Kekeringan, Kelangkaan Air, dan Upaya Mengatasinya
https://www.naviri.org/2018/03/kelangkaan-air.html
Naviri.Org - Perubahan suhu bumi yang telah berlangsung cukup lama, disadari atau tidak, telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Terkait air, misalnya. Di masa lalu, sumber air begitu melimpah, dan orang-orang bisa mendapatkan air tanpa harus susah-payah. Sungai-sungai masih jernih, sumur-sumur masih menghasilkan air bersih, dan hujan pun masih turun secara berkala sesuai musimnya.
Namun, kini, semua hal itu telah banyak berubah. Sungai-sungai yang dulu jernih kini telah tercemar limbah. Sumber-sumber mata air mulai mengering, air dari sumur tidak lagi bersih, sementara perubaan iklim menjadikan hujan kadang datang tak tepat waktu. Hasilnya, banyak orang yang kini kesulitan mendapatkan akses air bersih, karena air bersih telah menjadi barang langka.
Masalah krisis air ini akan semakin parah, jika menimpa negara agraris semacam Indonesia. Indonesia adalah negara agraris, sebagian masyarakatnya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Namun, masalah krisis air di sejumlah wilayah Indonesia akhir-akhir ini mulai mengancam para petani.
Direktur Yayasan Obor Tani, Pratomo, mengatakan kondisi mata air yang biasa digunakan untuk mengairi tanaman petani meskipun ada beberapa, namun kondisinya sudah memprihatinkan.
“Karena sumber air yang di atasnya tidak digunakan untuk pertanian. Air yang masuk ke dalam tanah itu sangat berkurang. Air itu kan masuknya lewat akar tunjang tanaman. Longsor lalu membawa lumpur langsung ke sungai, akhirnya sungai sedimentasi, terus terjadi erosi dan banjir. Jadi mata air akan berkurang,” kata Pratomo kepada media.
Pratomo menjelaskan, berkurangnya air tanah menjadi masalah serius bagi masyarakat yang bertani atau pun berkebun. Salah satu solusinya, menurut Pratomo, adalah dengan membuat embung di atas bukit untuk menampung air hujan yang turun, agar tidak langsung mengalir ke sungai.
“Jadi kalau air hujan yang masuk ke dalam tanah berkurang, maka debit air tanah pun akan berkurang. Kalau di atas ada embung, dan ada tanaman hias ,itu akan hidup lagi,” kata Pratomo.
Menurutnya, adanya embung bisa menjadi resapan air tanah yang bisa memulihkan mata air sehingga cadangan air tanah bertambah. “Justru ini embung memberi air tanah, karena itu kan buat nyiram. Tanaman akhirnya masuk, terus menjadi semacam sumur resapan yang bisa menghidupi air tanah. Dengan adanya embung dan sumur resapan, mata air akan ada lagi,” ucapnya.
Pembuatan embung untuk menjamin kesejahteraan petani memang sudah menjadi program Presiden Joko Widodo. Tahun 2017, Jokowi menargetkan pembuatan 30.000 embung di seluruh Indonesia.
Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) juga ikut mendukung program pemerintah tersebut. CCFI menggagas program Lumbung Air di berbagai titik di Indonesia, untuk mengantisipasi krisis mata air untuk pertanian.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Pelaksana CCFI, Sadarini, menjelaskan bahwa konservasi air tanah merupakan hal penting dalam penanganan isu air dan telah menjadi bagian penting dari Sustainability Platform Coca-Cola di seluruh dunia. Salah satu daerah dipilih CCFI untuk program Lumbung Air.
"Program Lumbung Air di Salatiga ini merupakan kelanjutan dari pembangunan 900 sumur resapan yang kami lakukan di kawasan Mojokerto tahun lalu. Setidaknya melalui 920 lumbung-lumbung air ini, 3.400 rumah tangga di wilayah kota Salatiga akan menerima manfaat, terkait dengan perbaikan ketersediaan air tanah dan juga pengendalian banjir," beber Sadarini.
Dalam mengimplementasikan program ini, CCFI bermitra dengan USAID IUWASH, khususnya dalam hal pemberian bantuan teknis (technical assistance) hingga proses monitoring. Untuk pelaksanaan di lapangan, program Lumbung Air ini dilakukan oleh mitra kerja lokal, yakni SPPQT (Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah).
Sebagai mitra kerja lokal, SPPQT terlibat secara langsung dalam pendidikan, pengorganisasian masyarakat, hingga proses pembangunan sumur resapan yang melibatkan Pemerintah Daerah dan warga setempat.
Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) juga ikut menaruh perhatian dalam permasalahan krisis mata air. Louis O’Brien, Chief of Party (COP) Program IUWASH, menambahkan, sumur resapan juga bisa meningkatkan jumlah debit air tanah.
“Selain memiliki fungsi pengendalian air di musim hujan, sumur resapan juga memperbaiki debit air tanah. Sumur-sumur resapan yang dibangun di kawasan daerah tangkapan air (water catchment) akan menangkap aliran air hujan untuk kemudian diserap ke dalam aliran air tanah, sehingga debit air di mata air meningkat," kata Louis.
Baca juga: Krisis Air Bersih yang Mengancam Dunia