Kontroversi Robot Sebagai Pasangan Seks Manusia
https://www.naviri.org/2018/02/kontroversi-robot-sebagai-pasangan-seks.html?m=0
Naviri.Org - Seks adalah salah satu kebutuhann dasariah setiap manusia, baik pria maupun wanita. Karena itulah manusia mengenal perkawinan, yang salah satu tujuannya agar memiliki mitra seks, sehingga kebutuhan seks yang ada dapat disalurkan dengan mudah sekaligus legal.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki pasangan, atau yang kehilangan pasangan? Bagaimana mereka yang tanpa pasangan itu menyalurkan naluri seks mereka? Ada beragam jawaban untuk itu, yang biasanya terkait dengan gaya hidup orang per orang, sekaligus di mana ia tinggal.
Sekarang, seiring perkembangan teknologi yang makin pesat, muncul robot yang ditujukan sebagai mitra seks manusia. Robot yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan itu dibuat semirip mungkin dengan manusia, bisa bercakap-cakap dan berinteraksi layaknya manusia, dan tentu saja bisa menjadi pasangan seks manusia.
Lebih daripada kemampuan boneka seks yang sudah lama beredar di masyarakat, perusahaan teknologi seperti TrueCompanion.com bahkan menambahkan artificial intelligence pada produk buatan mereka. Robot seks ini diharapkan bisa menjadi pasangan bagi orang-orang yang tidak memiliki pasangan.
Namun, Dr Kathleen Richardson, seorang peneliti etika robot di De Montfort University, Leicester, Inggris, mengatakan bahwa pembuatan robot seks seperti Roxxxy dari TrueCompanion harus dilarang. Richardson menyebut pengembangan robot seperti itu "tidak diperlukan dan tidak diharapkan."
Lewat situs Campaign Against Sex Robots, Richarson mengatakan, "Pengembangan robot seks dan ide-ide yang mendukung produksi robot seks justru menunjukkan masih adanya horor dalam dunia prostitusi."
"Saat saya pertama kali melihat hal ini, saya pikir 'oh, robot seks, tidak merusak dan mungkin robot ini akan menurunkan permintaan akan anak-anak dan wanita (untuk berhubungan seks)," kata Richardson kepada CNBC.
"Namun setelah saya melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan ini, saya menemukan fakta-fakta yang berlawanan. Robot ini tidak akan menurunkan permintaan akan anak-anak, pria, wanita dan transgender (untuk berhubungan seks), justru robot ini akan menyumbangkan dan memperkuat posisi mereka dalam masyarakat sebagai obyek (seks)," sambung Richardson.
Dr Helen Driscoll mengatakan kemajuan teknologi yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan robot akan berubah drastis dalam tahun-tahun mendatang. Kepada Mirror, Driscoll mengatakan "Robophilia" akan menjadi sesuatu yang normal dalam 50 tahun ke depan.
Dr Driscoll, seorang ahli dalam psikologi seksualitas, mengatakan bahwa "sex tech" sudah mulai berkembang dan terus melesat sampai 2070 mendatang saat hubungan fisik nampak primitif.
"Saat virtual reality menjadi semakin nyata dan gamblang, dan mampu menirukan bahkan meningkatkan pengalaman seks bersama mitra manusia; saat itulah pasti ada orang yang memilih untuk berhubungan seks bukan dengan manusia, namun dengan robot," ujar Driscoll.
Sebuah drama serial fiksi ilmiah berjudul Real Humans yang ditayangkan di televisi Swedia SBS menceritakan tentang orang Swedia masa depan bersama robot android (disebut hubots) yang secara tersirat dianggap sebagai mitra seks.
TrueCompanion, bermarkas di New Jersey, mengklaim bahwa mereka telah berhasil mengembangkan "robot seks pertama di dunia" bernama Roxxxy dan juga versi pria yang disebut Rocky. Dengan harga USD7.000 (sekitar Rp100 juta), robot itu mampu bercakap-cakap dan juga melakukan interaksi fisik. Konon sudah ada ribuan orang yang memesan produk ini.
Sementara itu RealDoll yang mengembangkan Abyss Creations, bermarkas di San Marcos, California, sedang dalam tahap menciptakan robot seks setelah selama ini sukses menjual alat-alat bantu seksual.
Bos TrueCompnanion, Douglas Hines, mengatakan kepada BBC bahwa ada orang yang memang membutuhkan kehadiran Roxxxy dan Rocky.
"Kami tidak bermaksud mengganti istri atau pacar. Ini sekadar solusi bagi orang yang tidak mempunyai hubungan atau seseorang yang kehilangan pasangan," ujarnya. "Orang bisa mendapatkan kebahagiaan tidak hanya lewat interaksi dengan manusia."
Hines menambahkan dia berharap Roxxxy akan menjadi sebuah mesin yang mampu belajar sendiri dan mampu berbicara dengan tuannya, dan belajar apa yang disukai dan tidak disukai oleh tuannya.
Baca juga: Telah Hadir, Robot Seks Pintar untuk Pria Kesepian