Asal Usul Pampers dan Bisnis Popok Sekali Pakai
https://www.naviri.org/2018/03/pampers.html
Naviri.Org - Para ibu di masa sekarang bisa merawat bayinya dengan lebih mudah dibandingkan para ibu di zaman dulu. Pasalnya, di masa sekarang ada Pampers, popok sekali pakai, yang memungkinkan bayi bisa buang air tanpa mengotori alas tidurnya. Dengan Pampers, kotoran bayi bisa “terlokalisasi” hanya pada Pampers yang ia kenakan, dan para ibu zaman sekarang tinggal melepas Pampers tersebut dari tubuh bayi, dan membuang popok sekali pakai.
Saat ini, popok sekali pakai sudah menjadi bagian yang lekat dalam kehidupan para ibu yang memiliki bayi. Dengan Pampers, tugas para ibu pun lebih ringan, karena tidak harus mencuci banyak kain setiap kali bayinya buang kotoran. Tetapi, bagaimana sebenarnya asal usul Pampers, dan siapakah penemu benda yang sangat berguna tersebut?
Penemu atau pencipta Pampers adalah Victor Mills.
Ketika Perang Dunia I berkecamuk, Victor Mills muda masuk Angkatan Laut Amerika Serikat. Menurut Andrew Revkin, dalam artikelnya di New York Times berjudul "Victor Mills Is Dead at 100; Father of Disposable Diapers" (07/11/1997), Mills ditempatkan di kapal perang USS Missouri. Tapi dia tak betah berlama-lama di Angkatan Laut.
Setelah keluar dari kesatuannya, laki-laki kelahiran 28 Maret 1897 itu sempat mencoba peruntungan jadi tukang las di Hawaii. Di situlah dia bertemu seorang perempuan yang menjadi istri pertamanya, Grace Riggs. Mereka lalu pindah ke Seattle, dan Mills pun kuliah teknik kimia di Universitas Washington.
Pada 1926, dia direkrut perusahaan makanan dan barang-barang kebersihan rumah tangga, Procter & Gamble Co. (P&G). Selama bekerja di sana, Mills memperlihatkan bakatnya sebagai seorang penemu. Salah satunya, seperti dicatat Andrew Revkin, Mills menemukan cara menciptakan sabun dalam proses berkesinambungan yang menekan biaya produksi. Cukup lama Mills bekerja di P&G, bahkan hingga ia punya cucu.
Setelah sang cucu lahir itulah, Mills menemukan sebuah produk yang menjadi terobosan baru dalam perawatan bayi. P&G makin berkibar karenanya.
Produk yang meringankan tugas para ibu
Cucu Mills yang masih bayi itu tak jauh beda dengan bayi lain: doyan pup seenaknya. Biasanya, orang tua yang memiliki bayi akan direpotkan dengan popok-popok dan kain yang dikencingi atau diberaki oleh bayi lucu mereka tiap hari. Setelah diganti, air kencing atau feses bayi akan keluar lagi dan mengotori popok kain yang mungkin belum lama diganti.
“Mills berpikir betapa bencinya dia mengganti popok,” tulis David Mayle dalam Managing Innovation and Change (2006:141).
Lalu terpikir oleh Mills memanfaatkan serat selulosa untuk popok sekali pakai. Mills, seorang insinyur kimia yang menjadi peneliti di P&G, akhirnya mengadakan percobaan. Dalam The World's Greatest Brands (1996: 125), Nick Kochan mencatat, Mills dan timnya di P&G pada 1956 mulai merancang produk popok yang tidak perlu sering ganti.
Menurut Leah Laverich, dalam Cloth Diapers (2010), proyek pembuatan popok sekali pakai itu dinamai "P-57"—berasal dari nama pesawat Amerika dalam Perang Dunia II.
Ketika proyek P-57 berjalan, usia Mills sudah 60 tahun dan sudah bekerja lebih dari 30 tahun di P&G. Dalam proyek itu, menurut Leah Laverich, Mills dibantu juga oleh William Dehaas. Produk popok sekali pakai itu kemudian diberi nama "Pampers".
Produk ini pun dirilis pada Desember 1961. Ketika itu, Mills sudah bekerja 35 tahun di P&G. “Para ibu yang mencoba di Peoria, Illinois, cukup senang dengan hasilnya, tetapi tidak nyaman oleh harga yang ditawarkan, sekitar 10 sen. Harga ketika dirilis tahun 1962 ditekan hingga 6 sen,” catat Nick Kochan.
“Procter & Gamble mengubah dunia popok, ketika itu lebih banyak waktu dan uang dianggarkan untuk mengembangkan Pampers melebihi yang dihabiskan Ford dalam membuat mobil pertama,” tulis New York Magazine (03/10/1983).
Semua popok sekali pakai adalah Pampers
Setelah beberapa dekade, popok sekali pakai pun menjamur. P&G punya saingan, yakni Huggies milik Kimberly Clark's. “Kompetisi antara Pampers-nya Procter & Gamble dan Huggies-nya Kimberly Clark membuat harga jual jadi murah,” tulis Leah Laverich.
Di Indonesia, Pampers milik P&G masuk sebagai barang impor pada awalnya. Dan sebagai barang impor, Pampers dianggap mahal. Diperkirakan Pampers mulai beredar di Indonesia sekitar tahun 1980-an.
Pada 2013, ketika pabrik P&G dibuka di Karawang, menurut siaran pers dalam situs www.pg.com, petinggi P&G Dimitri Panayotopoulos menyebut, “Kami telah hadir di Indonesia selama lebih dari 20 tahun.”
Produk yang dirancang Mills ini kemudian menemukan nasibnya sendiri di Indonesia. Hampir sama seperti yang dialami Honda untuk sepeda motor, Odol untuk pasta gigi, Toa untuk pengeras suara, dan lainnya.
Banyak ibu-ibu Indonesia sudah terlanjur menyebut popok bayi sekali pakai sebagai pampers. Dalam bahasa Inggris, popok sekali pakai non-kain disebut "diaper" atau "nappy". Rupanya, di Indonesia, Pampers pun sudah menjadi nama generik untuk menyebut popok sekali pakai.
Saat ini, selain Huggies, saingan berat Pampers adalah Mamy Poko, GOO.N, Merries, Pokana Pants, dan Sweety. Mereka berebut konsumen di pasaran Indonesia.
Berkat penemuan popok sekali pakai Pampers, Victor Mills telah membuktikan dirinya sebagai kakek yang baik. Seperti ditulis di situs resmi Pampers Indonesia, “Meskipun sebagian orang beranggapan bahwa ayah mengetahui apa yang terbaik, Victor Mills meyakini bahwa kakek mengetahui lebih dari itu.”
Buktinya, kakek yang meninggal di usia 100 tahun ini menemukan popok bayi yang membantu meringankan tugas para ibu.
Baca juga: Asal Usul Bimoli, dan Persaingan Minyak Goreng