Meninggalkan Kuliah, Bekerja, dan Kaya-Raya
https://www.naviri.org/2018/02/Walid-Halty.html
Naviri.Org - Tidak menyelesesaikan kuliah, dan memilih bekerja, kemudian kaya-raya, itulah Walid Halty, seorang pemuda asal AS yang telah menjadi miliuner pada usia 23 tahun. Kisah tentangnya tentu saja tidak dimaksudkan untuk memotivasi orang agar meninggalkan bangku kuliah sebelum lulus. Namun, kisah ini bisa memotivasi siapa pun yang mungkin kebetulan harus drop out karena alasan tertentu, dan kemudian berkecil hati.
Kalau Anda saat ini tidak bisa meneruskan pendidikan hingga bangku kuliah, atau Anda harus keluar dari perkuliahan karena tidak ada biaya, misalnya, Anda bisa mulai mengisi hari dengan bekerja. Siapa tahu, Anda juga bisa meraih kesuksesan seperti Walid Halty.
Walid Halty, seorang pemuda asal Revere, Massachusetts, Amerika Serikat, adalah salah satu contoh mereka yang sukses di usia muda. Di usianya yang baru 23 tahun, Halty berhasil membangun perusahaan rintisan Dvinci Energy yang kini bernilai 41 juta dolar AS (setara Rp 548 miliar).
Jalan kesuksesan bisnis Halty sendiri pun tak berjalan mulus. Seperti petualangan, Halty harus melangkahkan kaki ke arah yang salah sampai ia sadar ke mana seharusnya ia melangkah untuk meraih kesuksesan.
Tinggalkan bangku kuliah
Setelah diterima di Dartmouth College, New Hampshire, AS, dan mengenyam pendidikan selama setahun, Halty menyadari kalau ini tidak terasa seperti jalan yang yang seharusnya ia ambil. Halty kemudian memilih berhenti kuliah dan bekerja mencari pengalaman.
"Saya putus kuliah lalu bekerja sebagai pelayan restoran, tapi saya sadar saya butuh kesempatan," ujar Halty. "Saya terdorong dan merasa harus melakukan sesuatu, dan saya diberi kesempatan untuk menjual solar di SolarCity, dan saya berhasil."
Saat itu, Halty berusia 19 tahun ketika pindah ke California, dan ditawari pekerjaan di SolarCity. Dalam waktu singkat, ia menjadi manajer dan berpenghasilan 1 juta dolar AS (setara Rp 13,3 miliar) di perusahaan bernilai 6 juta dolar AS (setara Rp 79 miliar).
Di SolarCity, Halty menerima banyak tawaran yang sayang untuk dilewatkan. Namun, setelah berhubungan dengan mentor-mentornya di industri energi solar, Halty melihat potensi lain yang lebih berfaedah ketimbang apa yang dilakukannya saat itu: membangun perusahaan sendiri.
Dvinci Energy berdiri pada Oktober 2016, dengan misi utama menghubungkan, membangun, dan memberdayakan masyarakat dengan energi terbarukan. Dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan, perusahaan sudah meraih untung lebih dari 10 juta dolar AS (sekitar Rp 133 miliar).
Mengubah pandangan orang tua
Keputusannya putus sekolah dan melakukan sesuatu sesuai keinginannya menimbulkan cekcok antara Halty dan keluarganya.
"Orang tua saya tidak percaya pada saya, mereka bilang saya gila, mereka bilang saya tidak akan berhasil, mereka menyuruh untuk kembali ke sekolah," kata Halty.
"Sekarang mereka percaya pada saya, sekarang saya membantu mereka, dan keadaan telah berubah."
Dengan bisnisnya, CEO muda dan dermawan tersebut telah mempublikasi tiga buku motivasi dan menyediakan beasiswa untuk siswa di seluruh wilayah AS.
"Kalau bukan karena kesempatan dari pendidikan yang saya dapatkan di kampung halaman, saya tidak akan menjadi seperti sekarang, dan karena itu Revere adalah tempat pertama yang saya beri beasiswa," kata Halty. "Ini adalah beasiswa yang sangat inovatif, yang menantang para siswa untuk berpikir 'di luar kotak' tanpa ada persyaratan IPK.”
Rekrut milenial
Meski inspirasi datang dari mentornya, perusahaan Dvinci tidak akan bisa terwujud tanpa bantuan dari tim milenial yang Halty ajak untuk mengarungi petualangan itu bersama.
"Perusahaan-perusahaan besar dan sistem mereka sudah ketinggalan zaman," kata Halty. "Milenial membentuk sebagian besar populasi Amerika, dan kami unik karena telah menciptakan sebuah sistem yang dapat mendorong diri kami, dan juga rendah hati mengajari orang seusia saya untuk berbuat lebih baik."
Kesuksesan memang tidak dapat dicapai dalam beberapa tahun, bahkan untuk sekadar membuat sebuah inovasi yang diterima. Tapi yang terpenting, kita harus yakin apa yang kita lakukan akan berhasil dengan segala risikonya. Bagi Halty, "Intuisi sering kali benar."
Baca juga: Iseng Main Uang Digital, Remaja Ini Jadi Miliuner