Mengenang Dingdong, Video Game Era 1990-an
https://www.naviri.org/2018/04/dingdong.html
Naviri.Org - Bagi yang sudah tumbuh remaja pada era 1990-an, kemungkinan besar kenal dingdong, video game yang marak pada masa itu. Pada zaman itu, ponsel bisa dibilang belum ada, atau belum dikenal, apalagi oleh orang kebanyakan. Karenanya, anak-anak zaman dulu tidak bisa bermain game dengan mudah via ponsel seperti para remaja zaman sekarang.
Di masa 1990-an juga belum marak aneka game seperti sekarang, yang bisa dimainkan di rumah. Untuk bisa bermain game, anak-anak zaman dulu harus pergi ke tempat-tempat yang menyediakan game. Di zaman itu, video game berbentuk besar, sekaligus berat, namun permainannya sederhana. Video game itulah yang lazim disebut dingdong.
Dingdong sebenarnya istilah atau sebutan anak-anak Indonesia untuk game arcade. Sejak 1972, di negeri asalnya, mesin arcade yang dioperasikan dengan koin ini dipasang di ruang-ruang publik seperti pusat perbelanjaan, bar, bioskop, dan lain sebagainya.
Semuanya berawal dari Atari, perusahaan mesin gim yang didirikan pada 1972 dan memperkenalkan permainan simulasi ping pong bernama Pong. Sebagaimana dikisahkan oleh Harold Goldberg, dalam buku All Your Base Are Belong to Us: How Fifty Years of Videogames Conquered Pop Culture (2011) yang nukilannya dimuat di Vanity Fair, mesin Pong ditempatkan pertama kalinya di Kedai Andy Capp yang berlokasi di Sunnyvale, California, AS.
Tak hanya Pong yang jadi primadona dingdong. Space Invaders, menurut serial dokumenter produksi kanal G4tech TV, juga tak kalah populer. Gim tembak-menembak yang dirilis pada 1978 ini adalah produk perusahaan Jepang, Taito, dan diedarkan di kawasan Amerika Utara oleh Midway.
Space Invaders membawa perubahan penting dalam industri gim arcade, yakni memperkenalkan sistem skor sehingga sesama pemain bisa saling bersaing. Selain itu, Space invaders merupakan gim pertama yang menampilkan gambar dua dimensi. Tugas pemain: menembaki alien dengan senjata laser dari sebuah pesawat.
Gim dingdong populer lainnya adalah Pac-Man. Saking populernya, Pac-Man kini dirayakan sebagai bagian dari budaya pop dunia, yang hadir di lagu rap Pac-Man oleh Gucci Mane & Waka Flocka, motif jas Bret Dier saat menghadiri MTV Movie Awards 2017, hingga dalam julukan Pac-Man yang disematkan pada petinju Manny Pacquiao.
Dilansir dari Lifewire, Pac-Man dirilis pada 1979 di Jepang oleh produsen gim bernama Namco. Kesuksesan Pac-Man di Jepang membuat Namco ingin mengedarkannya di Amerika Serikat. Masalahnya, Namco tak punya saluran distribusi di negeri Paman Sam, sehingga mereka memberikan lisensi pada developer Midway.
Permainan Pac-Man berlangsung dalam sebuah labirin yang terdapat titik-titik. Tugas Pac-man sebagai karakter utama adalah memakan titik-titik tersebut, sekaligus menghindar dari kejaran para hantu. Pemain yang berhasil memakan titik terbanyak akan mendapatkan skor tertinggi.
Bisnis nostalgia
Di Indonesia, sebelum masuknya konsol gim portabel seperti Nintendo, Sega, PlayStation, hingga Xbox ke rumah-rumah, dingdong merajai lanskap gim. Sebagaimana di AS, mesin dingdong banyak ditemukan di bioskop dan mal. Tak jarang pula di tempat-tempat khusus bermain gim.
Istilah “dingdong”, yang tak diketahui asal-usulnya, merujuk pada mesin maupun tempat bermain gim itu sendiri.
Saat ini, di Indonesia, dingdong sudah tidak semarak dahulu, bahkan bisa dibilang barang langka. Walaupun gim arkade masih bisa dimainkan di game center seperti Timezone, Amazone, atau Fun World, istilah dingdong tidak lagi dikenal oleh generasi muda. Mesin yang digunakan juga jauh lebih modern dari mesin dingdog era 1990an.