Sejarah dan Tokoh Penting di Balik Industri K-Pop

Sejarah dan Tokoh Penting di Balik Industri K-Pop

Naviri.Org - K-Pop, yang merupakan singkatan Korean Pop, kini menjadi industri besar dari Korea Selatan yang masuk ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Korea Selatan bahkan saat ini menjadi negara yang super produktif dalam menghasilkan aneka macam hiburan, dari artis solo, grup penyanyi, film, drama, dan lain-lain, yang nyaris semuanya bisa diterima di mana pun.

Kenyataan itu bisa dibilang sangat menakjubkan, mengingat Korea Selatan pernah menjalani masa sejarah yang suram, yang sangat jauh dari industri hiburan.

Sebelumnya, ekonomi Korea Selatan banyak ditentukan oleh rezim militer yang getol berutang ke luar negeri. Setelah Perang Korea sampai 1980an, meski berganti-ganti penguasa—yang dilakukan lewat kudeta militer—hampir semua penguasa adalah para jenderal yang menerapkan pemerintahan otoritarian.

Hari ini, hingar bingar K-pop seakan meredupkan sejarah muram itu. K-pop bersama gelombang budaya pop Korea lainnya telah menghapus reputasi daerah Korea Selatan sebagai negara industri berkembang yang kumuh. Citra negara miskin, yang pada 1960an sama melaratnya dengan Ghana, yang digambarkan segala sesuatunya berbau bawang putih dan amis kimchi, kini berganti dengan gambaran kehidupan kosmopolitan yang maju.

Demokrasi memang telah jadi pengorbanan terbesar untuk keberhasilan ekonomi Korea Selatan. Pada 1989, setahun setelah jatuhnya rezim militer, SM Studio dibangun seorang mantan penyanyi folk dan rock. Dapur rekaman inilah cikal bakal SM Entertainment, korporasi yang bakal menciptakan K-pop.

Memakai inisial namanya, orang di balik SM itu adalah Lee Soo-man. Tanpanya, tak akan ada Kwon Boa, TVXQ, Super Junior, SNSD, f(x), Shinee, EXO, Red Velvet dan NCT. Lebih tepat, tak akan ada idol Korea.

Lee Soo-man dan perkembangan musik pop Korea

Lee lahir di Seoul pada 18 Juni 1952, saat Perang Korea masih berkecamuk. Dia tumbuh di tengah keluarga yang mencintai musik. Ibunya seorang pemain piano klasik. Saat itu, genre pop Korea yang dominan adalah trot, kependekan dari "foxtrot", yang diucapkan dalam lidah Korea: teuroteu.

Trot meminjam musik Barat dan dari lagu-lagu populer Jepang, warisan pendudukan Jepang, dari 1910 sampai 1945. Genre ini campuran berbagai pengaruh tadi, dengan gaya bernyanyi khas Korea yang disebut pansori. Mudahnya: semacam dangdutnya Korea.

Selain trot, ada juga rock yang muasalnya dari pangkalan darat Amerika Serikat. Meski Perang Korea usai, pasukan AS tetap berada di Korea Selatan untuk perlindungan. Dengan berlanjutnya kehadiran militer AS selama masa ini, budaya Amerika dan dunia menyebar di Korea Selatan, dan musik Barat secara bertahap lebih diterima.

Pada akhir 1960an, musik pop Korea mengalami transformasi lain. Banyak musisi yang berasal dari kalangan mahasiswa dan lulusannya, yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan gaya hidup Amerika, termasuk gerakan hippie. Tidak seperti pendahulunya yang dipengaruhi oleh perang dan penindasan Jepang, mereka membuat musik yang lebih ringan.

Lee, bagaimana pun, menenggelamkan diri dalam musik folk dan rock. Dia mulai bernyanyi di sebuah kedai kopi pada 1971, saat menjadi mahasiswa Seoul National University. Dia memulai debut profesionalnya sebagai penyanyi pada 1972, merilis lagu hits seperti "Happiness" dan "One Piece of Dream". Selain bernyanyi, ia juga bekerja sebagai DJ dan pembawa acara TV.

Pada 1980, Lee Soo-man membentuk sebuah band heavy metal pertama di industri musik Korea. Band bernama Lee Soo-man and 365 Days itu hanya berumur pendek. Karena pada saat yang sama, Chun Doo-hwan, jenderal yang naik jadi presiden lewat kudeta, memulai kebijakan baru dalam sensor media. Chun Doo-hwan juga disebut-sebut sebagai otak di balik Pembantaian Gwangju.

Mendapati situasi tersebut, Lee melihat tidak ada masa depan dalam industri hiburan Korea. Tahun berikutnya, 1981, dia kembali mengejar impian aslinya untuk menjadi insinyur, dan hijrah ke Amerika Serikat. Dia mengambil gelar magister di bidang komputer di California State University.

Saat Lee di AS, kehadiran MTV memicu revolusi dalam industri hiburan, lewat munculnya video musik. Lee tertarik dengan konsep video klip ini. Label Motown yang mengorbitkan Michael Jackson menginspirasi Lee. Gerakan-gerakan tari bintang pop pada 80an ini secara tidak langsung bakal menjadi DNA K-pop nantinya. Pada tahun 1985, Lee menerima gelar dan pulang, dengan bertekad “mereplikasi hiburan Amerika di Korea.”

Lee kembali masuk ke dunia hiburan sebagai DJ dan presenter. Pada 1989, setelah empat tahun menabung dan menyerap pengalaman di industri, ia mendirikan SM Studio di Gangnam, Seoul. Saat berusia 37 tahun itulah, ia memulai SM dengan modal awal sekitar 200 juta won.

Keberhasilannya adalah mengorbitkan penyanyi dan penari hip-hop Hyun Jin-young, yang albumnya rilis pada 1990. Namun, saat sedang berada di puncak kesuksesannya, Jin-young ditangkap gara-gara narkoba. Lee benar-benar terpukul, dan pengalaman ini mengajarinya untuk menerapkan kontrol penuh atas artis-artisnya.


Related

Entertaintment 6198114689770128791

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item