Erotomania, Delusi Jatuh Cinta yang Mengerikan
https://www.naviri.org/2018/03/erotomania.html
Naviri.Org - Jatuh cinta adalah hal wajar, dan terjadi pada semua orang. Karena perasaan cinta memang bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja, dengan berbagai alasan. Yang menjadi masalah adalah ketika perasaan itu berubah menjadi sesuatu yang menjengkelkan, apalagi mengerikan. Ketika hal semacam itu terjadi, pelakunya biasa disebut mengidap erotomania.
Erotomania, atau sindrom de Clerambault, merupakan bagian dari gangguan delusional, ketika seseorang percaya bahwa orang lain—kerap kali orang tenar atau penting—jatuh hati kepadanya. Pada 1921, Gaëtan Gatian de Clérambault berargumen bahwa perempuan lebih sering mengalaminya. Martin Brune dari Ruhr University, Jerman, mengafirmasi argumen Clérambault setelah menganalisis 246 kasus erotomania pada 2007, dan menemukan sebanyak 69,1% pengidapnya adalah kaum hawa.
Clérambault juga berpendapat, orang-orang dengan erotomania percaya bahwa objek cintanya jatuh cinta dan membuat pendekatan terlebih dahulu kepadanya.
Dalam tulisan ilmiah berjudul “De Clérambault's syndrome: diagnostic and therapeutic challenge“, Sampaio, et. al. (2007) memaparkan beberapa gejala yang lazim ditemukan dalam diri orang dengan erotomania. Ia biasanya secara mendetail menjelaskan sinyal-sinyal asmara yang dianggap dikirimkan oleh si pujaan hati, mulai dari ekspresi wajah, percakapan, atau gestur.
Tak cuma itu, ia bahkan juga mengira sang objek cinta sengaja mengirimkan pesan asmara lewat telepati kepadanya. Perilaku delusional dalam konteks asmara semacam ini, menurut Sampaio, et.al., kerap diasosiasikan dengan gangguan mental lain seperti schizophrenia (34%), sindrom depresi (13%), gangguan afektif bipolar (9%), dan paranoia (9%).
Gejala paling kelihatan dari seorang pengidap erotomania adalah perilaku mengintil atau mengintai orang yang ditaksirnya. Ia juga cenderung bersikeras mempertahankan keyakinannya, sekalipun objek cintanya telah berupaya menolaknya.
Alih-alih menerima kenyataan, pengidap erotomania justru menginterpretasikan penolakan ini sebagai kamuflase dari rasa cinta yang terpendam. Bukan cuma itu, ia juga sering membeberkan kisah-kisah fiktif atau membanggakan diri setiap kali berkontak dengan objek cintanya, padahal belum tentu ada rasa spesial bagi dirinya.
Bila kenalan Anda tampak memperlihatkan gejala seperti ini, jangan terburu-buru merujuknya ke psikolog atau psikiater. Dalam situs SCT dijelaskan, seseorang dapat dicurigai mengidap erotomania jika telah menunjukkan gejala delusi secara konstan selama paling tidak satu bulan. Mereka umumnya juga tak sadar dampak yang dapat terjadi akibat polah tingkah mereka.
Tidak jarang pengidap erotomania melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan objek cintanya atau siapa pun yang dirasa menghalangi hubungannya dengan sang pujaan hati. Menurut Feldman, et. al. (1998) yang menyusun buku Stranger Than Fiction: When Our Minds Betray Us, kemarahan pengidap erotomania dapat mengarahkannya untuk melakukan kekerasan terhadap orang yang ditaksir.
Kasus pengintilan penyanyi Madonna oleh Robert Hoskins pada 1995 adalah salah satu contoh ekstrem erotomania. Dilansir Psychology Today, ia adalah tunawisma yang berdelusi bahwa Madonna telah ditakdirkan menjadi istrinya. Beberapa kali ia coba menyusup masuk kediaman pelantun "Frozen" tersebut, tetapi upayanya berhasil digagalkan, pertama kali oleh penjaga Madonna, dan kali kedua ia langsung ditembak dan dibekuk polisi. Lebih parah, di dalam penjara pun ia tak henti berobsesi terhadap Madonna.
Hoskin dikabarkan sempat meninggalkan pesan untuk Madonna lewat risalah religius, bertajuk Defiled. Dalam risalah tersebut dideskripsikan hukuman untuk orang yang berpakaian vulgar dan bersetubuh di luar pernikahan.
Polah tingkah Hoskin ini tak pelak membuat Madonna terusik. Ia kerap kali mengalami mimpi buruk akibatnya. Dan sebenarnya, ia merasa enggan datang ke persidangan untuk memberi kesaksian. Pasalnya, hal ini hanya akan memenuhi fantasi Hoskin bahwa Madonna memberi perhatian kepadanya.
Mencintai adalah hak setiap orang. Namun perlu diingat bahwa sepatutnya hal ini tak menginterupsi hak-hak orang lain, apalagi sampai mengancam keselamatannya. Tak kalah penting, seseorang perlu tetap berjejak pada logika, dan mengendalikan perasaan supaya hidupnya tak bergantung penuh pada sang objek cinta. Karenanya, jatuh cinta itu oke. Delusional itu yang mengerikan.
Baca juga: Hubungan Antara Jodoh, Karier, dan Keuangan