Pertarungan Para Konglomerat di Dunia E-Commerce
https://www.naviri.org/2018/02/dunia-e-commerce.html?m=0
Naviri.Org - Dunia maya tidak jauh beda dengan dunia nyata. Semakin banyak orang berkerumun, semakin tinggi peluang bisnis. Karenanya, pusat-pusat perbelanjaan di dunia nyata sering kali dibangun di pusat-pusat kota, yaitu tempat orang-orang banyak berkerumun dan memiliki minat untuk berbelanja.
Kini, seiring makin meningkatnya pengguna internet di Indonesia, pusat perbelanjaan pun tumbuh di dunia maya. Di internet, pusat perbelanjaan semacam itu disebut e-commerce. Dari waktu ke waktu, pertumbuhan e-commerce di Indonesia juga terus meningkat, dengan omset yang kian besar. Hal itu tercium oleh grup-grup konglomerasi Indonesia, dan mereka pun terjun menjadi pemain di e-commerce.
Grup Salim, misalnya, meluncurkan e-commerce bernama iLotte. iLotte merupakan e-commerce hasil kerja sama Grup Salim dengan Grup Lotte, konglomerasi asal Korea Selatan. Pembentukan iLotte dilakukan dengan kucuran dana senilai $100 juta.
Sebelum peluncuran iLotte, pada 23 Agustus lalu Grup Salim juga melakukan aksi korporasi pada bisnis yang sama. Mereka sukses mengambil alih kepemilikan Elevenia, e-commerce yang sebelumnya dikuasai oleh XL Axiata.
Masuknya Grup Salim ke bisnis e-commerce terbilang tak main-main. Melalui anak perusahaannya yang berbasis di Filipina, bernama Philippine Long Distance Telephone Company, Grup Salim memiliki 10 persen saham Rocket Internet, perusahaan pendiri e-commerce Lazada. Di Indonesia, Rocket Internet memiliki e-commerce di bidang fashion bernama Zalora.
Kekuatan beberapa e-commerca yang dikendalikan Grup Salim akan mudah mendapatkan sokongan dari jejaring bisnis perusahaan yang dimiliki konglomerasi besar. Nama-nama perusahaan yang cukup dikenal di Indonesia seperti Indofood, Indomobil, Indomaret, dan entitas bisnis lainnya. Selain masuk ke bisnis e-commerce, Grup Salim pun membentuk sebuah inkubator bisnis bernama Block71.
Selain Grup Salim, konglomerasi terkenal dari Indonesia lainnya pun coba memperoleh peruntungan di segmen ini. Grup Djarum, konglomerasi yang dipimpin duo bersaudara pemilik kekayaan senilai $17,1 miliar, mencoba peruntungan dunia e-commerce melalui perusahaan penanam modal bernama GDP Venture yang didirikan pada 2010 dan dipimpin oleh Martin Hartono, sang pewaris bisnis Djarum
GDP Venture tercatat memiliki Blibli.com, e-commerce yang baru saja mengakuisisi Tiket.com. Selain BliBli.com, bidang e-commerce yang dinaungi GDP Venture dilakukan pula oleh Kaskus, forum online terbesar di Indonesia, melalui sub forum bernama Forum Jual Beli (FJB). Diksi yang cukup terkenal dalam dunia e-commerce Indonesia seperti rekber (rekening bersama), COD (Cash on Delivery), dan panggilan Gan, dipopulerkan oleh Kaskus.
Portofolio GDP hingga hari ini lebih banyak bermain-main di bidang media online. Selain memiliki Kaskus, GDP pun memiliki pemain-pemain lain di bidang media online seperti DailySocial, IDN Media, dan lainnya.
Selain Salim dan Djarum, konglomerasi yang masuk ke ranah e-commerce Indonesia ialah Grup Lippo. Grup usaha Mochtar Riady ini memiliki kekayaan senilai $1,9 miliar. Lippo memiliki beberapa e-commerce yang cukup terkenal bagi masyarakat Indonesia, yaitu MatahariMall.com. E-commerce yang dibentuk pada September 2015 itu, terhitung merupakan pemain penting di dunia belanja online Indonesia. MatahariMall.com dapat modal $500 juta, disiapkan oleh Grup Lippo.
Selain melalui MatahariMall.com, Grup Lippo juga makin jauh ke dunia digital melalui venture capital bernama Venturra Capital. Perusahaan pemberi modal yang digagas Stefan Jung, Rudy Remawy, dan John Riady pada 2015 itu memiliki beberapa portofolio startup yang lumayan mentereng.
Layanan ride-sharing GrabTaxi merupakan salah satu startup beken yang didukung Venturra Capital. Di bidang e-commerce, Venturra Capital menggenggam Zilingo, iPrice, Carro, dan Fabelio. Konsekuensi dari masifnya kerja startup yang dikelolanya, Venturra Capital tercatat telah menggelontorkan dana senilai $150 juta.
Konglomerasi e-commerce Indonesia ialah Grup Sinar Mas. Konglomerasi yang dipimpin oleh Eka Tjipta Widjaja, pebisnis dengan nilai kekayaan mencapai angka $5,6 miliar tersebut, berkongsi dengan Alibaba, eCommerce paling top asal Cina yang didirikan Jack Ma, menciptakan versi Indonesia Alibaba di bawah nama AliExpress. Kerjasama Sinar Mas dan Alibaba pada AliExpress dilakukan sejak Februari 2015.
Kehadiran grup-grup perusahaan besar yang masuk ke dunia digital dan e-commerse secara gamblang semakin menunjukkan bisnis ini sangat serius. Di sisi lain, bagi para konglomerat, memiliki e-commerce seolah jadi keharusan untuk meraih peluang bisnis masa depan.
Baca juga: Memahami Tren Pemasaran di Dunia Digital