Mengapa Jatuh Cinta Berjuta Rasanya?
https://www.naviri.org/2018/02/jatuh-cinta-berjuta-rasanya.html
Naviri.Org - Siapa pun pasti pernah jatuh cinta, dan siapa pun pasti tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Tiba-tiba, hidup terasa lebih indah, kita merasa memiliki harapan dan khayalan. Yang pria membayangkan sosok pujaannya akan dapat ia miliki, sementara yang wanita jadi sering kangen dan merasakan hati tak karuan. Sebagian orang bahkan merasa makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, karena terus terbayang sosok yang membuat jatuh cinta.
Hal-hal semacam itu mungkin terdengar konyol, tapi kenyataannya kita sama-sama tahu bahwa kira-kira seperti itulah yang dialami banyak orang ketika jatuh cinta. Karenanya, kita pun pasti pernah atau bahkan sering mendengar ungkapan “jatuh cinta berjuta rasanya”, atau “cinta itu buta”, dan semacamnya.
Ungkapan-ungkapan itu menyiratkan bahwa perasaan atau emosi mendominasi seseorang ketika jatuh cinta dan menjalani hubungan romantis. Hal ini dijelaskan secara ilmiah oleh Profesor Stephanie Ortigue dari Syracuse University.
Menurutnya, jatuh cinta membuat otak manusia mengalami euforia seperti kecanduan kokain. Hal ini terkait dengan hormon cinta seperti oksitosin. Euforia atau perasaan senang yang berlebihan ini yang menuntun seseorang sulit berpikir secara logis. Hingga kemudian menjadikan otaknya menjadi bebal dari pengaruh luar. Perkara ini juga yang menyebabkan menasihati orang yang sedang jatuh cinta adalah tindakan sia-sia.
Namun begitu, dalam buku The Science of Compassionate Love: Theory, Research, and Applications, dijelaskan juga bahwa euforia dalam hubungan akan berkurang seiring berjalannya waktu. Pada titik tertentu, hormon cinta tersebut akan berkurang oleh beragam faktor yang terjadi di lingkungan dua orang tersebut. Ketika itu terjadi, salah satu pihak baru menyadari dirinya berada di hubungan yang sehat atau tidak.
Saat fase itu terjadi, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan nalar untuk tetap berpikir logis dan kritis. Jangan sekadar mempertahankan hubungan hanya karena Anda yakin bahwa hubungan Anda akan membaik. Logika dan kekritisan semestinya bisa memilah, mana yang berupa harapan, keyakinan, serta kenyataan.
Baca juga: Memahami Gejala Rusaknya Hubungan Cinta