Krisis di Usia 35: Bosan Kerja, dan Merasa Kesepian
https://www.naviri.org/2018/03/krisis-di-usia-35.html
Naviri.Org - Ketika seseorang lulus dari pendidikannya—misalnya Perguruan Tinggi—lalu mulai mendapatkan pekerjaan, biasanya rasa senang akan membuncah. Setelah bertahun-tahun menempuh pendidikan dari jenjang ke jenjang, kini saatnya menghasilkan uang, sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan bersenang-senang.
Sayangnya, rasa senang atau kebahagiaan terkait pekerjaan semacam itu sering kali temporer, dalam arti tidak bisa dirasakan terus menerus. Satu bulan dua bulan, saat baru menjalani pekerjaan, orang mungkin masih bisa senang, khususnya karena sekarang mendapatkan gaji bulanan yang mampu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, juga untuk bersenang-senang.
Namun, setelah tahun berganti tahun, pekerjaan mulai terasa seperti rutinitas yang tak lagi menyenangkan. Bahkan, pada satu titik tertentu, orang bisa mulai bosan dengan kegiatan kerjanya sehari-hari. Pagi berangkat kerja, terjebak kemacetan, lalu seharian suntuk mengurusi kerja, kadang juga lembur, kemudian pulang, dan tidur. Besoknya hal sama diulangi.
Kenyataannya, berdasarkan penelitian, ada banyak orang yang mulai bosan pada rutinitas pekerjaannya, khususnya ketika menginjak usia 35-an. Penelitian terhadap 25.000 pegawai di Inggris yang dilakukan oleh perusahaan sumber daya manusia, Robert Half, menemukan bahwa 8 persen pegawai berumur 18-34 tahun merasa tak bahagia dengan pekerjaan yang dilakoni.
Jumlah itu makin meningkat pada pekerja berusia 35-54 tahun, menjadi 16 persen, dan naik 1 persen pada orang-orang berusia di atas 55 tahun. Selidik punya selidik, tekanan keluarga dan finansial merupakan faktor yang membuat tingkat kebosanan terhadap pekerjaan naik drastis di umur 35 tahun.
Dihitung dengan standar umum, periode bergelut dengan dunia kerja dimulai pada umur 22 tahun. Jika saat umur 35 tahun masih melakoni pekerjaan yang sama, itu artinya 13 tahun hidup Anda didedikasikan hanya untuk bekerja. Setiap Senin hingga Jumat diisi rutinitas berangkat pagi dan pulang malam bersama dengan kemacetan.
Hanya ada Sabtu dan Minggu sebagai waktu berkumpul bersama keluarga atau bersosialisasi. Itu pun kadang tak maksimal, karena kebanyakan orang memilih mengisi ulang energinya dengan tidur, ataupun sekadar leyeh-leyeh. Maka, wajar saja bila di umur 35 tahun laki-laki akan merasakan puncak kesepian, dan perempuan berada di puncak kebosanan.
Sebuah survei di Inggris menunjukkan betapa kesepiannya para pria di usia 35 tahun. Sebanyak satu dari 10 pria atau 8 persen mengaku tak memiliki teman dekat. Sehingga, 39 persen dari mereka menyatakan hal tersebut membuatnya merasa terisolasi, 35 persen merasa depresi, dan 27 persen tak percaya diri. Mereka terlalu larut pada pencapaian, sehingga mengesampingkan aspek sosial dan kebahagiaan.
Seiring bertambahnya usia, para pekerja cenderung tidak memandang rekan kerjanya sebagai teman. Faktanya, 14 persen dari mereka yang berusia 35-54 tahun dan 15 persen dari mereka yang berusia di atas 55 tahun mengatakan tidak memiliki teman baik di tempat kerja.
Mereka punya batas antara pekerjaan dan kehidupan sosial. Sebanyak 25 persen dari mereka juga merasa kurang dihargai. Angka ini meningkat menjadi 28 persen pada mereka yang berusia di atas 55 tahun.
“Di umur 35 tahun, Anda terbebani dengan jabatan beserta tanggung jawabnya. Sehingga seringkali berkutat pada pertanyaan: Apakah saya sudah sukses?” ujar Ashley Whipman, direktur Robert Half UK.
Lebih mudah dipecat di usia 35 tahun
Pikiran untuk berhenti kerja sebelum usia 35 tahun dan membangun bisnis sendiri, ada benarnya. Sebab, di umur tersebut, selain mulai merasakan kepenatan, seseorang juga lebih rentan dipecat dari pekerjaannya. Data dari Badan Statistik Nasional Inggris pada kuartal pertama 2017 menguatkan hal ini. Pegawai Inggris berusia 35-49 dua kali lebih berpeluang dipecat, dibandingkan yang berusia 25-34.
Jadi, daripada menyerahkan diri sebagai buruh lalu tiba-tiba dipecat dan tak punya persiapan untuk melanjutkan hidup, lebih baik mempersiapkan diri dengan matang sebelum “kemungkinan” dipecat datang. Sebanyak 68 persen orang berusia 35-54 tahun menyetujui gagasan itu. Mereka mengaku lebih bebas bekerja sendiri. Dan 55 persen dari mereka yakin bisa sukses dengan karyanya.
Karyawan yang berusia 35 tahun dianggap sudah cukup memiliki pengalaman untuk mendirikan bisnis sendiri. Sehingga mereka perlu mencoba hal-hal lain di luar pekerjaan rutinnya agar karirnya berjalan dinamis. Managing Director Senior di Robert Half UK, Phil Sheridan, bahkan mengatakan penting untuk tak mengorbankan kebahagiaan demi pekerjaan semata.
Tapi ingat, Anda juga perlu realistis. Jika sungguh tak betah di tempat kerja, pertimbangkan hitung-hitungannya. Kecuali Anda langsung diterima di tempat kerja lain dengan penghasilan tetap, undur diri dari kantor perlu kecukupan finansial. Apakah simpanan Anda cukup untuk pengeluaran rutin saat Anda tak punya penghasilan reguler? Hal lain yang terpenting: matangkan rencana wirausaha, jika memang jalan itu yang hendak dipilih.
Baca juga: Hubungan Antara Jodoh, Karier, dan Keuangan