Persiapan Korea Selatan untuk Perang dengan Korea Utara
https://www.naviri.org/2018/01/persiapan-perang-korea.html?m=0
Naviri.Org - Sama-sama Korea, namun keduanya berada dalam hubungan yang tegang. Begitulah kira-kira hubungan antara Korea Selatan dengan Korea Utara. Korea Selatan, sebagaimana yang kita kenal, adalah negara terbuka sebagaimana umumnya negara-negara lain. Negara itu bahkan mengekspor aneka hiburan, termasuk musik, film, dan lain-lain. Sementara Korea Utara adalah negara tertutup yang sulit diakses, dan menjalankan pemerintahan diktatorial yang dipimpin Kim Jong Un.
Kini, karena situasi yang kian memanas, Korea Selatan pun menyiapkan senjata, jika sewaktu-waktu harus berperang dengan Korea Utara. Senjata yang disiapkan Korea Selatan bisa dibilang tidak mematikan, namun mampu melumpuhkan kemampuan Korut untuk memproduksi dan melepaskan rudal nuklir.
Bom grafit atau "bom mati listrik" mampu mematikan daya di pembangkit listrik Korut tanpa membunuh masyarakat yang tidak berdosa. Diberitakan kantor berita Yonhap, Senin (9/10), senjata ini dikembangkan oleh Badan Pengembangan Pertahanan Korsel (ADD) sebagai bagian dari program serangan pencegahan "Kill Chain."
"Semua teknologi untuk pengembangan bom grafit yang dipimpin ADD telah diamankan. Sekarang kami bisa membuat bom itu kapan saja," ujar pejabat militer Korsel kepada Yonhap.
Bom grafit adalah senjata tidak mematikan yang berfungsi mematikan listrik musuh. Bom ini mengandung jaringan kabel karbon halus yang membentuk awal tebal ketika bom meledak. Kabel karbon akan menempel ke pembangkit listrik, membuatnya mati.
Bom ini pertama digunakan oleh pasukan Amerika Serikat pada Perang Teluk di Irak pada tahun 1990. Dipasangkan pada rudal jelajah Tomahawk, pasukan AS berhasil mematikan 85 persen listrik Irak saat itu.
NATO juga menggunakan senjata yang sama ketika mengincar Serbia pada tahun 1999, mematikan 70 persen pasokan listrik negara itu.
Menurut pengamat, bom ini akan sangat mematikan bagi Korut yang memiliki pembangkit listrik yang tidak terlindungi. Dengan matinya listrik, Korut tidak akan mampu menembakkan rudal nuklir ke arah Korsel.
Korut dan Korsel masih dalam status berperang setelah Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada 1953. Pemerintah Kim Jong Un menjadi ancaman besar belakangan ini karena terus mengembangkan rudal nuklir dan balistik yang terlarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Untuk menghadapi Korut, Korsel memiliki program pertahanan nasional "tiga pilar Kill Chain". Rencananya program ini akan rampung pada 2020, namun karena ancaman Korut yang kian nyata, maka akan dipercepat.
Program Kill Chain dirancang untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan mengintersepsi rudal yang datang dari Korut. Komponen final dari program ini adalah rencana Serangan Hukuman dan Pembalasan Besar Korea dengan melancarkan tembakan terhadap Korut jika negara itu akan menembakkan bom nuklir.
Baca juga: Mengapa Kim Jong Un Bisa Menjadi Pemimpin Korea Utara?