Makin Tinggi Status Sosial, Makin Rendah Empati

Naviri.Org - Jika Anda mengenal seseorang yang memiliki status sosial tinggi—misal kaya-raya—namun memiliki sikap serta empati yang baik pada orang lain, maka Anda perlu tahu bahwa orang itu termasuk istimewa. Pasalnya, jauh lebih banyak orang yang memiliki status sosial tinggi dan kehilangan empati, daripada sebaliknya.

Kenyataan semacam itu bahkan mungkin telah menjadi realitas yang telah dipahami sejak dulu. Bahwa orang-orang kaya, atau yang memiliki status sosial tinggi, kerap kali memiliki empati yang rendah. Mereka sering kali tak peduli dengan orang lain, lebih mementingkan diri sendiri, atau egois.

Beberapa studi penelitian psikologi menunjukkan tentang adanya perbandingan terbalik antara privilese, kedudukan sosial, dan tingkat kekayaan, dengan rendahnya empati dan sikap welas asih. Makin tinggi kelas sosial, demikian hasil riset tersebut, makin kecil empatinya.

Pada tahun 2011, para psikolog dari Berkeley University diam-diam mengamati perilaku para pengendara mobil mewah di sebuah perempatan jalan Amerika Serikat yang ramai. Mereka lebih cenderung memotong jalur pengendara lain dibanding ikut aturan lalu lintas.

Pada 2016 lalu, sebuah penelitian Pia Dietze dan Eric D. Knowles dari New York University membuktikan bahwa kaum yang terbiasa dengan privilese harta dan kedudukan sosial yang tinggi cenderung cuek perilakunya ketika melintasi atau melihat seseorang yang kelas sosialnya lebih rendah setelah melakukan serangkaian penelitian di jalanan kota Manhattan, dan berbagai instrumen lain yang disodorkan kepada responden.

Hasil riset dan studi itu tentu mengkhawatirkan. Orang-orang yang memiliki privilese—kekayaan atau status sosial tinggi—yang mestinya lebih welas asih dan empati pada sesamanya, justru menunjukkan sikap sebaliknya. Semoga kita tidak tergolong orang-orang semacam itu.

Baca juga: Orang Kota dan Orang Desa, Mana Lebih Bahagia?