Kronologi Kasus Pencurian Jutaan Data di Facebook
https://www.naviri.org/2018/04/kronologi-kasus-pencurian-jutaan-data-facebook.html
Naviri.Org - Bagi kita, Facebook adalah media sosial tempat bertemu kawan-kawan dan menjalin pertemanan dengan orang-orang baru. Karenanya, kita pun menuliskan data-data kita di Facebook dengan benar sesuai identitas yang kita miliki, sehingga lebih mudah terhubung dengan orang-orang yang memang kita kenal. Semisal teman sekolah, teman satu kampung, teman kerja, dan lain-lain.
Namun, bagi pihak lain, data-data yang kita isikan di Facebook rupanya bisa dimanfaatkan untuk tujuan lain, di antaranya untuk keperluan iklan sampai keperluan kampanye. Kasus itulah yang belakangan bikin geger, setelah terungkap bahwa telah terjadi pencurian jutaan data pengguna di Facebook.
Kasus penyalahgunaan data pengguna Facebook itu dilakukan oleh perusahaan analisis data asal Inggris, Cambridge Analytica. Data tersebut diduga digunakan perusahaan untuk mengatur plot kampanye Donald Trump saat pemilihan presiden Amerika Serikat.
Cambridge Analytica diduga telah berhasil menggali informasi pribadi dari 50 juta pengguna Facebook.
Data tersebut tidak diambil secara paksa atau diam-diam oleh mereka. Times melaporkan bahwa Cambridge Analytica membayar seorang profesor psikologi bernama Aleksandr Kogan dengan nilai lebih dari 800 ribu USD, untuk membuat aplikasi guna memanen data dari pengguna Facebook.
Kogan kemudian berhasil merayu 270 ribu pengguna Facebook untuk mengikuti kuis kepribadian daring. Tetapi, API Facebook pada saat itu memungkinkan aplikasi Kogan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang setiap teman pengguna.
Satu pengguna Facebook rata-rata memiliki ratusan teman, sehingga Kogan dapat memanfaatkan basis penggunanya, dari 270.000 orang untuk memanen data sekitar 50 juta pengguna Facebook.
Facebook mengaku, Kogan mengatakan kepada mereka bahwa dia mengumpulkan data hanya untuk tujuan akademis. Tapi ternyata perkataan tersebut tidak benar. Kogan membagikan data itu kepada Cambridge Analytica untuk digunakan dalam pekerjaan penargetan iklan.
Transaksi pemberian dan pengumpulan data pribadi dimulai ketika pengguna mendaftar ke Facebook. Semakin lama menggunakan Facebook, semakin bertambah pula data-data yang dapat dikumpulkan. Berlanjut ketika pengguna memainkan aplikasi pihak ketiga di platform Facebook.
Ketika pengguna mendaftar akun Facebook, pengguna diwajibkan berbagi data, seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, surel, atau nomor ponsel. Dari informasi tersebut, Facebook mengumpulkan dan menyimpan lebih banyak data pribadi, seperti unggahan apa yang dibagikan dan ditambahkan pengguna, serta data kesukaan dan apa saja yang di-klik.
Umumnya, data yang didapatkan digunakan untuk menyajikan iklan yang relevan.
Tapi peluang penyelewengan data sebenarnya dimulai dengan aplikasi pihak ketiga. Saat ini, banyak aplikasi yang memanfaatkan data dari Facebook untuk digunakan di layanan mereka. Sebut saja gim Candy Crush, aplikasi Spotify, hingga Uber, yang memungkinkan pengguna untuk masuk menggunakan kata sandi Facebook mereka.
Dari sisi pengguna, hal ini pada awalnya terasa memberikan kenyamanan, karena tidak perlu memasukkan data-data lagi saat mendaftar masuk aplikasi apapun.
Setiap aplikasi pihak ketiga berbeda dalam jenis data yang dikumpulkan. Namun, langkah penting untuk diingat oleh pengguna adalah memperhatikan dan benar-benar membaca apa yang Anda setujui sebelum menekan tombol "lanjutkan" untuk masuk menggunakan tombol Facebook.
Biasanya, aplikasi pihak ketiga meminta akses ke nama, jenis kelamin, dan lokasi. Tetapi banyak aplikasi menggali lebih dalam preferensi pribadi dan jaringan teman.
Facebook, melalui sang CEO, Mark Zuckerberg, telah menyatakan pihaknya ikut bertanggung jawab.
Baca juga: Mengenali Macam-macam Karakter Orang di Facebook