Fakta, Jumlah Jomblo di Indonesia Terus Meningkat
https://www.naviri.org/2018/02/jomblo-di-indonesia.html
Naviri.Org - Setiap orang harus punya pasangan, untuk kemudian menikah, dan beranak-pinak. Ajaran itu bisa dibilang telah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Sebegitu lamanya ajaran atau doktrinasi itu berlangsung, sampai-sampai hal itu dianggap sebagai keyakinan. Bahwa setiap orang memang harus punya pasangan, harus menikah, dan harus beranak-pinak.
Tetapi, kemajuan zaman tampaknya ikut mengubah cara berpikir manusia. Termasuk dalam hal ajaran terkait berpasangan dan menikah serta beranak-pinak. Sebagian orang mulai menyadari bahwa tidak setiap orang harus melakukan hal semacam itu, khususnya jika ada alasan dan faktor tertentu. Faktanya, kini semakin banyak orang yang mulai melihat bahwa ada alternatif lain selain menikah dan beranak-pinak.
Kenyataan itu pun ikut mendorong pertumbuhan jomblo atau lajang, khususnya di Indonesia. Berdasarkan data sensus penduduk maupun penelitian, angka jomblo di Indonesia mencapai 52 juta orang. Rentang usia jomblo sekitar 18-40 tahun.
Riset serupa juga dilakukan oleh Zola Yoana, pendiri Heart Inc. Menurut riset Zola, jumlah jomblo di atas usia 27 tahun meningkat 2% setiap tahun selama 2010-2014.
Pada 2010, jumlah jomblo laki-laki mencapai 4,9 juta orang, sementara jomblo perempuan mencapai 4,7 juta. Angka ini meningkat drastis pada 2014, jumlah jomblo laki-laki mencapai 5,1 juta dan perempuan mencapai 5 juta.
Para jomblo yang memilih menjalani hidup sendiri atau hidup melajang bukan berarti tanpa masalah. Sebetulnya tidak mudah menjalaninya. Mereka harus berani menanggung segala risiko dan stigma yang sudah kuno.
Tentu ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang menjalani kehidupan menjomblo. Pada umumnya, perempuan lebih mudah stres, jika belum menikah. Terlebih kalau ditanya ‘kapan nikah’ oleh orang-orang di sekeliling.
Berbeda dengan laki-laki yang cenderung tidak mempersoalkan kapan harus menikah. Banyak lelaki yang tetap membujang, karena ingin menikmati kebebasan sebagai bujangan atau ingin mempersembahkan waktu dan tenaga sampai mantap dalam berkarier.
Kebanyakan orang yang tidak menikah mempunyai alasan yang kuat untuk tetap melajang. Alasan laki-laki tidak menikah karena mereka menganggap komitmen jangka panjang atau menikah akan merusak hubungan indah yang telah terjalin.
Kemudian, mereka menganggap bahwa menikah tidak sebebas hidup melajang. Takut bercerai, trauma karena kegagalan yang dialami kedua orang tuanya, dan kadang lelaki mempunyai sifat pembosan.
Ada survei yang dilakukan oleh majalah Femina (2006) terhadap 60 laki-laki dan diperoleh beberapa alasan mengapa mereka masih menjomblo. Sebesar 35% suara mengatakan bahwa laki-laki merasa lebih bebas tidak menikah atau tak ingin kebebasannya dikekang.
Selanjutnya, sebesar 29% suara menyatakan ingin 100% fokus berkarier, lalu 20% suara menyebutkan belum merasa mapan dan 16% yang mengungkapkan belum menemukan pasangan yang tepat.
Baca juga: Menikmati Status Lajang dengan Syukur dan Kebahagiaan