Apa yang Disebut Gempa Megathrust?

Naviri.Org - Gempa bumi adalah salah satu bencana yang kadang melanda Indonesia. Sama seperti bencana lain, gempa bumi juga termasuk bencana yang harus diwaspadai, karena potensi bahaya yang bisa ditimbulkan. Lebih dari itu, gempa bumi tidak bisa dipastikan kapan datangnya. Tiba-tiba saja bencana itu datang, tanah bergetar atau bergoyang, dan orang-orang panik.

Jika getaran yang terjadi tergolong besar, dampaknya bisa menghancurkan bangunan atau gedung-gedung yang ada di atasnya. Tentu saja itu berbahaya, karena rubuhnya bangunan atau gedung bisa menimpa siapa saja yang kebetulan ada di bawahnya. Karena itulah, gempa bumi patut diwaspadai.

Terkait gempa, akhir-akhir ini orang ramai membicarakan gempa megathrust, lantaran Jakarta disebut-sebut terancam oleh gempa tersebut. Apa itu gempa megathrust?

Gempa megathrust berasal dari apa yang disebut zona megathrust, yaitu zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Berdasarkan ciri-cirinya, lempeng bumi dibagi menjadi dua: lempeng samudera dan lempeng benua. Lempeng benua lebih tipis dari lempeng samudera sehingga saat keduanya bertumbukan, "lempeng samudera bisa masuk ke dalam lempeng benua dan menyebabkan guncang besar." Pada zona megathrust, lempeng samudera bisa masuk ke lempeng benua yang bagian atasnya adalah Pulau Jawa.

Menurut Peta Sumber Gempa Nasional 2017 yang diterbitkan oleh pemerintah melalui Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), zona yang berpotensi memunculkan gempa megathrust di Jawa berada di tiga lokasi, yaitu wilayah perairan Selat Sunda, wilayah selatan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, serta segmen Jawa Timur-Bali.

Tiga lokasi ini mengalami sesuatu yang disebut kekosongan gempa (seismic gap) berdasarkan data kejadian 100 tahun (1900-2013) dengan magnitudo 7 skala richter.

Baca juga: Bagaimana Gempa Bumi Menciptakan Tsunami?