Keunggulan Ikan Kaleng Hingga Skandal Cacing Parasit
https://www.naviri.org/2018/04/keunggulan-ikan-kaleng.html
Naviri.Org - Ada banyak produk makanan yang dikemas dalam kaleng. Yang paling populer adalah buah dan ikan. Buah kalengan bisa didapatkan di mana pun, sebagaimana ikan kalengan. Keduanya menawarkan hal serupa, yakni kesegaran sekaligus kepraktisan.
Terkait ikan, ada banyak jenis ikan kalengan yang membanjiri industri. Tiga yang paling populer adalah makarel, sarden, dan tuna. Selain itu ada pula salmon, trout, juga hering.
Dari data Technavio, sebuah perusahaan riset pasar, bisnis global hasil laut dalam kaleng mencapai nilai 29,75 miliar dolar pada 2016. Sedang Grand View Research menyebut angka 21,5 miliar. Technavio meramalkan pada 2021 nilai pasar ini akan melonjak jadi 36,7 miliar dolar. Hal ini juga disebabkan oleh makin banyaknya minimarket dan supermarket.
Ikan kalengan memang akan tetap populer. Ia punya banyak keunggulan. Pertama, harganya lebih murah ketimbang ikan segar, apalagi untuk daerah yang jauh dari laut. Kedua, ia praktis dan mudah dimakan karena sudah tanpa duri. Ketiga, kandungan gizinya masih bisa ditandingkan dengan ikan segar.
U.S Departemen of Agriculture (USDA) pernah membandingkan ikan segar dan ikan kaleng, ternyata mereka mempunyai kandungan asam lemak omega-3 yang setara. Mereka bahkan menemukan bahwa dua omega-3 di ikan salmon merah dan salmon pink kalengan lebih tinggi ketimbang salmon segar.
Keempat, ikan kalengan tahan lama. Pada 1974, Asosiasi Prosesor Makanan Nasional Amerika Serikat, menguji contoh makanan kaleng yang diambil dari kapal Bertrand yang tenggelam pada 1865. Ternyata, meski penampilannya memburuk dan baunya menusuk, tak ada bakteri di sana. Mereka menyimpulkan: makanan itu masih aman disantap.
Sayang, karena kebutuhan yang tinggi dan nilai pasar yang besar, masih banyak produsen ikan kaleng yang membuat produk asal-asalan. Badan Pengawas Obat dan Makanan baru-baru ini melaporkan bahwa 27 merek produk ikan makarel kaleng positif mengandung parasit cacing.
Karena temuan itu, BPOM melarang 16 merek impor masuk ke Indonesia, dan 11 merek produk dalam negeri dihentikan produksinya. Saat ini, Indonesia cukup banyak mengimpor ikan makarel. Pada 2016, nilainya 48,5 juta dolar. Pada 2017, angkanya tumbuh 93,46 persen menjadi 93,83 juta dolar. Sekitar 65,08 persen ikan makarel diimpor dari Cina.
Kasus cacing maupun parasit cacing di ikan kalengan ini sebenarnya mempermalukan orang-orang modern perihal teknologi pengalengan. Bayangkan, di tahun 1800 saja, metode pengalengan berhasil dengan amat baik, bahkan produknya aman dimakan hingga 100 tahun kemudian. Sekarang, dengan teknologi yang semakin maju dan jika mengesampingkan faktor keserakahan, produsen malah membuat produk ikan kaleng yang penuh dengan cacing dan parasit.
Baca juga: Sejak Kapan Manusia Mengonsumi Daging Ayam?