Lajang dan Menikah, Mana yang Lebih Bahagia?
https://www.naviri.org/2018/03/lajang-dan-menikah-mana-yang-lebih-bahagia.html
Naviri.Org - Masyarakat kerap mengatakan bahwa orang baru bisa bahagia setelah menikah, karena dengan menikah itulah kehidupan seseorang baru bisa dikatakan lengkap. Tapi benarkah hal itu? Benarkah orang yang menikah pasti lebih bahagia dibandingkan lajang atau orang yang tidak/belum menikah?
Jika merujuk pada data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik, hasilnya justru berkebalikan. Berdasarkan data tersebut, orang yang tidak/belum menikah justru memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan orang yang menikah. Artinya, orang bisa menikmati kebahagiaan, tak peduli apa statusnya. Para lajang pun bisa bahagia sebagaimana orang lain yang menikah, bahkan lajang bisa lebih bahagia daripada orang yang menikah.
Bella dePaulo, pakar psikologi dari University of California, Santa Barbara, mengulik hal-hal yang membuat para lajang merasa lebih bahagia.
Dilansir The Guardian, dePaulo telah mengkaji studi-studi terdahulu dan menemukan data yang menunjukkan bahwa orang lajang memiliki koneksi lebih erat dengan keluarga dan teman, sementara mereka yang telah menikah cenderung lebih berfokus kepada rumah tangganya.
Ia juga menemukan bahwa semakin orang lajang merasa dirinya berkecukupan, semakin kecil kemungkinannya merasakan emosi negatif. Tidak hanya itu, dePaulo juga berargumen bahwa orang lajang lebih mungkin mengalami pertumbuhan psikologi yang lebih baik daripada orang-orang menikah.
Cukup di sini tentunya bukan cuma terkait aspek finansial atau materi. Orang lajang yang merasa dirinya baik-baik saja tanpa menyandang predikat istri atau suami orang lain, atau dengan kata lain sukses menghadapi tekanan sosial untuk berpasangan, juga bisa merasa berkecukupan. Dengan demikian, ia tak perlu memusingkan pemenuhan kebutuhan anggota keluarganya, baik secara lahir maupun batin.
Generalisasi bahwa para lajang pasti lebih bahagia yang diterima mentah-mentah tentu saja tidak benar. Ada hal tertentu yang memengaruhi kebahagiaan mereka. Dalam situs Health dikatakan, orang berpasangan atau menikah pun bisa saja sebahagia lajang jika mereka mampu menghindari konflik dan drama dalam hubungannya.
Faktor konflik dengan pasangan yang tidak ditemukan dalam diri para lajanglah yang membuat mereka terbebas dari sumber stres, demikian dinyatakan Yuthika Girme dan koleganya dari University of Auckland, Selandia Baru.
Pesan untuk tidak menyederhanakan kebahagiaan berdasarkan status perkawinan atau relasi romantis pun diungkapkan oleh James Maddux, peneliti dari Center for the Advancement of Well-Being, George Mason University, Fairfax.
“Saya rasa studi (tentang status perkawinan dan kebahagiaan) ini menekankan pada gagasan bahwa Anda tidak bisa menggunakan satu temuan yang cocok diamini dalam segala konteks. Kepuasan hidup merupakan isu yang sangat kompleks. Semakin kita mempelajarinya, semakin banyak perbedaan atau nuansa yang kita temukan,” komentar Maddux.
Baca juga: Hal-hal yang Mempengaruhi Kebahagiaan Dunia