Kini, Anda Bisa Traveling atau Tamasya ke Bulan
https://www.naviri.org/2018/01/traveling-ke-bulan.html
Naviri.Org - Traveling telah menjadi gaya hidup sebagian orang saat ini, seiring makin mudahnya mengurus administrasi yang dibutuhkan untuk perjalanan, juga seiring harga tiket perjalanan yang kian terjangkau. Karenanya, ada sebagian orang yang bermimpi untuk bisa menjelajahi pulau-pulau di Indonesia, bahkan ada yang bermimpi ingin bisa menjelajahi dunia.
Kini, Anda bahkan bisa bermimpi traveling ke luar angkasa, dan tamasya ke bulan. Asal punya uang cukup, Anda bisa mendapatkan fasilitas yang terdengar seperti dalam film fiksi ilmiah ini.
Ide tamasya ke Bulan datang dari Elon Musk. Sebelum memuluskan niatnya untuk membawa umat manusia menghuni planet merah, Mars, pada satu abad lagi, CEO SpaceX Elon Musk lebih dulu membuka proyek jalan-jalan ke bulan. Dua orang turis sudah memberikan deposit kepada perusahaannya untuk bisa mencicipi pengalaman melampaui orbit rendah bumi di akhir tahun depan.
SpaceX mengusung wahana antariksa Dragon 2 yang beroperasi tanpa pilot, dan memakai roket peluncur Falcon Heavy untuk mengangkut kedua turis ini. Dragon 2 bisa dikendalikan otomatis, sehingga awak-awaknyanya tidak perlu dilatih untuk menerbangkan.
Sementara, Cape Canaveral Launchpad 39A milik NASA dipilih untuk lokasi peluncuran. Launchpad ini dulunya selalu dipakai NASA dalam setiap misi Apollo di era kejayaan penjelajahan antariksa pada 1960-an hingga 1970-an. Jika berhasil, maka SpaceX akan menjadi perusahaan komersil pertama yang mengangkut awak non-astronot ke bulan. Ini juga akan menjadi misi berawak pertama ke bulan sejak pendaratan Apollo 17 di satelit bumi tersebut pada tahun 1972, sekitar 45 tahun yang lalu.
"Seperti astronot Apollo sebelum mereka, dua orang ini akan bepergian ke angkasa luar, membawa harapan dan mimpi seluruh umat manusia dengan semangat untuk mengeksplorasi," tulis SpaceX dalam situsweb resmi mereka, SpaceX.com.
Pelatihan fisik seperti kebugaran dan tes kesehatan untuk kedua turis tersebut direncanakan mulai pada tahun ini.
Sementara uji terbang pertama Falcon Heavy akan dilakukan pertengahan tahun ini. Jika sukses, Musk mengklaim roket buatan SpaceX tersebut akan menjadi kendaraan paling kuat untuk mencapai orbit setelah roket Saturn V Moon.
“Saturn V Moon memiliki kekuatan dorong lepas landas pada 5 juta pon, Falcon Heavy memiliki dua pertiga kekuatan dorongnya, dan lebih kuat dua kali lipat dibandingkan kendaraan peluncur terbesar lainnya saat terbang.”
Pada akhir tahun ini, sebagai bagian dari Program Komersial NASA, SpaceX akan meluncurkan Dragon Version 2 ke Stasiun Antariksa Internasional. Misi demonstrasi pertama Dragon 2 ini akan berada dalam mode otomatis, dan tanpa awak kapal.
Misi selanjutnya, dijadwalkan terbang dengan awak pada kuartal kedua tahun 2018. SpaceX saat ini dikontrak untuk melakukan rata-rata empat misi penerbangan Dragon 2 ke International Space Station (ISS) per tahun, tiga membawa kargo dan satu membawa awak.
Cara kerja Dragon 2
Perjalanan Dragon 2 nantinya diprediksi mirip dengan pendahulunya, Apollo 8, misi berawak pertama yang mengitari bulan di tahun 1968. Bedanya, SpaceX menggunakan pesawat ruang angkasa dan kendaraan peluncur baru yang segar.
Falcon Heavy merupakan roket variasi dari roket SpaceX, Falcon 9, yang dibuat tanpa membawa awak ke ISS. Bedanya, Falcon Heavy memiliki tambahan penguat di sisi-sisinya, dan diklaim paling ampuh untuk lepas landas setelah roket Saturn V Moon NASA, yang pensiun pada awal 1970-an.
Selama misi di perjalanan, kemungkinan kapsul akan melakukan koreksi penyesuaian untuk tetap tepat pada orbit penerbangan. Setelahnya, kapsul Dragon mengitari bulan seperti Apollo 8, tapi Musk tak menyebutkan jumlah orbit yang akan ditempuh.
Sementara, Apollo 8 memasuki orbit bulan pada tanggal 24 Desember 1968, dan melakukan perjalanan mengitari bulan 10 kali sebelum memulai perjalanan kembali ke Bumi sekitar 20 jam kemudian. Setelah berputar, kapsul Dragon kembali akan menyala mesinnya, mulai melakukan manuver menjauhi bulan, dan kembali ke bumi. Langkah ini, dalam penerbangan Apollo 8, disebut "trans-Earth injeksi."
Sama seperti waktu pergi, saat perjalanan pulang kapsul juga akan melakukan koreksi titik jalan untuk memastikan posisinya berada di jalur tepat. Walau dapat dijalankan dengan autopilot, kemungkinan kedua turis akan dilatih beberapa penanganan manual untuk keadaan darurat. Sebab, walau tujuannya wisata, peluncuran roket ke luar angkasa tetap merupakan proses berbahaya, dan dapat mematikan ketika salah dilakukan.
Saat terjun ke atmosfer bumi, perisai panas akan menjaga penumpang dari kebakaran mesin yang serius. Ketika Apollo 8 kembali dari misi, ia memasuki atmosfer hampir 25.000 mph (40.000 km/jam). Ada dua cara kapsul Dragon mungkin sampai di Bumi: mendarat di darat, atau pendaratan di laut.
SpaceX telah merancang Dragon 2 untuk mendarat di landasan dengan memanfaatkan parasut dan pendorong balik seperti yang dimiliki roket Falcon 9. Namun, SpaceX juga mengatakan roket ini dapat mendarat di belahan dunia manapun, termasuk di atas air. Apalagi, mengingat 71 persen bumi tertutup air. Dari pengalaman sebelumnya, Apollo 8 jatuh di bawah Samudera Pasifik sebelah selatan Hawaii, pada 27 Desember 1968.
Kegagalan SpaceX
Roket Falcon 9 pernah terbakar saat diluncurkan dari landasan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, September 2016 lalu. Aktivitas peluncuran SpaceX sempat berhenti sementara, menyusul kecelakaan dalam sesi uji coba rutin Falcon 9 tersebut. Dalam insiden itu, Amos-6, satelit komunikasi Israel senilai $200 juta atau Rp2,6 triliun, hancur.
Sejak itu, jadwal peluncuran roket secara rutin menjadi berantakan, dan baru dimulai kembali pada pertengahan Januari 2017. Falcon 9 merupakan roket pakai-ulang yang sukses. Wahana ini menjadi alat transportasi ke orbit bumi yang lebih murah dibandingkan metode peluncuran roket sekali pakai.
Ongkos Falcon 9 untuk sekali perjalanan sebesar $62-140 juta atau Rp825 miliar hingga Rp1,8 triliun. Ongkos ini jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya operasional Sistem Peluncuran Roket (SLS) yang dipakai Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Januari 2017, Falcon 9 terbang mengirim 10 satelit milik perusahaan komunikasi Iridium ke orbit bumi. Wahana itu berhasil mendarat kembali di bumi. Ini adalah pendaratan mulus ketujuh yang dilakukan Falcon 9. Sejauh ini, Falcon 9 baru mengalami dua kegagalan dari 29 misi.
Falcon 9 juga sempat tertahan keberangkatannya pada misi 18 Februari 2017. Seharusnya, Falcon 9 dijadwalkan meluncur pada haru Sabtu, namun 13 detik sebelum berangkat Musk mendengar suara yang tak semestinya datang dari arah mesin. Ia kemudian memberhentikan peluncuran, dan menggantinya di hari Minggu.
“Walau hanya 1% celah, tidak baik untuk terus melakukannya, lebih baik menunggu hari,” kata Musk, seperti tertulis dalam New York Times.
Semalaman para teknisi SpaceX menata ulang mekanisme roket agar bisa meluncur di hari berikutnya. Akhirnya Falcon 9 dapat meluncur membawa supply 5.500 pons kargo Dragon ke ISS, dan kargo Dragon sampai di ISS pada hari Rabu.
Kesuksesan ini merupakan peningkatan SpaceX dari kejadian September tahun lalu, dimana salah satu roketnya terbakar dan meledak di pangkalan Cape Canaveral Air Force Station. Hingga saat ini, SpaceX masih fokus merencanakan peluncuran wisata bulan tepat waktu dan tidak terganggu jadwal akibat beberapa peluncuran yang gagal atau molor.
Walaupun sebuah laporan yang dirilis oleh federal Government Accountability Office menyimpulkan sisa kendala teknis akibat kerusakan akan menyebabkan peluncuran tersebut ngaret satu tahun ke belakang. SpaceX, masih harus membereskan masalah termasuk retakan di roda mesin turbin.
Namun, agaknya SpaceX masih bersikeras dan mengatakan perusahaan telah memperbaiki dan memperbarui roket untuk terbang akhir tahun 2017 dari seri sebelumnya, Falcon 9. Di Twitter, Musk pun menegaskan, "Saya merasa sangat yakin di 2018."
Tren wisata antariksa
Misi membawa dua turis ke bulan, menurut Musk menjadi batu loncatan untuk memperluas operasi misi ke luar angkasa. Sebuah tonggak penting karena SpaceX sedang dalam proyek menuju tujuan akhir, yakni: Mengangkut manusia ke Mars.
Tapi, jangan bayangkan dengan paket wisata ini Anda bisa menjejakkan kaki dengan bebas layaknya foto-foto Neil Amstrong berjalan di permukaan bulan. Musk mengatakan ini adalah perjalanan mengorbit bulan, tanpa adanya pendaratan.
"Mereka akan memutari bulan, dan anggaplah ini sebagai liburan ala kapal pesiar di luar angkasa," kata Musk.
Perjalanan ini diperkirakan memakan jarak hingga 650 ribu kilometer dan menghabiskan waktu sekitar seminggu lamanya. Sebelumnya, pada 1970, misi Apollo 13 berhasil menempuh sekitar 400 ribu kilometer, maka wisata bulan ala Musk akan menjadi perjalanan ke bulan terpanjang.
Sayangnya, hingga saat ini, Musk tidak membuka identitas turis yang akan diterbangkan olehnya ke satelit alami bumi tersebut. Ia hanya mengatakan, si penumpang hanya warga biasa dan bukan orang Hollywood.
Kisaran biaya penerbangan yang dibayarkan, menurut Musk, setara dengan biaya pergi ke ISS sepuluh tahun lalu, yakni sekitar $25 juta atau sekitar Rp333 miliar dengan kurs sekarang. “Saya harap misi ini bisa membuat banyak orang kembali bergairah mengirim manusia ke antariksa jauh,” ujarnya.
Sebelum SpaceX, sejatinya sudah banyak perusahaan swasta sejenis yang menawarkan paket jalan-jalan ke antariksa. Sebut Virgin Galactic, Blue Origin, dan Space Adventures. Sebagai catatan, Virgin Galactic dan Blue Origin menawarkan terbang hanya sampai orbit rendah bumi, cukup untuk merasakan sensasi melayang tanpa gravitasi.
Sementara, Space Adventures, telah berhasil mengirimkan tujuh individu ke stasiun ruang angkasa. Agen yang mengatur perjalanan ruang angkasa menggunakan Roscosmos ini juga berencana mengirim turis ke orbit bulan pada tahun 2020 nanti. “Sekitar 175 juta dolar (Rp2,3 triliun) per bangku,” tulisnya dalam surel ke The Verge.
Kini, luar angkasa semakin dekat untuk bisa dijelajah manusia awam.
Baca juga: Tesla Roadster, Mobil Listrik untuk Perjalanan ke Mars