Google, Raksasa Internet dengan Penghasilan Terbesar
https://www.naviri.org/2018/02/google.html?m=0
Naviri.Org - Google sudah dikenal luas sebagai mesin pencari di internet, yang digunakan jutaan orang di dunia. Selain itu, Google juga menjadi perusahaan internet yang mengelola bisnis di dunia maya. Yang agak ajaib, bisnis Google tidak terlalu kelihatan, karena orang, khususnya yang awam, selama ini hanya mengenal Google sebagai mesin pencari. Nyatanya, Google bukan hanya mesin pencari, tapi juga raksasa internet dengan penghasilan terbesar.
Dari mana penghasilan Google? Jawabannya adalah dari iklan.
Perusahaan atau institusi umumnya memiliki alokasi biaya untuk iklan. Sebelum memasuki era digital, kue iklan adalah milik perusahaan media, koran, tabloid, majalah, radio, dan televisi. Iklan juga hadir di pinggir jalanan perkotaan dalam bentuk spanduk, umbul-umbul, atau papan iklan.
Memasuki era digital, kue iklan terbagi lagi. Para pengiklan bisa mempromosikan produk, jasa, atau layanannya lewat media sosial, media online, hingga di mesin pencari. Semakin tinggi penetrasi internet, semakin maksimal iklan digital yang diraih.
Google sebagai mesin pencari hadir sejak 1998 dari tangan dua mahasiswa PhD Stanford University, Larry Page dan Sergey Brin. Menjelang akhir 1999, Google mulai menguji sebuah program untuk menjual iklan berdasarkan cost per thousand (CPM). CPM menjadi model iklan yang cukup dominan kala itu. Jika sebuah situs web mematok tarif $10 CPM, artinya si pengiklan harus membayar $10 untuk setiap 1.000 tayangan iklan.
Tak seperti iklan kebanyakan yang menggunakan banner saat itu, format iklan di Google hanya menggunakan teks yang tidak mencolok. Google menargetkan iklan berdasarkan kata kunci penelusuran dan memisahkannya dari hasil pencarian utama. Namun, Sergey menyadari bahwa model iklan seperti itu tak menghasilkan banyak uang. Pada Oktober 2000, Google pertama kali memperkenalkan AdWords.
“Punya kartu kredit dan waktu lima menit? Temukan iklan Anda di Google hari ini!” begitu pengumuman yang diletakkan Google di laman utamanya.
Pada 2001, pendapatan iklan Google hanya $70 juta. Setahun kemudian, pendapatan iklannya meningkat hingga $410 juta.
Pada Februari 2002, Google memperkenalkan versi terbaru AdWords yang mengadopsi model pay-per-click. Pengiklan yang menentukan berapa ia bisa membayar untuk setiap klik. Semakin tinggi bayarannya, semakin ia diprioritaskan.
Google kemudian menyadari ada masalah dalam pendekatan itu. Apabila pengiklan menawar cukup tinggi untuk iklan yang tak relevan, dan tak satu pun orang mengklik iklan itu, maka tak ada yang mendapatkan keuntungan dari iklan yang tak relevan itu. Google lalu memperkenalkan pendekatan baru bernama clicktrough rate, ia mengukur relevansi iklan dan algoritma peringkat. Jadi, jika iklan dengan tawaran harga per klik lebih rendah tetapi diklik lebih sering, maka peringkat akan lebih tinggi.
Hasilnya, iklan dengan tawaran harga yang lebih rendah tetapi memiliki lebih banyak klik menghasilkan lebih banyak keuntungan bagi Google daripada iklan dengan tawaran harga lebih tinggi tapi hanya mendapat sedikit klik. Model yang sama masih digunakan Google sampai saat ini.
Sejak 2001 hingga sampai saat ini, pendapatan iklan Google terus naik, tak pernah turun. Saat krisis melanda Amerika dan dunia pada 2008, pendapatan iklan Google tercatat masih meningkat dari $16,41 miliar pada 2007 menjadi $21,13 miliar pada 2008. Berdasarkan laporan keuangan induk Google, Alphabet, pendapatan iklan Google mencapai $79,38 miliar tahun lalu.
Google menjadi raksasa yang memakan kue iklan paling besar setiap tahunnya, setidaknya sejak 2013. Pada 2013 itu, total pertumbuhan pengeluaran iklan global mencapai $15,6 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun itu, Google meraup pendapatan iklan $6,9 miliar, sekitar 44 persen dari total pertumbuhan biaya iklan global.
Pada 2014, kenaikan pengeluaran iklan global meningkat menjadi $20,7 miliar. Saat itu, 44 persennya juga masuk ke kantong Google. Pada 2015, porsinya sedikit turun menjadi hanya 41 persen. Namun, pada 2016, porsi iklan yang diraup Google naik lagi menjadi 44 persen.
Dalam klasifikasi iklan digital, Google juga menjadi yang paling besar. Menurut data eMarketer, Google menguasai 33 persen pasar iklan digital, sementara Facebook hanya 16 persen. Sisanya, terbagi ke platform-platform lainnya.
Tak seperti 17 tahun lalu, saat ini pendapatan iklan Google tak hanya berasal dari laman pencarian Google saja, tetapi juga dari anak usahanya, seperti YouTube. Pendapatan iklan Google akan terus bertumbuh. Pada 2018, Google diprediksi mampu meraup lebih dari $100 miliar dari iklan. Ia menjadi raja baru dalam menyerap kue iklan, yang harus diwaspadai oleh media-media lain yang selama ini hidup dari iklan.
Baca juga: Meramalkan Masa Depan E-Commerce Indonesia