Kontroversi dan Titik Nadir Majalah Newsweek

 Kontroversi dan Titik Nadir Majalah Newsweek

Naviri.Org - Masalah memang bisa menimpa siapa saja, termasuk perusahaan media sebesar Newsweek. Sebagai perusahaan media, Newsweek memiliki akar yang dalam, karena telah berdiri selama puluhan tahun. Selama berpuluh-puluh tahun pula, Newsweek berjaya sebagai majalah mingguan terkenal di Amerika Serikat, yang dibaca oleh jutaan orang setiap kali terbit.

Namun, kini, Newsweek mulai terhuyung-huyung. Pertama karena masalah persaingan dengan media digital yang kian keras dan menggerus pasar majalah cetak mereka, dan kedua adalah masalah internal perusahaan. Jauh sebelum Newsweek menghadapi masalah saat ini, perusahaan itu pun tak lepas dari kontroversi.

Salah satu kontroversi terkait Newsweek adalah diskriminasi gender. Sebelum 1970, Newsweek punya kebijakan bahwa hanya para laki-laki yang bisa menempati posisi sebagai reporter. Eleanor Holmes Norton, yang mewakili enam puluh pegawai wanita, mengajukan kebijakan bias gender itu ke Equity Employment Opportunity Commission.

Kaum wanita Newsweek kemudian menang, dan perusahaan mengizinkan para wanita menjadi reporter. Untuk merayakan kemenangan tersebut, Newsweek menerbitkan ulasan mengenai gerakan feminisme, dan artikel berjudul “Women in Revolt” yang ditulis Helen Dudar, seorang jurnalis lepas.

Pada 1986, sebuah artikel Newsweek memuat berita bahwa wanita yang belum menikah pada usia 40 tahun punya kesempatan terbunuh teroris lebih besar, ketimbang mencari suami. Artikel ini menciptakan gelombang kecemasan pada para wanita profesional berpendidikan. Newsweek kemudian mengakui kesalahan pemuatan, dan menerbitkan studi lanjutan tentang wanita dan pernikahan.

Kontroversi yang terjadi baru-baru ini datang dari dapur redaksi. Dayan Candappa, editor senior baru, seperti dilaporkan BuzzFeed News, punya rekam jejak sebagai pelaku pelecehan seksual di beberapa kantor lamanya. Dalam laporan yang ditulis Rossalyn Warren itu, juga disebut bahwa beberapa orang di Newsweek mengetahui rekam jejak Candappa sebelum mempekerjakannya.

Candappa kemudian dipecat, dan ia tak mau berkomentar atas tuduhan tersebut. Sementara nasib jurnalis Newsweek yang memberitakan kasus tersebut juga tak lebih baik. Di bawah rezim kepemilikan Newsweek Media Group, sang jurnalis turut dipecat. Sebagai salah satu majalah tua dan berpengaruh di AS, Newsweek tengah berada di titik nadir.

Baca juga: Detik-detik Akhir Kehancuran Majalah Time

Related

News 2524820620108782081

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item