Mengenang Friendster, Media Sosial Zaman Dulu
https://www.naviri.org/2018/04/mengenang-friendster.html
Naviri.Org - Sebelum Facebook terkenal seperti sekarang—khususnya di Indonesia—ada media sosial lain yang telah mendahului, dan sama terkenal bagi orang-orang Indonesia. Apa lagi kalau bukan Friendster.
Di masa lalu, nyaris semua anak sekolah atau anak kuliahan, khususnya yang telah mengakses internet, hampir bisa dipastikan memiliki akun di Friendster. Melalui Friendster, mereka saling sapa dengan teman atau orang lain, baik yang juga dikenal di dunia nyata atau yang sebatas kenal di dunia maya.
Friendster merupakan media sosial yang lebih dahulu dikenal masyarakat Indonesia. Media sosial tersebut dibuat seorang programer asal Kanada, bernama Jonathan Abrams, di tahun 2002. Nama “Friendster” diambil dari dua kata, “Friend” yang berarti teman, dan “Napster”.
Di zaman itu, Napster adalah fenomena. Napster merupakan situsweb berbagi file (terutama musik) secara ilegal yang melegenda. Sang pendiri Friendster, Jonathan Abrams, merupakan salah satu penggemar Napster dan berharap situsweb buatannya bisa sefenomenal situsweb berbagi ilegal tersebut.
Friendster terbilang sukses. Data yang dipacak Venture Beat, per bulan Juni 2008, Friendster memiliki pengguna aktif bulanan mencapai 37,1 juta orang. Dari angka tersebut, mayoritas pengguna Friendster berasal dari Asia. Angka pengguna Asia mencapai 33 juta pengguna aktif bulanan. Atas prestasinya itu, merujuk laporan yang dipublikasikan Techcrunch, Friendster memperoleh pendanaan hingga $50 juta dari beberapa venture capital.
Friendster memang fenomena tersendiri kala itu. Situsweb tersebut memiliki beberapa fitur yang menjadi favorit generasi yang bisa mencicipinya. Salah satu fitur andalan Friendster adalah “testimoni”. Testimoni, mirip dengan komentar pada fitur-fitur umum yang ditemui situsweb masa kini. Dengan testimoni, pengguna Friendster bisa memberikan kesan dan pesan pada pengguna lainnya. Selanjutnya, testimoni tersebut akan tampil di halaman muka si pengguna Friendster.
Selain testimoni, salah satu kekuatan Friendster kala masih berjaya adalah dimungkinkannya halaman Friendster dipermak habis-habisan dengan menggunakan kode-kode CSS (Cascading Style Sheets) tingkat dasar. Bila pengguna tidak mengerti kode demikian, ada banyak ragam situsweb pihak ketiga yang memberikan kemudahan menciptakan kode-kode demikian. Memanfaatkan kode-kode tersebut, halaman profil Friendster bisa berubah bentuk sesuai keinginan si pengguna.
Lainnya, merujuk artikel yang dipublikasikan Motherboard, Friendster disukai karena tidak ada debat politik dan berita palsu mejeng di situsweb sosial media tersebut.
Sayang, kenangan-kenangan Friendster telah hilang. Selepas pamor situsweb tersebut turun, Friendster dijual pada perusahaan asal Malaysia bernama MOL Global pada 2009 seharga $40 juta. Selepasnya, Friendster berubah menjadi situsweb gim online. Data-data kenangan pengguna media sosial tersebut, per tanggal 31 Mei 2011, dihapus oleh pihak Friendster.
Sesungguhnya, Friendster memiliki kans untuk jauh lebih lama bertahan. Merujuk pemberitaan CNN, situsweb tersebut pernah ditawar oleh Google seharga $30 juta dalam bentuk saham di raksasa mesin pencari itu. Nilai yang ditawarkan tersebut, pada 2007, sama dengan nilai $1 miliar di masa kini.
Apa pun, yang jelas kini Friendster tinggal kenangan, khususnya bagi yang dulu pernah menggunakan.
Baca juga: Sosmed Zaman Dulu, dari MySpace Sampai Koprol