Meramalkan Masa Depan E-Commerce Indonesia
https://www.naviri.org/2018/02/masa-depan-e-commerce.html
Naviri.Org - Cepat atau lambat, penetrasi internet dalam kehidupan masyarakat Indonesia terus berlangsung, dan nyatanya pengguna internet di negeri ini terus meningkat. Hal itu berdampak pada tumbuhnya bisnis di internet atau e-commerce. Semakin terbiasa masyarakat dengan internet, mereka pun lebih terbuka untuk berbelanja di internet. Kenyataannya, saat ini berbagai e-commerce terus bertumbuhan di Indonesia.
Pemerintah bahkan menargetkan Indonesia menjadi pusat ekonomi digital pada 2020 dengan potensi transaksi sebesar $130 miliar atau Rp1.700 triliun. Target itu bisa jadi realistis, karena faktanya dunia digital khususnya e-commerce tengah bergairah di Indonesia.
Data yang dipacak dari Statista mengungkap, pendapatan e-commerce Indonesia ditaksir bakal menyentuh angka $7,04 miliar pada 2017. E-Commerce di bidang fashion mengambil bagian paling besar, dengan memperoleh pendapatan di angka $2,46 miliar pada tahun yang sama.
Berdasarkan laporan dari McKinsey & Company, berjudul “Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity”, terungkap bahwa dunia digital Indonesia memang memiliki masa depan yang cerah. Jika Indonesia mampu beradaptasi dengan dunia digital dengan baik, diprediksi pada 2025 sektor digital akan menyumbang pertumbuhan senilai $150 miliar bagi Indonesia, atau setara dengan 10 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
Cerahnya masa depan dunia digital Indonesia didukung dengan tarif internet mobile yang terbilang murah. Data dari McKinsey menyebut, tarif per 500MB Indonesia berada di peringkat kedua sebagai tarif termurah, satu tingkat di bawah India sebagai pemuncak tarif termurah. Di Indonesia, rata-rata harga per 500MB berkisar di angka $3,4.
Tarif internet mobile yang murah berkorelasi positif dengan waktu yang dihabiskan orang Indonesia berinternet, terutama kala menggunakan perangkat bergerak. Per harinya, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3,5 jam di internet melalui gawai masing-masing.
Angka itu lebih tinggi daripada publik di Amerika yang hanya menghabiskan 1,9 jam per hari untuk berinternet. Kecilnya waktu orang Amerika berinternet sebanding dengan fakta bahwa tarif internet mobile di sana terbilang mahal. Biaya per 500MB data internet di AS rata-rata dihargai $48,9.
Kombinasi tarif murah dan cukup tingginya waktu yang dihabiskan orang Indonesia berinternet, semakin mendongkrak pelaku bisnis digital Indonesia untuk optimistis, terutama di segmen e-commerce. Segmen ini diprediksi akan menghasilkan pendapatan senilai $16,47 miliar pada 2020.
Perebutan kue bisnis e-commerce tak hanya dilakukan oleh pelaku-pelaku baru atau lazim disebut startup. Grup-grup perusahaan yang dipimpin tokoh-tokoh kuat dalam bisnis Indonesia juga mencoba mengambil peruntungan di segmen ini. Hampir semua grup konglomerasi di Indonesia mencoba peruntungan di dunia e-commerce Indonesia.
Baca juga: Pertarungan Para Konglomerat di Dunia E-Commerce