Penelitian: Beda Generasi, Beda Selera Humor
https://www.naviri.org/2018/04/beda-generasi-beda-selera-humor.html
Naviri.Org - Bisa dibilang, semua orang menyukai humor, atau sesuatu yang mampu membuat kita tertawa, atau setidaknya tersenyum. Kenyataan itu pula yang menjadikan produk-produk humor terus mengalir dari masa ke masa, entah dalam bentuk film, buku, cerita, hingga aksi lawakan.
Generasi dulu tentu akrab dengan grup lawak Srimulat, yang beranggotakan Basuki, Timbul, Tarsan, dan lain-lain. Setiap kali Srimulat muncul di televisi, orang-orang akan menonton dengan senang. Pada masa itu, grup lawak semacam srimulat bisa dibilang masih sedikit, dan popularitas Srimulat juga tampaknya sulit disaingi.
Kini, generasi zaman sekarang mendapatkan lebih banyak materi humor. Selain di televisi, ada banyak humor lewat buku atau novel, sampai meme-meme yang bertebaran di internet. Terkait humor, ternyata masing-masing generasi memang memiliki selera humor sendiri.
Jennifer Tehan Stanley, profesor psikologi dari University of Akron, melakukan penelitian terkait humor. Dalam tulisannya bersama dua kolega lain yang dimuat di jurnal Psychology and Aging (2014), Stanley menyatakan bahwa anak-anak muda usia 17-21—yang tergolong milenial dan generasi Z—serta orang dewasa usia 35-56, lebih menganggap lucu lawakan agresif atau yang menyerang sesuatu/orang lain.
Sebaliknya, orang-orang lansia kisaran umur 64-84 tidak menyenangi lawakan macam itu, tetapi cenderung memilih lawakan afiliatif yang menekankan perasaan senasib. Temuan ini didapatkan setelah mereka meminta partisipan menonton sejumlah contoh tayangan komedi seperti The Office, Mr. Bean, Golden Girls, dan Curb Your Enthusiasm.
Bagaimana cara pengukuran yang diterapkan Stanley dan koleganya? Ada beberapa kriteria penilaian yang mereka buat seperti dari laporan pribadi partisipan, penghitungan jumlah senyum yang terekam dalam video, serta dari perubahan aktivitas otot wajah saat menonton tayangan komedi yang diukur dengan electromyograph.
Ada alasan-alasan generasi terdahulu tidak menyenangi gaya humor agresif. Pertama, hal yang biasa saja diterima anak-anak muda bisa saja justru menyinggung perasaan mereka. Alasan lain, mereka lebih menyenangi humor-humor yang lebih cerdas dibanding lawakan yang menekankan kesengsaraan sosok lain. Tidak hanya itu, tayangan komedi yang lebih lawas lebih dianggap lucu dibanding tayangan-tayangan komedi yang teranyar karena adanya keterhubungan secara emosional.
Walaupun ditemukan perbedaan selera humor antargenerasi, bukan berarti gaya lawakan konvensional ditinggalkan. Pelesetan, ironi, dan slapstick masih jamak ditemukan saat ini.
Baca juga: Meme, Sarana Humor Generasi Milenial