Warisan Genetika di Balik Sifat Kebaikan
https://www.naviri.org/2018/03/warisan-genetika-di-balik-sifat-kebaikan.html
Naviri.Org - Di sekeliling kita, ada orang-orang yang sangat welas asih, ada yang biasa-biasa saja, ada pula yang bisa dibilang tidak memiliki empati sehingga kadang membuat kita menganggapnya kejam. Masing-masing orang memang memiliki sifatnya masing-masing, termasuk dalam kemampuan berempati. Namun, ternyata, sikap welas asih, empati, dan sifat-sifat lain yang berbentuk kebaikan, merupakan bagian dari warisan genetika orang tua.
Selama ini, kita mungkin menganggap bahwa yang disebut warisan genetika hanya berupa wujud fisik, atau lebih spesifik adalah bentuk mata, warna rambut, dan semacamnya. Namun ternyata ada pula sifat-sifat (dalam hal ini kebaikan yang bersifat kasih sayang) juga diwariskan secara genetik.
Berdasarkan penelitian, ada tiga variasi genetik terkait dengan jumlah reseptor hormon oksitosin. Oksitosin merupakan hormon yang memantik perasaan kasih sayang. Tiga variasi genetik ini adalah G/G, A/G, dan A/A.
Orang yang memiliki variasi genetik G/G atau mendapat G dari kedua orang tuanya, cenderung memiliki empati yang sangat tinggi. Orang dengan variasi genetik A/A memiliki empati yang terendah. Sedangkan A/G berada di tengah-tengah.
Menariknya lagi, orang dengan variasi genetik G/G diketahui memiliki peluang yang sangat kecil untuk mengalami autisme dan kegelisahan sosial. Hal yang berlawanan terjadi pada A/A.
Baca juga: Mengapa Orang Blasteran Rata-rata Rupawan?