Memahami Pengaruh Alkohol yang Masuk ke Tubuh
https://www.naviri.org/2018/03/pengaruh-alkohol-yang-masuk-ke-tubuh.html
Naviri.Org - Ketika seseorang meminum minuman beralkohol, dan dalam jumlah yang menyebabkannya mabuk, orang bersangkutan biasanya “berubah”. Dalam arti, sosoknya tidak lagi seperti sosok dirinya ketika tidak mabuk. Ini kenyataan yang mudah dipahami, dan siapa pun yang pernah mabuk, atau yang melihat orang lain mabuk, tentu mengerti perbedaan tersebut.
Ada kalanya, seseorang tampak pendiam ketika tidak mabuk, tapi berubah banyak omong ketika mabuk. Ada pula yang aslinya pemalu, tapi berubah jadi pemberani ketika mabuk. Itu contoh-contoh sederhana, dan bisa jadi perubahan yang terkait orang per orang bisa berbeda serta lain lagi.
Jadi, apakah alkohol bisa mengubah kepribadian seseorang? Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh saat sedang dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol?
Stephen Braun, pengarang buku berjudul Buzz: The Science and Lore of Alcohol and Caffeine, menyebutkan bahwa ada banyak mitos dan kebenaran yang terjadi di sekitar alkohol. Bagi banyak orang, saat mabuk bisa jadi momen yang memalukan, seseorang bisa muntah, bisa berjoget tanpa kendali, hingga mengeluarkan ucapan-ucapan tak pantas yang tak disadari.
Saat seseorang meminum minuman beralkohol, cairan akan masuk ke dalam tubuh, kandungannya akan diserap tubuh melalui usus. Jika dalam perut masih ada sisa makanan, ia akan memperlambat penyerapan alkohol, itu mengapa alkohol segera bereaksi bila seorang belum makan atau dalam perut kosong.
Alkohol akan menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh, menuju jantung, otak, otot, dan seluruh jaringan. Ini akan memberi sensasi tenang dan bahagia dalam hitungan menit, akan semakin cepat tergantung daya tahan tubuh terhadap alkohol.
Tubuh manusia tak bisa menyimpan alkohol. Cairan alkohol yang terkandung dalam minuman tak semuanya bisa diserap dalam tubuh. Alkohol akan diolah melalui hati, lalu akan diolah menjadi acetaldehyde, senyawa yang beracun bagi tubuh manusia.
Namun acetaldehyde akan diolah kembali menjadi acetate, kandungan yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Senyawa acetate akan diolah kembali menjadi karbon dioksida dan air. Sebanyak apapun alkohol yang dikonsumsi oleh seseorang, ada sekitar 90% - 95% alkohol yang diminum diolah oleh hati, sisanya akan dikeluarkan melalui urin, napas, dan keringat.
Berlebihan dalam minum alkohol juga mengakibatkan efek pelambatan yang lebih nyata. Misalnya ketidakmampuan untuk merasa sakit, keracunan yang membuat tubuh memuntahkan racun, dan berakhir dengan ketidaksadaran, atau yang lebih buruk, koma atau meninggal karena overdosis racun. Reaksi-reaksi ini tergantung pada jumlah dan kecepatan konsumsinya.
Alkohol sendiri ada beberapa jenis, antara lain Etil alkohol (etanol) satu-satunya zat alkohol yang digunakan dalam minuman, dihasilkan dari fermentasi padi-padian dan buah-buahan. Fermentasi adalah proses kimia di mana ragi mengolah bahan-bahan tertentu di dalam bahan makanan di atas, dan memproduksi alkohol.
Sthepen Braun menyebut bahwa setiap manusia punya kemampuan berbeda untuk mengelola alkohol dalam tubuh. Misalnya jenis kelamin, usia, dan berat badan seseorang. Orang yang memiliki badan besar akan berbeda dengan yang berbadan kecil dalam hal daya tahan terhadap alkohol.
Ini karena orang yang gemuk memiliki cairan lebih banyak, akibatnya alkohol butuh waktu untuk diserap. Sementara perempuan lebih mudah mabuk daripada laki-laki, tapi ini juga masih sebatas teori, karena bisa sangat berbeda antara perempuan Rusia dengan pria di Asia. Bila seseorang minum minuman beralkohol dalam jumlah banyak selama waktu yang cepat, maka pengaruh alkohol juga akan lebih cepat bekerja.
“Alkohol seperti granat, ia akan meledak dan menyerang kemana pun,” kata Braun.
Tubuh manusia memperlakukan alkohol seperti racun, Braun menyebut, tubuh akan segera merespons dan segera mencerna atau membuang kandungan racun dalam alkohol melalui pernapasan, keringat, dan kencing. Ini mengapa orang yang gemar minum bir atau alkohol, punya kecenderungan untuk kencing dalam rentang waktu yang pendek.
Hati menjadi organ yang bekerja keras untuk membuat alkohol bisa diterima tubuh, hati akan menghasilkan enzim bernama alcohol dehydrogenase, enzim ini yang mengubah alkohol menjadi acetaldehyde. Acetaldehyde punya peran besar saat tubuh seseorang bisa bangun kembali usai mabuk semalaman. Diperkirakan zat inilah yang membuat peminum minuman beralkohol jadi pengar. Mabuk adalah kondisi di mana kandungan alkohol lebih banyak daripada kemampuan organ hati memprosesnya.
Braun menyebut alkohol memang bisa membuat tubuh terasa ringan dan pikiran menjadi tenang. Pada setengah jam pertama saat minum, seseorang akan mengalami efek gembira dan euforia. Alkohol mereduksi kemampuan berpikir dan mengeluarkan sedikit dopamin, yang membuat tubuh jadi senang.
Namun, kondisi ini tidaklah lama. Bagi peminum berat, dampak buruknya adalah perasaan depresi dan tertekan. Seseorang akan gegabah, tubuh akan oleng, tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, dan pandangan memudar.
Ini mengapa meminum alkohol secara bertanggung jawab menjadi penting. Alkohol membuat kemampuan kita mengambil keputusan secara jernih menurun, alkohol membuat performa bagian otak di cerebral cortex menjadi menurun.
Selain itu, tubuh yang berusaha keras untuk mengeluarkan racun melalui kencing, alkohol yang berlebihan meredam fungsi hormon antidiuretik yang dikenal dengan nama vasopressin. Saat seseorang meminum minuman beralkohol, vasopressin fungsinya terbatas, tubuh merasa perlu mengeluarkan cairan tubuh meski jumlah bir atau anggur yang diminum tidak banyak.
Braun menyebut alkohol juga membuat seseorang mudah terangsang secara seksual, tapi fungsi tubuh akan terbatas, karena alkohol membuat manusia susah ereksi, cairan pelumber atau lubrikan yang dihasilkan alat kelamin tidak bekerja maksimal, dan orgasme susah dicapai.
Dalam studi yang dimuat dalam bukunya, Braun mengutip penelitian yang dimuat dalam journal addiction, tentang fenomena kacamata gelas bir. Saat keadaan mabuk, seseorang melihat orang lain menjadi lebih menarik daripada aslinya.
Hae Seung Kim, dalam penelitiannya, "Wine drinking and epithelial ovarian cancer risk: a meta-analysis", menerangkan bahwa wine dalam konsumsi regular dapat menurunkan risiko kanker ovarium.
Penelitian sebelumnya di University of Hawaii menghasilkan temuan serupa. Para ahli menduga, hal ini mungkin karena antioksidan atau pitoestrogen, yang memiliki sifat antikanker yang tinggi dalam wine. Penelitian terbaru di University of Michigan menyatakan, senyawa anggur merah membantu membunuh sel kanker ovarium dalam tabung reaksi.
Apapun alasannya, jangan menggunakan minuman beralkohol untuk alibi kejahatan dan sebagainya. Saat seorang di bawah kendali alkohol, maka kendali penuh terhadap dirinya adalah minuman itu. Apakah Anda termasuk yang berpikir ulang sebelum melakukannya?
Baca juga: Efek Alkohol pada Aktivitas dan Kualitas Tidur