Friendster, Media Sosial yang Penuh Kenangan
https://www.naviri.org/2018/04/friendster.html
Naviri.Org - Anak-anak muda dan para remaja awal 2000-an kemungkinan besar mengenal Friendster, media sosial yang di masa itu sangat terkenal, khususnya di Indonesia. Karenanya, para remaja yang sudah mengenal internet, biasanya memiliki akun di Friendster, sebagai sarana untuk saling terhubung dengan teman sekolah, atau teman bermain. Fungsi Friendster tak jauh beda dengan Facebook yang kita kenal sekarang.
Selain Friendster, di masa itu ada media sosial lain yang sama populer, yaitu MySpace. Namun, tampaknya, kebanyakan remaja Indonesia lebih menyukai Friendster. Kini, setelah Friendster tidak ada, para remaja yang dulu pernah menggunakan pasti masih bisa mengingat kenangan demi kenangan yang pernah lahir di media sosial tersebut.
Sejak tahun 2002, Friendster sudah beredar di internet. Friendster mencapai puncak kejayaan di Indonesia pada tahun 2008. Sebelum akhirnya beralih fungsi menjadi situs permainan dan musik pada tahun 2011.
Friendster pada umumnya mempunyai fungsi yang sama layaknya sosmed masa kini. Bisa menambah teman, chatting, berbagi informasi, serta berkomunikasi. Sederhananya, Friendster seperti Facebook, namun dengan tampilan lebih minimalis. Namun, seiring kemajuan teknologi, Friendster perlahan mulai ditinggalkan, dan orang-orang beralih ke Facebook.
Berikut ini beberapa keunggulan Friendster yang sebenarnya lebih sederhana dan lebih baik dibandingkan media sosial kekinian.
Profil yang bisa diubah-ubah
Facebook atau Instagram membebaskan kita untuk mengunggah berbagai konten seperti foto maupun video. Berbeda dengan Friendster, selain bebas mengunggah konten, kamu juga diperkenankan mengubah tampilan halamanmu. Entah itu tema, font, color, bisa disesuaikan dengan kemauan dan mood.
Lebih mementingkan makna persahabatan
Alasannya sangat logis, Friendster tidak mempunyai iklan seperti media sosial saat ini. Bahkan, kalau mau menulis testimoni (istilah Friendster saat itu) kamu harus mengunjungi profil temanmu, dan menulis di wall-nya. Kalau ingin percakapan berlanjut, bisa melalui SMS atau telepon. Tidak ada iklan yang mengganggu.
Tidak ada istilah kepo
Friendster memiliki fitur 'view' yang bisa melihat pengunjung profil kita. Fitur ini di-update harian, bahkan ada pemberitahuan aktivitas (kapan seseorang login terakhir kali). Zaman dulu, kalau seseorang mengunjungi profilnya, tidak ada istilah kepo. Kalau itu teman sendiri, biasanya kita akan balik mengunjungi profilnya, seraya meninggalkan pesan, "Kok view aja? Leave testi, dong." Tapi, kalau itu orang asing, biasanya pesan yang ditinggalkan akan berbunyi, "Just view? Add dong."
Berita bohong dan debat kusir hampir tidak ada
Berita hoax yang tersebar di medsos belakangan ini semakin menggangu. Pada zamannya, Friendster tidak memiliki fitur untuk berbagi berita. Tampilannya masih sangat sederhana. Debat kusir yang menjurus kebencian yang biasa dilakukan kids zaman now juga jarang sekali terlihat. Besar kemungkinan, Friendster zaman dulu jadi ajang curhat anak-anak era 90'an di saat patah hati berujung baper yang tak berujung.
Baca juga: Mengenal Tinder dan Aplikasi Pencari Jodoh Lainnya