Negara-negara yang Kecanduan Mi Instan
https://www.naviri.org/2018/02/negara-negara-yang-kecanduan-mi-instan.html
Naviri.Org - Mi instan, sebagaimana namanya, adalah makanan berupa mi yang bisa dibuat dengan cara instan. Mi instan dikemas dengan plastik bergambar menawan—yang mampu membuat kita merasa lapar tiba-tiba—dan di dalamnya terdapat paket mi yang kering, plus bumbu-bumbu. Ada mi instan rebus, ada pula mi instan goreng.
Siapa pun bisa menikmati mi instan dengan mudah. Cukup buka bungkusnya, siapkan wajan dengan air secukupnya, lalu masukkan mi instan yang kering ke dalam air setelah mendidih. Setelah cukup direbus, angkat mi instan, dan tiriskan. Masukkan ke piring, lalu campur dengan bumbu serta kecap dan saus yang telah disediakan. Mi instan pun siap dinikmati. Kalau ingin lebih nikmat, tambahkan telur dan taburkan bawang goreng, serta nikmati dengan kerupuk.
Mi instan memang sudah menjadi bagian penting dari menu makanan masyarakat Indonesia. Meski sering dianggap tidak sehat, tetapi kebiasaan makan mi instan sepertinya masih sulit dihilangkan. Itulah mengapa penjualan mi instan tak pernah turun. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain.
Berdasarkan data instantnoodles.org, permintaan mi instan di Indonesia mencapai 14,40 miliar bungkus 2010. Angkanya naik lagi menjadi 14,53 miliar bungkus di tahun berikutnya. Permintaan terus naik di 2012 hingga 14,75 miliar bungkus, lalu tembus hingga 14,90 miliar bungkus di tahun berikutnya. Pada 2014, sempat ada sedikit koreksi permintaan menjadi 13,43 miliar bungkus.
Sementara Asosiasi Produsen Roti, Biskuit dan Mie (Arobim) memperkirakan permintaan mi instan di Indonesia tahun ini mencapai 16 miliar bungkus. Artinya, dengan penduduk 250 juta jiwa, maka rata-rata setiap orang Indonesia membeli 64 bungkus mi instan per tahun.
Dengan permintaan mencapai 14 miliar bungkus per tahun, Indonesia masuk dalam daftar negara dengan permintaan mi instan terbesar di dunia. Indonesia hanya kalah dengan Cina, yang permintaannya mencapai 44,4 miliar bungkus.
Jepang ada di peringkat ketiga dengan permintaan 5,5 miliar bungkus, disusul India dengan 5,3 miliar. Vietnam membuntuti di posisi kelima dengan catatan 5 miliar bungkus. Yang menarik, permintaan yang tinggi ini tak berbanding lurus dengan jumlah populasi suatu negara. Amerika Serikat misalnya, meski jumlah penduduknya terbesar keempat dunia, tetapi permintaan mi instannya hanya 4,2 miliar bungkus.
Permintaan yang tinggi secara linier mendorong tingkat penjualan mi instan. Data euromonitor mencatat pada 2003 penjualan mi instan di Indonesia hanya Rp8 triliun, kemudian melejit menjadi Rp13,7 triliun dalam kurun waktu lima tahun. Berselang lima tahun berikutnya, penjualan mi instan membukukan rekor baru Rp22,6 triliun.
Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Mi Instan di Indonesia