Indonesia, Negara Paling Malas Baca di Dunia
https://www.naviri.org/2018/03/indonesia-negara-paling-malas-baca.html
Naviri.Org - Rendahnya minat baca di Indonesia sudah menjadi wacana yang telah bergulir sejak lama, namun tampaknya belum mendapat solusi pasti yang bisa mengatasinya. Sudah jadi rahasia umum kalau kebanyakan orang Indonesia lebih suka menonton televisi daripada membaca buku, lebih suka menikmati media sosial daripada membaca buku.
Dengan latar semacam itu, Indonesia pun menempati peringkat yang sangat rendah dalam hal minat baca di dunia. Berdasarkan riset UNESCO, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang suka membaca buku. Rendahnya budaya literasi ini, selain memprihatinkan, juga disinyalir menjadi penyebab tingginya perilaku penyebaran hoax. Banyak informasi yang tidak jelas justru dipercaya dan dianggap benar.
"Bahkan banyak yang me-like di media sosial dan dianggap benar," ujar Andang Ashari S.T., M.T., Direktur Marketing PT Infomedia Nusantara, dalam seminar nasional bertajuk "Perpustakaan di Era Disrupsi dan Pasca Disrupsi" di Perpustakaan UGM.
Untungnya, menurut Andang, orang Indonesia termasuk masyarakat yang suka menggali informasi lewat mesin pencari di internet. Kemudian mereka membagikan dan mendiskusikan konten informasi yang diperoleh.
Karena itu, persputakaan perlu merespons perilaku tersebut, terutama bagi generasi milenial yang lekat dengan internet. Pengelola perpustakaan perlu meningkatkan fasilitas teknologi dalam penyediaan jasa layanan di perpustakaan.
“Sekarang ini, anak muda lebih suka segala sesuatu terhubung ke smartphone, daripada mencari buku dengan cepat, bentuknya harus digital, dan selalu terkoneksi internet,” kata Andang.
Sementara Dosen Psikologi UGM, Dr. Neila Ramdhani Msi, mengungkapkan pengelola perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan para generasi milenial. Perpustakaan buat generasi ini tidak hanya tempat mencari buku, namun juga menjadi tempat untuk berkumpul dan diskusi sambil minum kopi.
“Generasi milenial suka informasi yang sifatnya detail. Karenanya, perpustakaan perlu memberikan layanan yang lebih baik, terutama kepada generasi milenial selaku pengguna,” paparnya.