“4 Sehat 5 Sempurna” Belum Tentu Sehat dan Sempurna
https://www.naviri.org/2018/04/4-sehat-5-sempurna.html
Naviri.Org - Di masa lalu, ketika masih sekolah dasar, kita pasti pernah atau bahkan sering mendengar guru di kelas yang menjelaskan “4 sehat 5 sempurna”, terkait makanan yang perlu kita konsumsi setiap hari. Sebegitu populer istilah itu, sampai-sampai kita pun sangat hafal, dan bisa jadi masih mempraktikkannya sampai dewasa. Belakangan, diketahui, ternyata jargon “4 sehat 5 sempurna” tidak terjamin sehat dan sempurna.
Slogan 4 sehat 5 sempurna dipopulerkan oleh guru besar ilmu gizi pertama di Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo pada tahun 1950-an.
Dalam konsep 4 sehat 5 sempurna, makanan sehat adalah makanan yang mengandung 4 sumber nutrisi yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan disempurnakan dengan susu.
Sejak tahun 1990-an, pedoman 4 sehat 5 sempurna ini dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Hingga kemudian, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan akhir bulan Oktober lalu mengkampanyekan slogan "Isi Piringku" sebagai pengganti slogan "4 Sehat 5 Sempurna" untuk pedoman konsumsi sehari-hari dalam memenuhi gizi seimbang.
"Dulu kita punya slogan 4 Sehat 5 Sempurna, namun dalam perkembangan ilmu gizi tidak cukup tepat untuk mengakomodir perkembangan ilmu yang baru. Kalau hanya bicara 4 Sehat 5 Sempurna tanpa keseimbangan itu tidak cukup," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono, dalam konferensi pers acara Forum Pangan Asia Pasifik.
Secara umum, "Isi Piringku" menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.
Kampanye "Isi Piringku" juga menekankan untuk membatasi gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Dalam perkembangan ilmu gizi yang baru, pedoman "4 Sehat 5 Sempurna" berubah menjadi pedoman gizi seimbang, yang terdiri dari 10 pesan tentang menjaga gizi.
Dari 10 pesan tersebut, Anung mengelompokkan lagi menjadi empat pesan pokok yakni pola makan gizi seimbang, minum air putih yang cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang sesuai untuk mengetahui kondisi tubuh.
Selain diagram "Isi Piringku" yang telah disebutkan, kampanye tersebut juga menekankan empat hal penting lainnya, yaitu cuci tangan sebelum makan, aktivitas fisik yang cukup, minum air putih cukup, dan memantau tinggi badan dan berat badan.
Konsep 4 sehat 5 sempurna dulu dicanangkan dalam rangka membuat rekomendasi diet sehat untuk masyarakat Indonesia. Karena saat itu standar menu sehat masih belum ada acuannya, dibuatlah konsep 4 sehat 5 sempurna, yang bertujuan mengenalkan bahwa di dalam piring minimal harus terdapat sumber karbohidrat, protein, dan lemak dari makanan pokok, sayur, lauk hewani, lauk nabati, dan susu sebagai pelengkapnya.
Konsep ini kurang pas bila diterapkan saat ini, karena ketiadaan standar dalam penentuan jumlah setiap bahan makanan pada konsep 4 sehat 5 sempurna. Akibatnya, setiap orang bisa saja menafsirkan menu yang mereka makan dalam porsi dan kadar yang beraneka macam, asal telah memenuhi syarat 4 sehat lima sempurna: makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan disempurnakan dengan susu.
Dampaknya adalah peningkatan jumlah konsumsi lemak dan energi, yang berpotensi menyebabkan obesitas dan kegemukan. Karena jumlahnya yang tidak standar, masing-masing individu bisa menafsirkan secara beragam.
Baca juga: Pertimbangan Sebelum Memutuskan Menjadi Vegan