Kisah Face-Off (Transplantasi Wajah) di Dunia Nyata
https://www.naviri.org/2018/03/face-off.html
Naviri.Org - Hollywood pernah menggulirkan sebuah film berjudul Face-Off, yang mengisahkan “pergantian” wajah di antara dua orang. Yang satu adalah penjahat terkenal, yang satu lagi seorang polisi. Dalam kisah itu, karena tuntutan cerita yang berlangsung, wajah si polisi dipasangkan pada si penjahat, sementara wajah si penjahat dipindah ke wajah si polisi.
Di dunia nyata, ada kisah yang bisa dibilang mirip film Face-Off, atau yang lebih tepat disebut transplantasi wajah.
Lucy Ross, seorang calon ibu yang tengah hamil delapan bulan, ditinggal mati oleh suami, Calen Ross, yang bunuh diri. Lucy menyumbangkan organ-organ tubuh Calen, mulai dari ginjal hingga wajah, untuk mereka yang membutuhkan. Wajah Calen akhirnya menjadi penyelamat Andy Sandness, seorang pria yang gagal bunuh diri. Ia menembak diri sendiri dan kehilangan mulut, rahang, hidung, dan pipi.
Operasi dilakukan sekitar satu tahun lalu. Pertengahan bulan November lalu, mereka bertemu. “Saya ingin memperlihatkan pada Lucy bahwa pemberiannya tidak akan sia-sia,” kata Andy kepada The Guardian.
Pihak klinik bedah mengatur pertemuan ini. Awalnya, Lucy takut bertemu dengan Andy, karena ia khawatir tak bisa membendung emosi saat mengingat momen bersama sang suami. Ketika saling bertatapan, Lucy merasa lega karena wajah Andy tidak terlihat seperti suaminya.
Operasi yang dijalani Andy bukan termasuk transplantasi wajah total. Tindakan operasi dilakukan lebih dari dua hari. Tim dokter merestorasi hidung, rahang, gigi, dan otot wajah. Operasi tersebut direncanakan dengan menggunakan teknologi bedah virtual dan teknik cetak 3 dimensi, untuk memproyeksikan estetika wajah.
Wajah Andy tidak kembali mulus sempurna, tetapi ia jauh dari julukan monster dan tatapan aneh yang pernah diterima oleh sejumlah pasien transplantasi wajah beberapa tahun lalu. Kata-kata itu pernah didengar oleh Connie Culp saat ia berbelanja di sebuah supermarket. Seorang anak menghampirinya dan berteriak “Monster” saat melihat wajah Connie.
Connie Culp menjalani operasi transplantasi seluruh bagian wajah, lantaran sang suami menembak wajahnya pada tahun 2004. “Saya kehilangan indra penciuman, mata, hidung, rahang, mulut atas. Saya merasa wajah ini seperti runtuh. Saya merasakan ada darah yang mengalir tetapi rasa kaget dan adrenalin saat itu membuat saya tidak merasakan sakit,” katanya dalam acara Oprah.
Lima tahun setelah kejadian, Connie menjalani operasi transplantasi wajah dari seorang donor yang tidak ia kenal. Connie kembali punya sepasang mata, tetapi penglihatannya tak sempurna. Connie ialah perempuan pertama di Amerika Serikat yang menjalani operasi transplantasi seluruh bagian wajah.
Penelitian berjudul "Face Transplant: Long-Term Follow-up and Results of a Prospective Open Study" menyebut bahwa sampai hari ini ada sekitar 30 kasus transplantasi wajah di seluruh dunia. Penelitian yang dipublikasikan pada 2016 itu hendak mempelajari tentang efek jangka panjang dari pasien transplantasi wajah. Penelitian dilakukan terhadap tujuh orang pasien enam tahun setelah operasi dilakukan. Dua pasien meninggal, penyebab pertama ialah infeksi, kedua adalah bunuh diri.
Tahun lalu, Isabelle Dinoire, wanita pertama yang melakukan operasi transplantasi wajah, meninggal dalam usia 49 tahun. Pada usia 38, Isabelle mengalami transplantasi wajah setelah bagian mulut dan hidung digigit oleh seekor anjing piaraan. Situs berita CNN menyebut bahwa Isabel menderita sakit berkepanjangan. Salah satu penyebab sakit tersebut ialah efek penggunaan obat anti-rejection yang menimbulkan penyakit lain di tubuh Isabelle.
Salah satu risiko tindakan operasi transplantasi ialah penolakan tubuh terhadap bagian tubuh baru yang ditanamkan. Untuk mencegah hal tersebut, pasien harus mengonsumsi obat anti-rejection seumur hidup mereka. Mereka juga punya risiko mengalami beberapa gangguan, di antaranya penyakit kardiovaskular, perubahan mood, dan pelemahan tulang.
Beberapa tahun setelah operasi pertama, wajah Isabelle terlihat lebih normal. Proses pemulihan wajah pasca-transplantasi butuh waktu.
”Restorasi fungsi motorik bisa berlangsung pelan. Sebagian pasien bisa menutup mulutnya dalam kurung waktu delapan bulan. Dalam kurun waktu tiga bulan, seseorang baru bisa menelan dan berbicara. Senyum baru bisa dilakukan setelah dua tahun dan bisa berkembang setelah delapan tahun,” demikian ditulis The New York Times.
Baca juga: Membayangkan Wajah Manusia, 100.000 Tahun Mendatang