Mungkinkah Kita Menciptakan Mesin Waktu? Ini Jawabannya
https://www.naviri.org/2018/04/mesin-waktu.html
Naviri.Org - Ada film lama berjudul The Time Machine, yang mengisahkan seorang pria cerdas yang membangun mesin waktu. Dengan mesin tersebut, dia bisa berkelana ke masa lalu maupun ke masa depan. Tentu sangat menyenangkan kalau saja teknologi manusia di kehidupan nyata bisa menciptakan mesin waktu semacam itu, sehingga kita bisa traveling ke masa lalu atau menengok keadaan masa depan.
Kenyataannya, banyak orang yang mengkhayalkan keberadaan mesin waktu semacam itu. Bahkan, perjalanan menjelajah waktu adalah salah satu tema yang sering diangkat dalam novel atau film. Baik berkelana ke masa depan maupun memutar kembali ke masa lalu menjadi bahan cerita yang apik sekaligus membuai khayalan.
Berbeda dengan film dan novel yang memang merupakan fiksi, beberapa tahun terakhir banyak orang mengklaim bahwa dirinya adalah seorang penjelajah waktu atau time traveler. Beberapa waktu lalu, misalnya, seorang pria di Los Angeles, AS, mengklaim dirinya berasal dari masa depan.
Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube, pria tersebut menyatakan bahwa 3.000 tahun yang akan datang kota Los Angeles akan menjadi kota bawah air. Hal ini tentu segera menjadi kegaduhan di dunia maya. Tapi benarkah perjalanan waktu mungkin dilakukan?
Secara teoretis, Profesor Stephen Hawking dan Profesor Brian Cox percaya bahwa berpergian dengan kecepatan cahaya bisa mendorong manusia ke masa depan. "Perjalanan waktu pernah dianggap sebagai ajaran sesat. Dulu saya menghindari membicarakannya karena takut dilabeli sinting. Tapi, akhir-akhir ini, saya tidak terlalu berhati-hati. Sebenarnya saya terobsesi oleh waktu," ungkap Hawking dikutip dari The Sun.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Profesor Cox. "Perjalanan waktu ke masa depan adalah mungkin. Sebenarnya, ini adalah bagian intrinsik dari cara alam semesta dibangun. Kita semua adalah penjelajah waktu dengan cara kita sendiri," kata Profesor Cox.
Tak hanya itu, teori relativitas khusus Albert Einstein yang diterbitkan pada 1905 menjelaskan, benda yang bergerak dengan kecepatan cahaya akan mengalami waktu yang melambat. Dengan kata lain, orang yang bergerak sangat cepat (dengan kecepatan cahaya) akan melihat waktu mereka melambat. Tapi hal ini tidak berlaku untuk orang yang bergerak normal.
Menurut teori relativitas khusus, semakin cepat Anda bergerak melalui ruang angkasa, semakin lambat pengaruh waktu pada Anda dibanding obyek-obyek yang masih berdiri. Contohnya, jika pergi dengan pesawat ruang angkasa mendekati kecepatan cahaya (299.337 kilometer per detik), maka mungkin beberapa tahun lagi Anda akan sampai di bumi dan menemukan saudara kembar Anda yang jauh lebih tua.
Hal ini telah diuji coba oleh NASA dan disebut paradoks kembar.
Semua pendapat tersebut mendukung bahwa perjalanan waktu sangat mungkin dilakukan. Hanya saja, hal ini akan memerlukan energi yang luar biasa. Meski begitu, Profesor Ronald Mallett, seorang ahli fisika, juga tertarik dan optimis dengan penjelajahan waktu.
"Bergantung pada terobosan (teknologi) dan pendanaan, saya percaya manusia yang bisa menjelajah waktu akan terjadi pada abad ini," ujar Profesor Fisika di University of Connecticut, AS, tersebut.
Tantangan penjelajahan waktu
Sekarang, pertanyaan selanjutnya. Jika memang perjalanan waktu bisa dilakukan, bagaimana mendorong manusia bergerak pada kecepatan cahaya tanpa membunuh mereka?
Peneliti dari Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (CERN) menyebut bahwa mereka telah mendorong partikel kecil dengan kecepatan cahaya menggunakan Large Hadron Collider. Sayangnya, masih membutuhkan perjalanan panjang untuk melakukan hal tersebut pada manusia.
Teori lain adalah menggunakan lubang cacing di luar angkasa untuk memindahkan manusia dari satu titik ke titik lain di antariksa secara instan. Teori ini dikembangkan oleh Kip Thorne, fisikawan di California Institute of Technology (Caltech) pada 1980-an.
Thorne percaya bahwa manusia di masa depan harus membangun lubang cacing sendiri untuk menjelajah waktu. Di samping bergerak dengan kecepatan cahaya yang berisiko "membunuh" manusia, tantangan perjalanan waktu juga terjadi dari penuaan.
Dilansir dari Mirror, berpergian ke masa depan mungkin bisa dilakukan dengan mengalahkan proses penuaan. Tapi sayangnya, kembali ke masa lalu dianggap tidak memungkinkan. Itu karena teori relativitas khusus Einstein juga disertai dengan relativitas umum, yang menyatakan bahwa waktu dan ruang sebenarnya adalah hal yang sama, dan keduanya dipengaruhi gravitasi.
Meski secara teori bergerak melalui lubang cacing mungkin, tapi dalam prakteknya hal ini bertentangan dengan peraturan termodinamika. Dalam teori termodinamika, sistem tertutup beralih dari keteraturan menjadi gangguan yang mencegah terbentuknya loncatan waktu dekat.
Artinya, teori ini mengungkapkan bahwa penjelajahan waktu tidak mungkin terjadi. Kecuali manusia masa depan, entah bagaimana, dapat melakukan perjalanan lebih cepat daripada cahaya, atau mengubah hukum termodinamika.
Baca juga: Ramalan Masa Depan dari Seorang Penjelajah Waktu