Ternyata, Indomie Ada di 80 Negara di Dunia
https://www.naviri.org/2018/02/indomie-ada-di-80-negara.html
Naviri.Org - Indomie adalah mi instan populer di Indonesia, yang mungkin menjadi “andalan” banyak orang, khususnya anak-anak kos, yang kerap menjadiakannya sebagai makanan yang mengenyangkan. Selain praktis, karena mudah dibuat, mi instan juga relatif murah, dan bisa didapatkan di berbagai tempat.
Sebagai salah satu produk mi instan, Indomie memang memiliki pamor atau popularitas yang tak lekang waktu. Bahkan, popularitas Indomie tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain. Saat ini, setidaknya ada 80 negara yang telah mengonsumsi Indomie.
Wilayah penjualan Indomie tidak hanya di Asia, namun juga meliputi Eropa, Amerika Utara, Australia, hingga ke negara-negara Afrika. Untuk memudahkan proses distribusi, Indofood juga membangun pabrik Indomie di sejumlah negara. Pabrik Indomie tersebar antara lain di Saudi Arabia, Suriah, Mesir, Malaysia, hingga di Nigeria.
Pabrik Indomie di Nigeria telah ada sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, dan Indomie telah menjadi produk mi instan yang sangat populer di Nigeria. Saking populernya, banyak warga Nigeria yang menyangka bahwa Indomie adalah brand negara mereka. Kabarnya, pabrik Indomie di Nigeria adalah produsen mi instan terbesar di kawasan Afrika Barat.
Indomie juga masuk Serbia. Pada awal September 2017, di Indjija, sekitar 80 kilometer dari ibukota Serbia, Beograd, terjadi keramaian ketika Presiden Serbia, Tomislav Nikolic, yang didampingi sang walikota, Vladimir Gak, meresmikan pabrik mi instan Indomie milik PT Indofood Sukses Makmur. Karenanya, kini Indomie juga dapat dinikmati di kota di Serbia, yang dihuni sekitar 25 ribu penduduk tersebut.
Nilai investasi yang ditanam oleh Indofood di Serbia cukup besar, yakni mencapai 11 juta euro. Dikutip dari unggahan resmi KBRI Beograd di laman Facebook-nya, pabrik mi instan yang digemari banyak orang itu berada di atas tanah seluas 5 hektare. Kapasitas produksinya mencapai 500.000 kardus/box Indomie per bulan dan didistribusikan ke seluruh wilayah Eropa. Sejak beroperasi pada bulan Agustus kemarin, pabrik tersebut telah menyerap ratusan tenaga kerja di Serbia yang mayoritas adalah anak-anak muda.
Bersaing dan berekspansi
Jauh sebelum pabrik Indomie eksis di Serbia demi memanjakan lidah para pecinta mi di daratan Eropa, sekitar satu tahun yang lalu ekspansi Indomie telah menyasar wilayah Afrika.
Sebagai produk unggulan Indonesia, eksistensi Indomie di sejumlah negara juga tak lepas dari campur tangan pejabat KBRI negara yang bersangkutan. Mereka berupaya melaksanakan titah Presiden Jokowi yang berharap para dubes tak hanya menjalankan fungsi diplomasi, namun juga mengenalkan produk asli Indonesia di negara tempat sang dubes bekerja.
Awal Mei 2015 Dubes RI untuk Kerajaan Maroko dan Republik Islam Mauritania, Syarief Syamsuri, mengunjungi kantor pemasaran Indomie di Casablanca, Maroko, yang waktu itu akan membangun pabrik Indomie di kawasan Ain Johra Industrial state di Tiflet, Maroko.
Sekretaris Tiga KBRI Rabat, Muhammad Hartantyo, mengatakan pembangunan pabrik sudah dimulai sejak bulan Januari 2015 dan akan mulai memproduksi akhir triwulan 2015. Pabrik tersebut akan menjadi pabrik Indomie terbesar di seluruh dunia di luar Indonesia.
Indomie telah memasuki pasar Maroko sejak enam tahun lalu dengan membentuk Indo Morocco Company, suatu kemitraan antara Sawaz Group (Salim grup dan Wazaran/Arab Saudi Grup) dengan perusahaan lokal Maroko, LINA, yang dimiliki oleh pengusaha Abdullah Ghozy.
Dubes RI Rabat, Syarief Syamsuri, secara khusus mengunjungi kantor penjualan dan pemasaran Indomie Indo Morocco Company SA, yang dipimpin WNI Dirut Mufli Zaumar, dan Direktur Keuangan dan Administrasi, Ahmad Sidikki. Mereka ingin memahami permasalahan yang dihadapi serta mengetahui secara langsung rencana investasi Indofood membangun pabriknya di Maroko.
Di Mesir, pabrik Indomie telah menciptakan lapangan kerja bagi 1.000 warga lokal. General Manager Indomie produksi Mesir, Gunawan Harianto, mengatakan, "Lapangan kerja yang diserap pabrik patungan Indomie tercatat 1.000 karyawan, terdiri atas 400 orang di bagian produksi, dan 600 orang lagi di bagian distributor."
Kehadiran pabrik mie instan di Negeri Piramida itu merupakan perusahaan patungan Indonesia-Mesir, Salim Wazaran Abu Alata Co. Ltd. Menurut Gunawan, setiap hari pihaknya memproduksi 1,2 juta bungkus Indomie untuk pasar lokal Mesir. "Perusahaan ini hadir di Mesir sejak 10 tahun lalu, namun secara efektif berproduksi pada 2009," imbuhnya.
Atase Perdagangan KBRI Kairo, Burhan Rahman, mengatakan bahwa Menteri Agama Mesir, Mohamed Mokhtar Goumah, selalu menyediakan stok Indomie di rumahnya. Menurut beberapa warga negara Indonesia, sebelum pabrik Indomie hadir di Mesir, makanan khas Indonesia siap saji itu biasanya menjadi oleh-oleh favorit bagi WNI yang baru kembali dari Tanah Air maupun dari ibadah haji atau umrah di Arab Saudi.
Apa benar sedemikian larisnya Indomie di Mesir? Kira-kira ada berapa banyak konsumennya? Pertanyaan tersebut barangkali bisa terjawab lewat salah satu promosi Indomie berbahasa Mesir berikut ini:
"Aktsar min milion Masry biyakul Indomie kulli yaum...” yang artinya, “Lebih dari satu juta warga Mesir menyantap Indomie..."
Baca juga: Persaingan Bisnis Mi Instan di Indonesia