Kosta Rika, Menciptakan Guru dan Menghapus Tentara
https://www.naviri.org/2018/03/kosta-rika.html
Naviri.Org - Bagaimana kalau kita hapuskan tentara, dan—sebagai gantinya—memperbanyak jumlah guru? Dengan tiadanya tentara, maka penduduk akan merasa lebih setara, karena tidak ada perbedaan antara militer dan sipil. Sementara jumlah guru yang makin banyak akan menjadikan anak-anak lebih mudah belajar dan mendapatkan ilmu, sehingga dapat tumbuh menjadi sosok-sosok generasi yang lebih pintar.
Kira-kira pemikiran seperti itulah yang mendasari Kosta Rika menjadi negara yang menghapus institusi militer di negaranya. Di saat bersamaan, negara tersebut menciptakan banyak guru yang mengajar generasi penerus Kosta Rika.
Kosta Rika membubarkan institusi militer pada 1948 atas inisiatif Presiden José Figueres Ferrer. Dia mengambil alih kuasa lewat pemberontakan bersenjata. Alasan pembubaran tersebut cukup menarik: tidak ingin dirinya (dan penguasa Kosta Rika setelahnya) dikudeta oleh pihak militer.
“Sekarang waktunya Kosta Rika beralih kepada posisi tradisional dengan memiliki lebih banyak guru daripada tentara,” ujar Figueres.
Kebijakan tersebut berbuah manis. Selama 69 tahun terakhir tidak ada kudeta milter di Kosta Rika. Selain itu Kosta Rika juga terhindar dari perang saudara yang hanya akan menjadikan mereka pion negara-negara yang terlibat Perang Dingin. Bahkan ketiadaan institusi militer di Kosta Rika dijadikan sarana bagi pemimpin di negara tersebut untuk menyerang negara tetangganya.
“Saya ingin mengingatkan esos señores del norte (”para satria di utara”) bahwa hanyalah pengecut yang berani melawan yang berdaya,” ujar Presiden Kosta Rika, Laura Chinchilla, pada 2010, menanggapi perselisihan batas negara Nikaragua-Kosta Rika.
Ketimbang untuk persenjataan, anggaran belanja Kosta Rika dialihkan untuk pendidikan dan pariwisata. Kosta Rika hanya mengeluarkan kurang dari 0,05 persen dari GDP per tahun untuk patroli perbatasan, penjagaan pantai, dan pengawasan udara.
Kosta Rika juga menduduki peringkat pertama negara yang paling bahagia dalam riset yang dilakukan Happy Planet Index dan World Database of Happines. Selain itu, Kosta Rika dipilih sebagai lokasi markas besar United Nations University for Peace.
Meski meraih beberapa keuntungan, proses demiliterisasi di Kosta Rika juga sempat dikritik. Jurnalis lepas Robert Beckhusen berpendapat bahwa lembaga Unidad Especial de Intervención (UEI) yang dimiliki Kosta Rika merupakan organisasi militer.
“UEI melatih (anggotanya) untuk memutus rantai pedagang narkotika, selain menyelamatkan sandera dan bertindak sebagai unit kontra-teroris dengan intensitas tinggi. Pelatihan mereka setara dengan yang dipersyaratkan oleh tim komando AS dan komando Tico menggunakan senjata M4 kaliber 5.56,” sebut Beckhusen.
The Atlantic juga melaporkan setelah 7.000 petugas AS ditugaskan ke negara tersebut pada tahun 2010 untuk membantu upaya kontra-narkotika, Presiden Bolivia, Evo Morales, mengatakan bahwa Kosta Rika kini telah memiliki sebuah tentara, yakni militer Amerika Serikat.