Jumlah Orang Kaya di Indonesia, dan Masalahnya
https://www.naviri.org/2018/02/orang-kaya-di-indonesia.html
Naviri.Org - Indonesia adalah negara berkembang yang sedang terus berkembang. Karenanya, ada berbagai pertumbuhan yang terjadi di negeri ini, salah satunya pertumbuhan ekonomi. Jumlah orang kaya di Indonesia saat ini jauh lebih banyak dibanding jumlah orang kaya di Indonesia sekian tahun lalu, meski juga jumlahnya belum sebanyak di negara-negara maju.
Tetapi, yang jelas, Indonesia sedang bertumbuh dan mengalami pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikatornya bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah orang kaya di Indonesia yang diprediksi akan terus meningkat. Meski, bersamaan dengan itu, ada masalah yang juga diprediksi akan menghadang di masa depan.
Menurut riset terbaru dari Credit Suisse, di Indonesia ada sekitar 111 ribu miliarder. Mereka adalah yang memiliki kekayaan antara US$1 juta-US $50 juta. Ini setara Rp13,5 miliar hingga Rp675 miliar.
Sedangkan kaum superkaya alias (Ultra High Net Worth Individual), ada 868 orang. Kaum superkaya adalah mereka yang memiliki kekayaan lebih dari Rp675 miliar.
Sedangkan rata-rata kekayaan orang dewasa di Indonesia mencapai US $11 ribu. Ini setara Rp148,5 juta.
Jumlah ini diperkirakan akan bertambah 10 persen tiap tahunnya. Alhasil, dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan ada 180 ribu jutawan dan lebih dari 1.400 orang superkaya.
Urs Rohner, Kepala Credit Suisse Research Institute dan Kepala Dewan Direksi Credit Suisse Group, menyatakan, secara global pertumbuhan kekayaan juga melebihi pertumbuhan populasi. Rata-rata kekayaan orang dewasa tumbuh 4,9 persen menjadi US $56.540 per orang, atau setara Rp763 juta.
"Sejak awal krisis keuangan global sepuluh tahun lalu, kami melihat adanya peningkatan signifikan dalam kekayaan di semua wilayah di dunia," ujarnya lewat siaran pers, Kamis (23/11/2017).
Pertumbuhan kekayaan ini belum tentu kabar gembira. Sebab, munculnya kekayaan akan menimbulkan persaingan baru.
Salah satunya adalah persaingan tempat tinggal. Saat masyarakat makin banyak orang kaya, maka tempat tinggal akan makin tinggi harganya.
"Generasi ini menghadapi langsung masalah pengangguran yang timbul setelah krisis, meningkatnya ketidaksetaraan pendapatan serta harga properti yang meningkat, peraturan KPR yang lebih ketat," tulisnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Rumah123, pada tahun 2020 hanya 5 persen dari kaum milenial yang sanggup membeli rumah di Jakarta dan sekitarnya. Sisanya berdiam tanpa kepemilikan tempat tinggal. Entah mengontrak, kos, atau sewa lainnya.
Milenial yang bekerja, kenaikan gajinya tak sebanding dengan kenaikan harga rumah. Menurut data Rumah123, rata-rata kenaikan harga properti di Indonesia mencapai 17 persen.
"(Harga) Rumah naiknya sangat besar, bahkan pernah sampai 100 persen dalam setahun," kata Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung kepada media.
Sedangkan kenaikan upah di Indonesia, rata-rata di bawah 10 persen. Tahun depan, kenaikan upah dipatok minimum 8,71 persen.
Menurut data BPS, generasi milenial semakin banyak yang memilih tinggal bersama orang tua. Salah satu alasannya, karena tingginya harga properti yang tak sebanding dengan kenaikan pendapatan. Di beberapa kota, pemilik rumah di rentang usia 25-39 tahun lebih sedikit dari rentang usia lain. Paling sedikit di Jakarta.
Baca juga: Tren Terkini Penggunaan Kartu Kredit di Indonesia