Peristiwa Mati Listrik Paling Parah di Indonesia dan Dunia

 Peristiwa Mati Listrik Paling Parah di Indonesia dan Dunia

Naviri.Org - Dalam kehidupan sehari-hari, mati listrik adalah sesuatu yang kerap membuat banyak orang marah bahkan frustrasi. Masalahnya sederhana, karena nyaris semua peralatan yang digunakan sehari-hari tergantung pada listrik. Bekerja menggunakan komputer, artinya juga menggunakan energi listrik. Begitu pula dengan televisi, kulkas, mengisi baterai ponsel, dan lain-lain, semuanya tergantung pada listrik. Ketika listrik mati, semua aktivitas tersebut jadi terhenti.

Ada kalanya, peristiwa mati listrik hanya terjadi sebentar atau hanya beberapa menit. Namun, ada kalanya pula mati listrik terjadi sangat lama. Begitu pun, mati listrik kadang hanya mencakup wilayah tertentu, misal sekecamatan. Namun, ada kalanya mati listrik terjadi di wilayah yang sangat luas, sehingga berdampak pada sangat banyak orang.

Indonesia pernah mengalami peristiwa mati listrik yang sangat parah. Pada 2005 lalu, di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jawa dan Bali pernah mengalami mati listrik yang dampaknya memengaruhi 120 juta orang. Listrik di Jakarta dan Banten mati selama 3 jam, dimulai sekitar pukul 10 pagi 18 Agustus 2005, sementara keseluruhan perbaikan membutuhkan waktu 24 jam.

Penyebabnya kerusakan waktu itu terjadi di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali. Jasa transportasi terganggu. Sejumlah penerbangan internasional dan domestik ditunda atau dibatalkan karena pemadaman listrik masif ini. Konteks saat itu, memang Jawa dan Bali sedang dihadapkan dengan masalah krisis listrik, tapi peristiwa awal 2018 lalu justru terjadi sebaliknya.

Peristiwa pemadaman listrik parah pada 12 tahun lalu tersebut masuk dalam daftar mati listrik paling besar di dunia, melihat jumlah orang yang terkena dampaknya. Dalam catatan Power Technology, peristiwa itu berada di peringkat tiga, setelah peristiwa mati listrik di India pada Juli 2012 dan Januari 2001 yang masing-masing berdampak pada 700 juta orang dan 230 juta orang.

Di India, peristiwa itu juga memengaruhi banyak hal. Mulai dari kereta api tak berjalan, operasi bedah berhenti, macet parah, hingga pemberhentian kegiatan tambang. Bahkan mati listrik pada Januari 2001 di India lamanya mencapai 20 jam, dan negara tersebut mengalami kerugian hingga 5 miliar Rupee.

Peristiwa mati listrik secara masif ini punya penyebab beragam. Mulai dari gangguan alat pada gardu induk hingga faktor alam. Di Brazil, misalnya, sambaran petir pada stasiun listrik di Sao Paulo, ibu kota Brazil, membuat listrik mati selama 5 jam pada Maret 1999. Dua kota besar Brazil: Sao Paulo dan Rio de Janeiro, lumpuh total, dan berdampak pada 97 juta orang.

Mati listrik akibat sambaran petir lainnya yang berdampak masif adalah yang terjadi di New York, Amerika Serikat, pada 13-14 Juli 1977. Peristiwa ini berdampak pada 9 juta orang yang tak berpenerangan selama 24 jam. Lumpuhnya kota akibat tidak ada penerangan memicu kericuhan massa terbesar akibat mati listrik dalam sejarah dunia. Sekira 1.600 toko hancur dijarah masa, sementara sekitar 1.000-an dibakar. Sebanyak 3.776 orang ditahan akibat kericuhan tersebut. Benar-benar mengerikan.


Related

World's Fact 1499150310417961996

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item