Laku Pandai, Program Keuangan untuk Pedesaan
https://www.naviri.org/2018/02/program-keuangan-desa.html
Naviri.Org - Semua orang tahu uang, tapi tidak semua orang tahu keuangan. Artinya, semua orang bisa menggunakan uang, untuk membeli sesuatu atau membayar tagihan tertentu, tapi tidak semua orang tahu bagaimana memberdayakan uang yang dimilikinya. Kenyataan itu terjadi di banyak tempat, khususnya di wilayah pedesaan, yang kurang memiliki literasi atau pemahaman dalam hal keuangan.
Pada 2013, untuk pertama kalinya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Survei Nasional Literasi Keuangan. Sebanyak 9.680 responden yang tersebar di 34 provinsi diwawancarai. Mereka memiliki latar belakang gender, tingkat pendidikan, strata wilayah, usia, pekerjaan, hingga pengeluaran yang berbeda.
Dari hasil survei itu, ditemukan fakta bahwa dari tiap seratus penduduk, hanya 21 orang yang terliterasi dengan baik. Di saat bersamaan, OJK juga menemukan bahwa dari tiap seratus penduduk, hanya 59 orang yang memiliki akses terhadap produk atau layanan jasa keuangan. Dengan kata lain, indeks inklusi keuangan saat itu adalah 59,7 persen.
OJK kemudian menyusun Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. Di dalamnya, ada berbagai program yang bertujuan untuk lebih meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Inklusi keuangan ini bahkan sudah dimasukkan dalam peta jalan OJK 2015 hingga 2019.
Salah satu program andalan OJK untuk mencapai keuangan yang inklusif adalah Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif atau yang populer dengan sebutan Laku Pandai. Program ini menyediakan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan agen yang didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.
Program ini dianggap penting untuk membuat akses terhadap industri jasa keuangan kian merata. Masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi yang jauh dari kantor bank bisa mengaksesnya lewat agen-agen tersebut.
Program serupa sebenarnya sudah pernah dicanangkan pemerintah lewat Bank Indonesia pada Juni 2012. Program itu bernama branchless banking, bank tanpa kantor cabang. OJK menilai, bukan hanya akses terhadap perbankan yang diperlukan tetapi juga jasa keuangan lainnya seperti asuransi dan pembiayaan.
Produk-produk keuangan yang dijual lewat agen Laku Pandai adalah produk sederhana, mudah dipahami, dan sesuai kebutuhan masyarakat yang belum bisa menjangkau layanan keuangan. Produk yang disediakan antara lain; tabungan dengan karakteristik basic saving account (BSA), kredit atau pembiayaan mikro, hingga asuransi mikro.
Pada Juni 2015, hanya ada enam bank yang berpartisipasi menyelenggarakan program Laku Pandai, yaitu Mandiri, BRI, BNI, BTN, BTPN, dan BCA. Mereka menyebarkan 3.734 agen ke 211 kabupaten dan kota. Pada September 2016, jumlah bank yang berpartisipasi mencapai 16 bank dengan total agen 160.490 orang.
Bertambahnya jumlah nasabah yang diraup lewat agen-agen di pedesaan ini juga membuat tabungan atau dana pihak ketiga melambung. Pada Juni 2015, total tabungan dari program Laku Pandai hanya Rp2,9 miliar. September tahun lalu, nilainya bertambah menjadi Rp93 miliar.
Selain laku pandai, ada juga program asuransi mikro, reksadana mikro, nabung emas dan yuk nabung saham. Semua program ini dijalankan demi memperluas akses terhadap industri jasa keuangan, agar memperkecil ketimpangan.
Baca juga: Cara Mengurangi Beban Pajak Secara Legal