Korban-korban Petasan di Berbagai Negara
https://www.naviri.org/2018/04/korban-petasan.html
Naviri.Org - Petasan adalah sesuatu yang kerap disandingkan dengan hari-hari besar atau perayaan-perayaan tertentu. Pada tahun baru, misalnya, banyak orang menyalakan petasan. Atau pada bulan Ramadan, banyak pula orang yang menyalakan petasan. Sebegitu identik petasan dengan perayaan-perayaan tersebut, sampai petasan dianggap sebagai bagian perayaan.
Yang menjadi masalah, petasan menyimpan potensi bahaya. Bagaimana pun, bahan yang digunakan untuk membuat petasan sangat rentan terhadap panas, sehingga mudah terbakar. Dalam bentuk bahaya “ringan”, seseorang bisa saja mengalami kecelakaan ketika sedang memegang petasan, dan petasan itu meledak di tangannya. Sementara dalam bentuk lebih berat, petasan bisa menimbulkan kebakaran besar.
Pada 20 Desember 2016, terjadi ledakan di pasar petasan terbesar di Meksiko, yang menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai 70 lainnya pada Selasa. Kejadian nahas ini menimpa para pelanggan yang membeli kembang api untuk perayaan tutup tahun 2016. Kecelakaan di Meksiko menambah rentetan kesedihan dari tragedi-tragedi kecelakaan hingga kematian akibat kembang api dan petasan di banyak negara.
Di Amerika Serikat, U.S. Consumer Product Safety Commission (CPSC) setiap tahun mencatat ada ribuan korban kembang api dan petasan dari segala umur. Pada 2015, tercatat ada 11.900 korban petasan dan kembang api di AS. Angka ini setara dengan 3,7 orang setiap 100.000 penduduk.
Jumlah korban petasan dan kembang api di AS itu tertinggi sejak 15 tahun terakhir. CPSC juga mencatat korban meninggal dari kembang api selama 2000-2015 mencapai 119 orang atau setara dengan 7,4 kematian per tahun, termasuk saat perayaan kemerdekaan.
Korban kembang api dan petasan terbanyak di AS umumnya pria yang mengambil porsi hingga 61 persen, sisanya 39 persen adalah wanita. Dari sisi usia, korban terbanyak adalah anak-anak dan remaja mencapai 42 persen. Sedangkan anak-anak usia di bawah 5 tahun mencapai 8 persen.
Di negeri jiran Malaysia, persoalan kecelakaan akibat petasan juga terjadi dan menjadi perhatian pemerintah. Mirip dengan Indonesia, tradisi memasang petasan dan kembang api juga ada di Malaysia saat perayaan lebaran maupun tahun baru. The Star pernah menulis sebuah insiden anak usia 11 tahun di Kampung Sayong Lembah, Perak, Malaysia yang harus kehilangan tiga jarinya setelah petasan yang disulutnya meledak di tangan.
Kejadian pertengahan Juni 2016 itu contoh dari serentetan korban petasan terutama anak-anak di Malaysia setiap tahun. Di Malaysia, petasan jadi barang ilegal, pemakainya bisa dipenjara kurang dari sebulan dengan denda hingga RM 100. Sementara itu, Indonesia mengatur kembang api masih boleh beredar dan digunakan dengan persyaratan.
Di Indonesia, data lengkap soal korban petasan dan kembang api memang tak secanggih di AS. Namun dari fakta-fakta pemberitaan media, korban yang berjatuhan dari permainan petasan tak bisa diabaikan.
Tahun lalu, seorang bocah berumur lima tahun di Kecamatan Marpoyan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau bernama Alfaro Prayata Dazain tewas akibat lontaran kaleng yang berisikan petasan. Korban petasan yang selamat pun tak jarang harus hidup cacat karena tangan harus diamputasi. Korban petasan tak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Termasuk pekerja dan pemilik pabrik petasan.
Pada Februari 2016 sebuah pabrik petasan di Desa Lohbener, Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat meledak, dan menewaskan satu orang. Kejadian serupa pernah terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Beberapa kecelakaan pabrik petasan dan kembang api juga berlangsung di Cina, sebagai produsen utama petasan dan kembang api di dunia. Sebanyak 90 persen petasan dan kembang api di seluruh dunia berasal dari Cina.
Dalam kurun waktu 1986-2005 rata-rata setiap tahun ada 400 orang pekerja pabrik petasan meregang nyawa akibat kebakaran atau ledakan yang menimpa pabrik tempat mereka bekerja di Cina.
Salah satu contohnya yang terjadi pada 22 September 2014, Nanyang Export Fireworks Factory, pabrik pembuat petasan, meledak sehingga memakan 14 korban jiwa. Industri petasan dan kembang api sebagai pekerjaan paling berbahaya setelah pertambangan batubara di Cina.
Industri petasan di Cina memutar roda ekonomi 4 miliar dolar AS per tahun yang berpusat di Liling Provinsi Hunan. Industri petasan dan kembang api di Hunan sudah berkembang berabad-abad secara turun temurun.
Petasan dan kembang api memang memberikan dampak positif bagi ekonomi suatu negara seperti Cina, tak kecuali pasar kembang api yang ada di Meksiko. Namun, melihat deretan korban petasan dan kembang yang terus terulang setiap tahun terutama menjelang atau saat tahun baru, Anda harus benar-benar berhati-hati saat bermain kembang api dan petasan.
Baca juga: Memahami Ancaman dan Bahaya dari Polusi Suara