Kisah Mengerikan Mantan Tentara Wanita Korea Utara
https://www.naviri.org/2018/04/kisah-mengerikan-mantan-tentara-wanita-korea-utara.html
Naviri.Org - Korea Utara adalah negara yang terkenal sangat tertutup. Sebegitu tertutup, hingga dunia internasional tidak bisa yakin apa yang terjadi di sana. Selain pihak luar tidak bisa melihat ke dalam Korea Utara, rakyat Korea Utara juga dibatasi dalam melihat ke luar negara mereka. Artinya, rakyat Korea Utara sulit mengakses berita-berita atau informasi mengenai dunia di luar mereka, selain yang hanya disodorkan pemerintah mereka.
Sebagaimana negara-negara lain umumnya, Korea Utara juga memiliki anggota militer, yang terdiri dari para pria dan wanita. Belakangan, ketika salah satu tentara wanita Korea Utara berhasil melarikan diri dari negaranya, ia menceritakan bagaimana mengerikannya hidup yang ia alami sebagai tentara wanita di Korea Utara.
Wanita yang semula menjadi tentara di Korea Utara itu bernama Lee So Yeon. Ia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Korea Utara (Korut) awal dekade 90-an, dengan motivasi mendapatkan makanan hangat, karena semangat patriotik akan tanah air, juga keinginan meneruskan jejak keluarga.
Tidak hanya dia. Ribuan perempuan dari seluruh Korut juga melakukan hal serupa, tatkala negeri tersebut dilanda kelaparan parah.
Awalnya, So Yeon menikmati statusnya sebagai prajurit di negara dengan kekuatan militer terbesar nomor empat di dunia tersebut. Apalagi, mereka mendapat pengering rambut. Meski tidak bisa digunakan setiap hari karena sering listrik padam.
Namun, petaka muncul ketika dia mulai memasuki bulan keenam dari masa dinasnya. Siklus menstruasinya terhenti, diakibatkan lingkungan yang sangat keras, dan kurangnya makanan yang diberikan.
"Namun, kami sangat bersyukur karena jika kami haid, situasinya akan lebih buruk," kata So Yeon dalam wawancaranya dengan BBC Selasa (21/11/2017).
Perempuan yang kini berusia 41 tahun itu melanjutkan, ada dua kendala terbesar yang dialaminya ketika bertugas. Yang pertama, sebagai perempuan, mereka tidak mendapatkan fasilitas yang layak.
Matras tempat mereka tidur terbuat dari karung beras. Akibatnya, ketika mereka berkeringat cukup banyak sehabis berlatih, keringatnya tidak akan terserap. "Itu sangat tidak nyaman," kata So Yeon, yang merupakan putri dari profesor di universitas.
Kemudian, mereka tidak bisa mandi dengan cukup, karena tidak memiliki air cukup. So Yeon bercerita, pernah suatu ketika Korut memasang selang yang terhubung dengan sebuah mata air di pegunungan. Ketika selang itu dikucurkan ke kamar mandi perempuan, mereka mendapati air itu penuh kodok serta ular.
Belum lagi perkosaan yang dilakukan komandannya hampir setiap malam. "Kejadian itu berlangsung terus-menerus," ungkap So Yeon yang bersyukur tidak mengalami kejadian tersebut ketika berdinas dalam kurun waktu 1992-2001.
So Yeon kemudian memutuskan pensiun di usia 28 tahun, dan mencoba hidup sebagai penduduk sipil. Mantan sersan itu pertama kali mencoba kabur pada 2008. Namun, aksinya diketahui, dan kemudian So Yeon dipenjara.
Percobaan kedua dilakukan tak lama setelah So Yeon dibebaskan. So Yeon mencoba berenang menyeberangi Sungai Tumen di China, saat dia bertemu dengan seorang penyelundup yang membantunya menyeberang dari China ke Korea Selatan (Korsel).
Harus diperlakukan hati-hati
Pakar Korut, Jieun Baek, berkata kesaksian So Yeon bisa membuat dunia semakin mengetahui apa saja yang ada dalam Korut yang terkenal sangat tertutup tersebut. "Keinginan untuk mengetahui Korut saat ini cukup tinggi," papar Baek.
Permintaan tersebut membuat seorang pembelot kadang melebih-lebihkan cerita kepada media agar dia mendapat bayaran tinggi. Akibatnya, pembangkang Korut saat ini dipandang sebagai sebuah "karir".
"Sangat penting untuk memperlakukan mereka dengan hati-hati," lanjut Baek.
Adapun untuk kisah So Yeon, Baek dan koleganya, Juliette Morillot, memastikan selaras dengan pengakuan beberapa perempuan yang lain.
Baca juga: Ironi Korea Utara, di Antara Rudal dan Rakyat Kelaparan