Mewaspadai Skimming, Pembobolan Rekening Nasabah
https://www.naviri.org/2018/03/skimming.html
Naviri.Org - Belum lama, terjadi kasus pembobolan rekening nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Kediri, Jawa Timur, yang kejadiannya dimuat berbagai situs dan portal berita. Setidaknya ada 16 nasabah BRI yang mengalami kehilangan uang dari rekeningnya secara misterius. Mereka tidak merasa mengambil uang dari rekening, tapi sejumlah uang mereka hilang dari rekening.
Pihak BRI semula bingung, karena mendapati banyak nasabah secara tiba-tiba mengeluhkan hal sama di waktu yang sama. Lalu muncul dugaan telah terjadi kejahatan skimming.
Ternyata dugaan itu memang benar. Belakangan, lima pelaku kejahatan pembobolan rekening nasabah bank itu telah ditangkap.
Apa itu kejahatan skimming?
Skimming adalah tindakan pencurian informasi kartu kredit atau debit dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu secara ilegal. Strip ini adalah garis lebar hitam yang berada di bagian belakang kartu ATM. Fungsinya kurang lebih seperti pita kaset, material feromagnetik yang dapat dipakai untuk menyimpan data.
Modus kejahatan yang kerap terjadi ini masuk ke dalam salah satu jenis penipuan metode pengelabuan (phishing).
Pelaku bisa mendapatkan data nomor kartu kredit atau debit korban dengan menggunakan perangkat elektronik kecil (skimmer) untuk menggesek kartu lalu menyimpan ratusan nomor kartu kredit korban.
Bentuknya tidak selalu sama, namun alat ini umumnya ditempelkan di tempat masuknya kartu di mesin ATM serta kamera pengintai untuk memantau papan tombol angka guna mengetahui PIN dari kartu tersebut.
Peletakan kamera pengintai bisa di beberapa tempat, seperti di penutup papan tombol angka, di atas monitor, atau di area terdekat lain yang tidak disadari nasabah. Bahkan kamera ini bisa digantikan dengan papan tombol palsu yang menumpang papan tombol asli. Jadi angka PIN yang dimasukkan oleh nasabah akan otomatis tercatat.
Pelaku skimming biasanya merasa lebih memilih menghindari mesin ATM yang berada di dalam bank, pasar swalayan, ataupun tempat ramai lain. Mereka memilih untuk memodifikasi ATM yang ada di tempat sepi atau di luar gedung.
Karena sebagian besar bank tutup di malam hari dan akhir pekan, pelaku memanfaatkan momen ini untuk memasang dan melepas alat skimming.
Melalui skimmer para pelaku menduplikasi data strip magnetik pada kartu ATM lalu mengkloningnya ke kartu ATM kosong. Proses ini bisa dilakukan dengan cara manual, seperti pelaku kembali ke ATM dan mengambil cip data yang sudah disiapkan sebelumnya. Atau bila menggunakan alat skimmer yang lebih canggih, data-data yang telah dikumpulkan dapat diakses dari mana pun secara nirkabel.
Kartu baru hasil kloning memungkinkan para pelaku untuk mengeluarkan uang dari rekening secara biasa. Korban skimming sering tidak menyadari bahwa kartunya telah terduplikasi, sampai mereka melihat penarikan uang yang tidak dilakukan di rekening mereka.
Untuk terhindar menjadi korban skimming, nasabah harus rajin melakukan pengecekan mutasi rekening. Kemudian ada baiknya memanfaatkan fitur notifikasi SMS. Dengan fitur ini bank akan mengirim pesan real-time mana kala ada penarikan uang dalam jumlah tertentu.
Utamakan bertransaksi di mesin ATM yang ada di tempat ramai, atau yang ada di kantor cabang. Selalu perhatikan kondisi ATM. Apakah ada hal-hal aneh, terutama di mulut tempat kartu dimasukkan.
Selain di mesin ATM, kejahatan skimming juga bisa menyerang pengguna internet banking. Saat menggunakan internet banking hindari penggunaan jaringan WiFi publik atau gawai publik. Hal ini untuk mengurangi risiko penyalinan data oleh pelaku skimming.
Juga tidak kalah penting, perhatikan situs bank yang diakses adalah situs asli. Jangan sampai bertransaksi di alamat situs palsu yang telah disusupi peretas.
Baca juga: Sekarang, Pinjam Uang untuk Modal Usaha Tak Perlu ke Bank