwa dunia video game, khususnya saat memosisikan diri sebagai gamer, selalu jadi urutan pertama dalam hidupnya. Unggul dibandingkan menjadi seorang pengacara.
“Saya selalu (menempatkan posisi sebagai seorang) gamer di urutan pertama, dan (sebagai seorang) pengacara di urutan kedua. Ketika saya menikmati menjadi seorang pengacara, ada sesuatu dalam diri saya yang ingin keluar untuk melakukan sesuatu yang berbeda,” tutur Tan menjelaskan isi hatinya.
Pemuda yang lahir pada 5 November 1978 ini kemudian menciptakan Razer pada 27 Juni 2005, bersama kawan bernama Robert Krakoff. Razer merupakan perusahaan yang diciptakan mengikuti isi hatinya. Dengan slogan “for gamers by gamers”, produk andalan Razer ketika pertama kali meluncur hanya sebatas mouse atau tetikus.
Dari sanalah, Razer pelan-pelan menjadi perusahaan besar. Pada 13 November 2017, Razer menjadi salah satu perusahaan rintisan teknologi yang akhirnya melakukan penawaran saham perdana (IPO). Pada pembukaan itu, saham Razer dipatok seharga HK$3,88 yang kemudian melejitkan nilai perusahaan menjadi $4,4 miliar.
Tentu ada perjalanan panjang yang harus dilalui Razer, sebelum akhirnya melakukan IPO. Razer memulai perjalanan di dunia teknologi video game dengan merilis Diamondback, tetikus khusus gaming pada 2005. Pada 2006, bekerjasama dengan Microsoft, Razer kemudian merilis tetikus gaming lainnya, bernama Habu. Setelahnya, sang perangkat ikonik bernama DeathAdder kemudian lahir.
Tahun 2007 merupakan tahun perluasan varian perangkat. Keyboard khusus gaming bernama Lycosa adalah contohnya. Di tahun yang sama, Razer menghadirkan speaker atau pelantang Razer Mako.
Inovasi berikutnya lahir pada 2010. Selepas puas merilis tetikus dan keyboard, Razer kemudian merilis Megalodon, headset yang juga membidik segmen gamer. Pada 2012, Razer merilis Blade, laptop gaming yang diklaim sebagai yang tertipis. Terakhir, perusahaan yang dipimpin sarjana hukum itu merilis ponsel bertajuk Razer Phone.
Juniper Research, firma riset dunia digital, menempatkan Tan di posisi ke-3 sebagai sosok eksekutif paling berpengaruh di dunia teknologi, pada tahun 2015 lalu. Tang hanya kalah dari Satya Nadella (Microsoft) dan Jonathan Ive (Apple). Namun, ia unggul dibandingkan Travis Kalanick (Uber) dan Jack Ma (Alibaba).
Sukses Tang dalam jalur teknologi tak membuatnya menyesal pernah mengenyam pendidikan hukum. Dalam wawancaranya dengan Sumiko Tan di Straits Times, secara tersirat terungkap bahwa hal itu merupakan baktinya pada kedua orang tua.
Kedua orang tua Tan, Tan Kim Lee dan Low Ken Yin, merupakan sosok yang menekankan pentingnya pendidikan. Bagusnya, mereka tak mewajibkan pendidikan yang telah diperoleh dibaktikan di jalur formal. Secara sederhana, bergelar sarjana hukum tak melulu wajib bekerja di bidang hukum.
“(Kedua orang tua saya) tidak seperti itu, kamu harus menjadi dokter, kamu harus menjadi pengacara. Mereka lebih seperti, lihatlah orang-orang yang kamu dapat bantu sebagai dokter, dan lihatlah apa yang, secara fundamental, bisa dilakukan sebagai seorang pengacara untuk menolong,” tutur Tan menjelaskan jalan pikiran orang tuanya.
Soal pendidikan ini, orang tua Tan tak main-main. Selain Tan, tiga anak lainnya adalah bukti. Saudara laki-laki Tang, Min Han, merupakan seorang ahli Onkologi. Dua saudarinya, E Ching dan E Fang, merupakan sosok fisikawan dan pengacara.
Bersama Tan, ketiga saudaranya bersekolah di Nanyang Primary. Lalu, mereka melanjutkan ke Raffles Institution, sebelum berlanjut ke Hwa Chong Junior Collage. Pada National University of Singapore, Tang memperoleh gelar kesarjanaannya.
Selain meraih pendidikan tinggi, bakti Tan yang lain ialah keengganannya jauh-jauh dari orang tua. Razer memiliki kantor di San Fransisco, AS, dan Singapura. Ketika berada di Singapura, Tang tinggal di rumah orang tuanya. Di Kamar yang ditempatinya sedari kecil. Suatu hal yang terbilang unik bagi sosok pemilik kekayaan sebesar $700 juta.
“Saya tidak suka mengatakan ini, tapi inilah faktanya. Ada banyak tempat logis (dan strategis) membuka toko (atau perusahaan), Shenzhen atau Taipei. Tapi hal mendasar bagi saya adalah kembali ke sini, di Singapura, menghabiskan waktu bersama kedua orang tua. Itu hal terpenting bagi saya,” tutur Tang.
Akhirnya, meskipun Tang tak membaktikan ilmu hukumnya di jalur formal, National University of Singapore, pada 2015, kemudian memberikan penghargaan padanya. Tang merupakan satu dari 10 alumni NUS yang memperoleh penghargaan di segmen “Outstanding Young Alumni.”
Penghargaan itu jadi bukti bahwa konsep salah jurusan atau bekerja tak sesuai pendidikan hanyalah pembenaran bagi sosok-sosok yang telah kalah dalam hidupnya.
Baca juga: Kesuksesan dan Kontroversi Perusahaan Game Razer