Apa yang Akan Terjadi jika Dunia Tanpa Internet?
https://www.naviri.org/2018/04/dunia-tanpa-internet.html
Naviri.Org - Generasi zaman ini adalah generasi yang lekat dengan internet. Kapan pun dan di mana pun, mereka terhubung dengan internet. Revolusi semacam itu terjadi setelah internet terintegrasi dengan smartphone, sehingga orang bisa mengakses internet secara mudah dan praktis. Kenyataannya, pengakses internet terbesar saat ini adalah pengguna jaringan mobile.
Ada banyak hal dan urusan yang dilakukan orang dengan internet. Dari membuka situs, mengecek email, terhubung ke media sosial, dan lain-lain. Kira-kira, jika sekarang internet dihapus dari dunia, apa yang mungkin akan terjadi?
Suatu hari di tahun 1975, New York Telephone Company menghentikan layanan telepon rumah di 300 blok di Manhattan, New York, selama 23 hari. Dalam laporan yang ditulis BBC, berjudul What if The Internet Stopped for a Day?, setelah pemadaman itu ada survei terhadap 190 warga yang kena dampak. Hasilnya, empat per lima responden mengatakan bahwa mereka kehilangan kontak dengan teman dan keluarga. Selebihnya ada dua per tiga responden yang merasa terisolasi dan gelisah.
Namun, kini telepon rumah hampir dilupakan. Semenjak dekade 1990-an, dunia semakin terhubung melalui jaringan internet sebagai sarana berkomunikasi, selain telepon. Pada 1995, hanya 1 persen penduduk Bumi yang online dengan internet. Kini 54,4 persen penduduk Bumi adalah pengguna internet, jaringan dan penggunaan internet telah mendominasi masyarakat dunia.
Paul Kingsley dan Terry Anderson, peneliti dari University of Ulster, Irlandia Utara, pada penelitian yang dituangkan dalam jurnal berjudul “Facing Life Without the Internet” (1998), menyatakan bahwa 26,8 persen dari 128 mahasiswa yang menjadi objek penelitiannya mengaku sepakat akan kehilangan sesuatu yang spesial saat tak terkoneksi internet.
Selain itu, ada 40,6 persen dari responden yang menyatakan tidak setuju hidup tanpa internet. Tercatat juga ada 10,1 persen responden yang menyatakan bahwa hidup tanpa internet merupakan sesuatu yang tidak terpikirkan oleh mereka.
Pada penelitian ini terungkap, layanan email merupakan fasilitas internet yang paling dibutuhkan. Sebanyak 32,3 persen responden mengaku tidak masalah bila kehilangan akses mengakses world wide web, asal tetap dapat menggunakan email.
Penelitian ini menyimpulkan alasan manusia kian tergantung pada internet, karena manusia modern kini telah menjadi masyarakat yang haus informasi. Sebanyak 55,5 persen responden setuju bahwa masa depan mereka yang tidak memperoleh informasi akan menyebabkan keadaan buruk dalam hidup.
Namun, penelitian Kingsley dan Anderson memang dalam konteks penggunaan internet pada masa awal-awal kemunculannya di dunia periode 1990-an akhir. Kebutuhan orang terhadap internet pada periode terkini tentu makin kompleks, dan tak hanya sebatas email. Berbagai layanan digital yang tersambung dengan internet seperti beragam aplikasi, game, belanja online, ride sharing, dan sebagainya, tentu makin membuat orang bergantung dengan internet.
Michael Calore, editor senior Wired, menyatakan secara tersirat bahwa ketergantungan manusia pada internet atas kesuksesan teknologi ini "membunuh" waktu menunggu.
“Bukan hanya kemampuan untuk mendapatkan jawaban ataupun pengiriman di hari yang sama yang dipenuhi dunia online, ini karena atas kehadiran internet, aspek menunggu pada banyak hal hilang,” terang Calore pada The Atlantic.
Persoalan waktu ini pula yang bisa menggambarkan ketergantungan orang pada internet setiap hari. Data lain dari Statista menyatakan bahwa generasi milenial menghabiskan waktu selama 223 menit alias 3,7 jam sehari untuk online menggunakan perangkat mobile dengan jaringan internet. Ini menggambarkan cengkeraman internet pada manusia masa kini semakin tak terhindari. Menurut penelitian yang dilakukan perusahaan solusi teknologi informasi Excelacom, dalam 60 detik ada 2,4 juta orang yang mencari sesuatu melalui Google.
Internet masa kini juga melekat pada gadget, yang kenyataannya menjadi teman sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang dirilis Nielsen Mobile Shopping, Banking and Payment Report pada Oktober 2016, sebanyak 53 persen konsumen global mengatakan merasa tidak tenang jika berada jauh dari perangkat mobile.
Penelitian yang dilakukan pada 1-23 Maret 2016, dengan sampel lebih dari 30.000 konsumen online di 63 negara di seluruh Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara, menyatakan sebanyak 56 persen responden tidak dapat membayangkan hidup tanpa perangkat mobile. Sebanyak 70 persen menyatakan perangkat mobile membuat hidup mereka lebih baik.
Mengukur seberapa sanggup manusia bisa hidup tanpa internet memang sangat relatif. Namun, dari waktu yang digunakan orang untuk berinternet hingga berjam-jam per hari, dan tak menggunakan internet bisa berdampak bagi perasaan individu, maka tak bisa disangkal internet memang sudah jadi kebutuhan.
Baca juga: Internet, dari Satelit Sampai Kabel Bawah Laut