Bagaimana Batu-batu Bisa Bertumpuk dan Tersusun Indah?
https://www.naviri.org/2018/02/rock-balancing-art.html
Naviri.Org - Kemampuan manusia dalam menghadirkan karya seni memang sering kali mengagumkan, bahkan menakjubkan. Salah satunya, yang sempat bikin geger di Indonesia, adalah batu bertumpuk, atau yang disebut Balancing Art.
Orang-orang atau para seniman yang menggeluti seni itu bisa menumpuk batu-batu hingga tersusun indah. Bagi orang awam, batu-batu itu tampak seperti dilem, padahal tidak. Tumpukan atau susunan batu itu murni karena kemampuan si seniman dalam menyusunnya. Lalu bagaimana batu-batu yang memiliki ukuran dan bentuk bermacam itu bisa tertumpuk dan tersusun tanpa jatuh?
Menyusun segala rupa bebatuan hingga bertumpuk, tampak mustahil sekaligus menakjubkan. Salah satu pegiatnya adalah Ishihana Chitoku, pria asal Jepang yang sangat mahir menyusun batu dengan melibatkan unsur warna, bentuk dan ukuran. Ia mengeksplorasi berbagai pola dan bentuk, juga suka memandangi siluet dari susun batu yang ia hasilkan.
Dilansir dari Vice, yang paling memuaskan Chitaku adalah saat batu terakhir ditumpuk, karena membutuhkan konsentrasi di tengah puncak ketegangan. Baginya, kepuasan itu laksana candu. Ia bahagia luar biasa ketika susunannya selesai. Chitaku juga rajin mendokumentasikan proses dan karya seni susun batu di akun Instagram miliknya.
Partisipasi Chitaku di berbagai ajang festival susun batu sejak 2012 menjadi tanda bahwa seni ini setidaknya sudah mendapat panggung yang mempertemukan para seniman batu lainnya dari seluruh dunia.
"Gravity Glue" atau lem gravitasi jadi istilah lain yang merujuk pada aktivitas seni susun batu. Bagi Michael Grab, seniman susun batu kelahiran Kanada, proses penyusunan batu hingga menjadi rangkaian yang ekstrem menumbuhkan suasana meditatif yang menyehatkan mental.
Situs gravityglue.com mendokumentasikan karya-karya Michael Grab. Pelbagai struktur susun batu yang rumit berhasil ia selesaikan, mulai dari susunan batu yang berliku-liku dan berongga, hingga yang menjulang tinggi dan besar, dapat disaksikan di sana.
Dalam wawancara dengan Super Consciousness, Grab menyatakan bahwa seiring bertambahnya waktu, susunan batu karyanya umumnya tumbuh jadi jauh lebih rumit. Setiap eksperimen kadang menghasilkan sesuatu yang menakjubkan, tapi kadang pula runtuh berantakan.
Dikenalnya seni susun batu di berbagai belahan dunia membuktikan bahwa teknik penyusunan membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan mental yang tak mudah menyerah untuk terus menyusun sesuatu yang dinilai mustahil. Mistik, makhluk gaib, dan kekuatan supranatural, jelas tidak ada jejaknya di sini.
Beberapa festival seni susun batu yang pernah terselenggara di dunia di antaranya European Stone Stacking Championships 2017 di Dunbar Skotlandia, Ottawa BAWI (Balanced Art World International), Festival 2014 di Ottawa, Kanada, dan lainnya. Tahun ini, ada Llano Earth Art Fest 2018, yang diselenggarakan di Sungai Llano, Texas AS, pada 9-12 Maret 2018.
Baca juga: Fakta di Balik Batu Bertumpuk di Sukabumi