Rumah Sakit Paling Jorok dan Mengerikan di Dunia
https://www.naviri.org/2018/02/Luis-Razetti.html
Naviri.Org - Rumah sakit yang selama ini kita kenal pastilah berbentuk ruangan besar yang bersih, steril, dan umumnya berwarna putih. Di sana ada kamar-kamar yang dilengkapi tempat tidur, bahkan kadang dilengkapi televisi. Para dokter dan perawat juga tersedia, hilir mudik, siap melayani pasien yang membutuhkan pertolongan. Setiap saat, petugas kebersihan terus menjaga kebersihan rumah sakit, sehingga keadaan di sana selalu nyaman dan asri.
Tetapi, ternyata, ada rumah sakit yang jauh dari kondisi semacam itu. Bukannya bersih dan steril, tapi justru jorok. Jumlah dokter dan perawat sangat kurang, obat-obatan sangat kurang, peralatan medis juga sangat kurang. Walhasil, pasien yang masuk ke rumah sakit itu sering kali bukannya sembuh tapi malah mati. Rumah sakit yang mengerikan itu bernama Luis Razetti, di Venezuela.
Rumah Sakit Luis Razetti mendapat sorotan internasional, karena berbagai cerita tragis para pasien, selain kondisinya yang kumuh dan sangat jorok. Bahkan kantor stasiun berita di Amerika, NY Times, menobatkan rumah sakit bernama Luis Razetti ini dengan predikat rumah sakit terburuk di dunia. Tentu bukan tanpa alasan rumah sakit itu mendapatkan predikat tersebut.
Di sana, untuk pasien umum yang baru melakukan operasi bedah, mau tak mau harus menunggu di kasur yang sudah berlumuran darah banyak dari pasien-pasien sebelumnya. Jangan membayangkan keadaan rumah sakit yang steril, bersih dan bebas bakteri di tempat ini, karena keadaaanya berubah 180 derajat. Tempat yang kumuh, ruangan yang gelap, sudah menjadi pandangan setiap hari di rumah sakit tersebut.
Kurangnya bahan obat-obatan, alat-alat medis yang selalu kekurangan, kehabisan air, atau bahkan listrik yang padam setiap hari, adalah hal lumrah yang terjadi.
Fakta-fakta itu ditunjukkan oleh sebuah foto jurnalis Nytimes, yang sengaja berkunjung ke tempat itu untuk memastikan apa yang terjadi, dan mereka menunjukkan foto-foto yang mengiris hati.
Seorang pasien yang akan dioperasi harus meregang nyawa di rumah sakit tersebut karena tidak adanya alat-alat yang mendukung untuk melakukan operasi, dan pasien tidak sanggup menunggu lebih lama lagi.
Tidak hanya itu, seorang pasien di rumah sakit Luis Razetti ini harus rela menunggu hampir setahun untuk mendapatkan jatah operasi dari rumah sakit tersebut, padahal pasien sudah menderita sakit kepala yang parah dan harus segera terobati.
Dr. Osleidy Camejo, selaku dokter di Rumah Sakit Luis Razetti, juga tidak menampik apa yang ada di rumah sakit tersebut. Dia mengatakan kematian tiga bayi nyaris setiap pagi, karena respirator di ruang bersalin rumah sakit ini mati akibat pemadaman listrik di kota tersebut.
Tak ayal, dokter hanya bisa melakukan pertolongan maksimal secara manual, yaitu menggunakan tangan kosong untuk memompa udara ke dalam paru-paru selama berjam-jam, tetapi itu tidak membantu sama sekali. Kemudian, malam harinya, lahir empat bayi dan mengalami hal yang sama pada pagi harinya. Miris sekali, penyelamatan semacam itu mustahil dapat menolong nyawa seorang bayi.
Di Rumah Sakit Luis Razetti, angka kematian bayi di bawah usia satu bulan meningkat 100 kali lipat dibandingkan rumah sakit umum milik pemerintah, dan angka kematian ibu meningkat 5 kali lipat.
Pasien anak kecil yang memiliki penyakit asma harus rela digendong ibunya, karena rumah sakit tersebut kehabisan kasur untuk para pasien. Hal yang tidak mungkin terjadi jika kita menuntut fasilitas di rumah sakit ini, kita yang harus merawat pasien, bukan perawat yang ada di rumah sakit tersebut. Karena keterbatasan perawat memungkinkan mereka akan lebih diabaikan.
Nyatanya, pasien yang datang di rumah sakit ini bertambah setiap hari, hanya karena letaknya berdekatan, meski mereka hanya bisa pasrah. Keadaan ini makin parah karena kapasitas rumah sakit yang tidak bisa menampung lebih banyak pasien, pada akhirnya mereka harus tergeletak di koridor atau lorong ruangan rumah sakit, dengan alat-alat medis seadanya untuk menyambung sisa-sisa nyawa.
Untuk sekadar alat medis seperti infus saja, rumah sakit ini benar benar kekurangan. Tak jarang, perawat menggunakan botol bekas soda untuk membagi infus kepada pasien pasien. Cukup mengerikan apabila kita berada di sana.
Ironisnya, Presiden Venezuela mengatakan bahwa pelayanan kesehatan mereka adalah yang terbaik kedua di benua Amerika Selatan, padahal kenyataannya sangat parah.
Baca juga: Kontroversi Tes Keperawanan untuk Pengantin Baru