Peoples Temple dan Kisah Bunuh Diri Massal
https://www.naviri.org/2018/03/peoples-temple.html
Naviri.Org - Sepanjang sejarah, ada banyak sekte yang pernah lahir, membawa ajarannya masing-masing, dan belakangan terbukti kalau sekte tersebut membawa ajaran yang keliru, sesat, atau berbahaya. Peoples Temple adalah salah satunya. Bahkan, ketika orang membicarakan sekte sesat, Peoples Temple hampir bisa dipastikan akan disebut.
Yang menjadikan Peoples Temple menjadi salah satu sekte legendaris adalah kisah buruk yang terjadi pada para anggota sekte tersebut. Mereka, para anggota sekte Peoples Temple, melakukan bunuh diri massal di Jonestown, California.
Peoples Temple adalah gerakan keagamaan baru yang dibentuk oleh mantan pastor Jim Jones. Peoples Temple kemudian berkembang menjadi sekte yang memadukan unsur keagamaan, dengan politik, dan persamaan ras. Pada masa puncaknya, diperkirakan anggota sekte ini mencapai 20.000 orang, walau jumlah itu dianggap mengada-ada dan jumlah faktualnya adalah 3.000 hingga 5.000 anggota.
Jones jadi menarik karena ia adalah seorang yang mendukung persamaan hak bagi semua ras. Pada 1960, Jones sempat jadi direktur Komisi Hak Asasi Manusia di Indianapolis. Lalu pada 1977, ia mendapat penghargaan Martin Luther King, Jr. Humanitarian. Ia dikenal sebagai orator dan propagandis ulung.
Sejak 1974, Jones dan anggota Peoples Temple menyewa lahan seluas 15,4 kilometer persegi di Guyana. Tempat ini kemudian diberi nama Jonestown. Awalnya, populasi mereka hanya 500 orang. Namun kemudian berkembang hingga mencapai hampir 1.000 orang.
Di komunitas itu, Jones berilusi sebagai seorang Mesiah. Ia menyuruh para pengikut memanggilnya Bapa. Jones juga membual bahwa ia punya kekuatan magis, termasuk bisa menyembuhkan tumor, atau membangkitkan orang mati. Para pengikutnya percaya, dan itu membuat Jones jadi tambah menggila.
Banyak anak muda terpesona dengan ide masyarakat utopianya: sebuah kelompok masyarakat yang semua anggotanya diperlakukan sama. Saat itulah, Jones kemudian mengontrol para anggota. Ia memerintahkan para anggota untuk menjual semua barang pribadi, dan menyerahkan uang ke Peoples Temple. Di mata publik, Jones tampak seperti seorang yang kebapakan dan mendamba masyarakat adil serta sejahtera.
Namun, di dalam organisasinya, ia jauh berbeda. Hal ini terungkap dalam penelitian Rose Wunrow, "The Psychological Massacre: Jim Jones and Peoples Temple, An Investigation" (2011).
"Jones membentuk ulang kehidupan para pengikutnya, dengan menggunakan taktik kasar, yang berujung pada sikap tunduk para anggotanya, hingga mereka kehilangan kehendak bebas," tulis Wunrow.
Kegiatan anyir Jones di kotanya terendus oleh media, yang kemudian melaporkan ada pelanggaran hak asasi manusia di dalam Peoples Temples. Seorang anggota DPR, Leo Ryan, kemudian memimpin investigasi. Setelah sempat disambut, pesawat yang dinaiki oleh Ryan ditembaki oleh anggota sekte. Ryan tewas, begitu pula tiga wartawan yang mendampingi Ryan, dan satu anggota Temple yang terkena peluru nyasar.
Keesokan harinya, 18 November 1978, tentara Guyana menerobos hutan untuk masuk ke Jonestown. Di sana, mereka menemukan hal mengerikan: 909 penghuni Jonestown tewas. Dalam rekaman yang kemudian ditemukan, Jones menyebut usaha itu sebagai "bunuh diri revolusioner". Ditambah dengan empat anggota Temple yang bunuh diri, dan lima korban sebelumnya, total ada 918 orang yang tewas.
Baca juga: Charles Manson, Shoko Asahara, dan Sekte Pembunuh