Sejarah dan Asal Usul Permainan Truth or Dare
https://www.naviri.org/2018/04/asal-usul-permainan-truth-or-dare.html
Naviri.Org - Meski bukan permainan asli Indonesia, namun Truth or Dare populer di Indonesia dan dimainkan sebagian orang, khususnya anak-anak muda. Bagi yang suka, Truth or Dare bisa menjadi permainan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang saat santai bersama teman. Di pesta-pesta, permainan Truth or Dare juga kerap dilakukan, untuk memeriahkan suasana.
Dalam permainan ini, biasanya terdiri dari beberapa orang. Setelah itu, sebuah botol akan diputar di tengah-tengah mereka. Ketika botol berhenti berputar, tutup botol akan “menunjuk” salah satu orang, dan dialah yang “kena”. Peserta yang "kena" harus memilih antara truth alias menjawab pertanyaan (rahasia sampai aib) atau dare untuk melakukan sesuatu (yang sulit hingga konyol).
Dari mana sebenarnya permainan ini berasal, dan sejak kapan dimainkan?
Konon, permainan ini telah muncul sejak 1712. Awalnya adalah permainan yang dilakukan saat Natal, di mana ketua permainan akan mengajukan pertanyaan. Jika penjawab menolak menjawab dan memenuhi permintaan dari sang ketua, ia harus membayar denda berupa perintah lainnya atau ia akan dicoreng wajahnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa permainan ini kemungkinan adalah modifikasi dari permainan basilinda yang berasal dari Yunani kuno. Dalam permainan ini, satu orang dari kelompok dipilih sebagai raja, sedangkan yang lain menjadi pelayan atau prajuritnya. Sang raja, seperti halnya aturan main dalam sistem kerajaan, kemudian menentukan apa-apa yang harus dilakukan oleh teman-teman bermainnya.
Sebagai permainan yang dilakukan sekelompok teman, truth or dare bisa menjadi wahana untuk saling mengenal antar-teman. Namun, seiring waktu, permainan truth or dare berkembang sehingga ada pilihan dan tantangan yang sarat seksualitas, dan muncullah sexual truth or dare.
Modus permainan ini pernah membikin heboh di Oklahoma, saat seorang pemuda berusia 20 tahun menjadi tersangka pelecehan seksual terhadap dua remaja perempuan berusia 14 dan 15 tahun. Pemuda bernama Danny Hilton itu menggunakan permainan truth or dare untuk mengajak dua gadis itu melakukan tindakan seksual dengannya.
Kasus ini ketahuan setelah salah seorang dari korban mengadu kepada ibunya. Menurut laporan News 9, ‘permainan’ tersebut terjadi di kamar tidur Hilton. Di situlah sang pemuda membuat kedua gadis itu melakukan tantangan (dare) bersifat seksual.
Di luar dari kasus tersebut, permainan ini memang bisa dijadikan sebagai "permainan orang dewasa" atau "permainan untuk pasangan." Cosmopolitan internasional, misalnya, pernah mengeluarkan kartu permainan yang diberi nama Cosmo's Truth or Dare: Our Naughtiest Sex Game Ever! pada 2013.
Kartu-kartu tersebut berisi tantangan dan pertanyaan yang akan dijawab oleh pasangan yang bermain. Misalnya pertanyaan, “Katakanlah Anda seorang kritikus, beri saya ulasan atas penampilan saya terakhir kali ketika kita berada di tempat tidur,” atau tantangan-tantangan yang merujuk pada kegiatan seks di antara pihak yang memainkan kartu tersebut.
Beragamnya pertanyaan dan jenis tantangan dalam truth or dare mempunyai konsekuensi tersendiri terhadap para pemainnya. Wendy L. Patrick, Ph.D, seorang pengajar materi seksualitas dan kekerasan yang menulis buku Red Flags: How to Spot Frenemies, Underminers, and Ruthless People, menyatakan bahwa permainan truth or dare adalah salah satu permainan berbahaya terkait jenis pertaruhan yang bisa terjadi di dalamnya.
Menurut Patrick, setiap pemain cenderung memilih ‘dare’ daripada ‘truth’, sebab mereka ingin menghindari pertanyaan-pertanyaan pribadi yang akan ditanyakan jika ia memilih ‘truth’. Selain itu, orang-orang yang cenderung memilih ‘dare’ juga mempunyai dorongan untuk menunjukkan kekuatan dan tampil berani di depan teman-temannya.
"Para penantang biasanya akan menantang ‘korban’ untuk melakukan hal-hal yang tidak nyaman dan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan. Terlebih jika si penantang tersebut berpotensi menyampaikan tantangan berbau seksual. Orang-orang seperti itu akan menekan korban untuk melakukan aktivitas seksual yang sebenarnya tidak ia inginkan,” jelas Patrick.
Patrick juga menyampaikan bahwa hal yang berbahaya dari truth or dare adalah proses kompromi yang berjalan sangat halus selama permainan berlangsung. Seseorang akan ditekan untuk melakukan tantangan, atau ia harus rela dikata-katai.
“Penantang akan berusaha menantang korban untuk membuktikan hal-hal negatif, dengan mengejek korban bahwa korban [pasti] tidak mampu melakukannya, sehingga si korban akan terpaksa melakukan tantangan tersebut,” kata Patrick.
Maka, menurutnya, penting bagi para pemain untuk mengenal sejauh mana karakter teman-temannya. Jangan sampai kita diberi tantangan yang sebenarnya tidak kita inginkan. Sebab, jika sudah masuk dalam permainan, setiap pemain pasti harus menerima konsekuensi. Mau atau tidak, kita akan terkondisikan untuk menerima seluruh tantangan dan pertanyaan yang diberikan.
Jika kita tak kenal baik teman bermain kita, hal-hal buruk atau setidaknya menyebalkan bisa terjadi. Pada tingkat ekstrem, kasus seperti di Oklahoma bisa terjadi. Karenanya, bersikap bijak perlu dikedepankan, meski untuk permainan.
Baca juga: Kostum Halloween dan Industri di Balik Perayaan